Beranda / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 72| Terowongan di Tengah Kota

Share

72| Terowongan di Tengah Kota

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jantung Eryk berdebar-debar setiap kali memikirkan para summoner perusak yang jahat itu. Kini mereka berada begitu dekat.

“Tunggu apa lagi?” ujar Joker. Dia melompat turun ke dalam gorong-gorong seperti seekor kucing.

Gerakan percaya diri dan penuh keyakinan Joker, membuat Eryk menjadi lebih berani. Dia melompat ke gorong-gorong bersama dengan White dan Black. Sedangkan Barbro dan Sam masuk terakhir dan berjalan paling belakang. Barbro harus memastikan Sam bersama para tikusnya sudah turun.

Terowongan tempat mereka berpijak gelap dan sangat bau. Kaki mereka berada dalam genangan air setinggi mata kaki. Beberapa air merembes dari pipa-pipa saluran pembuangan limbah rumah tangga.

Eryk begitu ngeri melihat semua pemandangan itu. Dengan kemampuan penglihatan malam yang dia miliki, Eryk bisa dengan leluasa melihat dalam kegelapan.

“Kau baik-baik saja, Barbro?” tanya Sam. “Aku bisa menggandengmu jika kau kesulitan berjalan dalam gelap. Aku memiliki penciuman yang tajam.”

“Ya, seharusnya tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengendali Arwah Terakhir   73| Jalur Kereta Bawah Tanah

    “Cepat lari!” teriak Barbro sekali lagi.Para burung mendahului mereka dengan terbang menyusuri terowongan ke arah yang sama dengan arah Joker berlari. Eryk melesat ke arah mereka bersama Sam yang lari di sisinya. Tikus-tikus berhamburan ke segala arah.“Lewat sini!” panggil Joker. “Ada tangga menuju pintu keluar darurat yang terhubung dengan stasiun bawah tanah.”Air bah yang membawa limbah membanjiri terowongan dan menggenangi hampir 3/4 tinggi gorong-gorong itu. Gemuruh air dengan tekanan besar menyeret sejumlah tikus.Eryk yang naik terakhir, tubuhnya terendam air sampai ke pinggang. Kakinya terpeleset saat memijak tangga besi yang licin dan pinggangnya mengempas ke sisi terowongan. Tubuhnya terseret arus deras.“Jika jatuh, tamatlah riwayatku.”Air bah itu akan menyeretnya jauh dan membentur-bentur dinding terowongan yang mungkin akan meremukkan seluruh tulang-tulangnya.Eryk mendongak melihat lubang pintu keluar darurat. Cahaya berkelip di atasnya. Dia berjuang menaiki tangga da

  • Pengendali Arwah Terakhir   74| Kematian Snake Eyes

    “Katakan di mana gadis itu?” tanya Joker dengan nada sedikit membentak. “Apa yang sudah kau lakukan pada summoner tanaman itu?”Kedua alis Snake Eyes yang melengkung tipis seketika terpaut. “Summoner... apa?”“Kau tahu siapa yang kumaksud!” ujar Joker.Saat Joker berbicara, dua ekor kucing menggeram-geram mendekat dengan mengancam. Itu bukan kucing biasa, melainkan kucing hutan yang berukuran sangat besar.Snake Eyes mengernyitkan wajah semakin dalam. “Aku tidak mengerti. Dia bukan summoner tanaman.”“Kau menangkap orang yang salah!” ujar Eryk. “Akulah summoner burung yang sedang kau cari.” White dan Black mendarat di masing-masing bahu Eryk. “Aku yang kau inginkan.”Snake Eyes tidak mengatakan apa-apa. Tiba-tiba dia tersenyum muak karena tidak percaya. Matanya seketika menyorotkan kemarahan tanpa daya.Salah seekor kucing hutan besar dengan totol-totol di bulunya memanjat ke dada summoner ular itu. Dia mendekatkan moncong bertaring ke wajah lelaki itu.“Kau tidak punya kesempatan lag

  • Pengendali Arwah Terakhir   75| Pabrik Bahan Kimia

    Mereka kembali ke tempat mobil kemah Joker terparkir. Perempuan itu kembali menjadi dirinya yang ceria setiap kali berhadapan dengan layar monitor. Dia memEryksa peta dan memindai melalui satelit.“Sepertinya kawasan industri ini aman. Tidak terlihat banyak aktivitas kecuali pada beberapa titik. Ini sangat aneh.”“Menurutmu yang mana tempatnya?” tanya Eryk.“Barbro, kau tahu sesuatu?” ujar Joker.Seekor merpati terbang dan mendarat di depan monitor. Paruh merpati itu mematuk salah satu gambar di layar. Lalu Joker mengangguk dan mulai mengemudikan mobil kemahnya menuju ke lokasi yang ditunjuk oleh sang merpati.Hujan semakin deras dan menerpa atap mobil. Eryk merasa hangat berada di dalam mobil kemah itu. Tapi, membayangkan harus keluar dan berlari-lari di bawah guyuran hujan sangat tidak nyaman. Dia teringat saat-saat sulit selama tinggal di rumah pohonnya.Tidak lama kemudian, mereka tiba di distrik industri dengan bangunan-bangunannya yang beratap rendah. Banyak pabrik terbengkalai

  • Pengendali Arwah Terakhir   76| Lakukan Saja, Alyssa!

    Sam berjalan dalam keadaan buta karena dia hanya mengandalkan penciumannya. Bocah itu berjalan dengan mulus. Hidungnya berfungsi sebagai mata. Sam berhenti tepat di depan sebuah tumpukan benda.Eryk hampir menegurnya, tapi Sam kemudian berkata, “Ini amoniak dan setumpuk palet.”“Kau hebat,” puji Eryk. Dia tidak mengira jika Sam benar-benar mengandalkan penciuman untuk membantu dalam gelap.Black and White mendarat di meja terdekat. Ruangan yang luas itu begitu hening. Sampai Eryk bisa mendengar gemerisik sayap-sayap mereka. Dan tikus-tikus Sam juga berlarian ke sana ke mari mencari apa saja yang bisa disampaikan kepada Sam.Di bagian tengah ruangan ada kantor tertutup yang dibangun di sisi pabrik. Sampah kertas berserakan di lantai dan ada banyak botol-botol kemasan kosong yang belum digunakan. Semuanya berdebu.“Tampaknya pabrik ini sudah lama ditinggalkan,” ujar Eryk. “Mungkin sejak musim panas kelam?”Sam masih dengan mengandalkan penciumannya. Dia mengikuti jejak-jejak Joker dan B

  • Pengendali Arwah Terakhir   77| Membuka Portal ke Negeri Orang-Orang Mati

    Black Widow terlihat tengah merapal mantra. Suaranya seperti laba-laba yang mendesis, tapi tidak ada satu pun yang mengerti dari makna kata-kata perempuan itu.“Dia mencoba memanggil jiwa-jiwa yang sudah mati,” ujar Sam di samping telinga Eryk.“Apa maksudmu, Sam? Apa itu ditujukan untuk memanggil roh summon?”Sam menggeleng. “Roh summon adalah makhluk yang hidup. Sedangkan jiwa-jiwa yang sudah mati adalah para manusia dan makhluk yang sudah mati; termasuk para roh summon yang sudah mati. Aku pikir Black Widow sedang berkomunikasi dengan Venom melalui ritual itu.”“Jadi, mantra-mantra yang dirapalkan dan rune-rune yang tertulis di sekeliling Alyssa adalah media untuk berkomunikasi dengan dunia lain?”Sam mengangguk. “Barbro pernah menjelaskannya padaku. Black Widow pasti sedang mencari Venom melalui suara sebelum menjemputnya kembali ke dunia fana.”Eryk masih mengintip ke dalam. Alyssa tampak terlihat menikmati perannya untuk mengelabui kedua summoner perusak itu. Lalu, Eryk menatap

  • Pengendali Arwah Terakhir   78| Melintasi Portal

    “Potong selubungnya! Setelah itu, kami akan melepaskan mereka,” kata Black Widow.“Tidak!” teriak Barbro. “Dia tidak boleh kembali.”Eryk mendesah dan berjalan perlahan menuju ke arah rune-rune digambar di permukaan lantai. “Tidak ada pilihan lain,” kata Eryk. “Hanya itu satu-satunya jalan.”Eryk melirik pada Joker yang masih berdiri dan menunduk. Mata perempuan itu terbuka lagi dan kemarahan tampak bergulat di wajahnya.“Jika dia kembali, maka kita semua akan mati,” kata Barbro sambil memberikan tatapan memohon kepada Joker untuk melakukan sesuatu. Barbro terlihat seperti anak kecil saat itu. Dia benar-benar ketakutan.Sedangkan Sam masih bersembunyi di balik pintu. Dia mengintip dan menguping semua yang terjadi di dalam sana dengan ketakutan. Para tikus berkeliling di sekitar kaki Sam. Sam juga tidak ingin mengorbankan para tikusnya hanya untuk terjebak di antara jaring laba-laba yang mematikan itu.Black pun kata, “Kau tidak boleh melakukannya, Eryk. Kau tidak boleh memanggil Veno

  • Pengendali Arwah Terakhir   79| Kecewa dan Kegagalan

    Eryk melongo saking terkejutnya. Tubuhnya tiba-tiba menggigil. Dan di sela-sela gigilan itu, Eryk bisa mendengar seseorang meraung-raung.‘Siapa?’ pikir Eryk. ‘Siapa di saat seperti ini yang akan menangisi kegagalanku dan kepergian Alyssa? Bahkan satu-satunya keluarga Alyssa–Tuan Evan Harris pun sudah tiada. Aku! Aku yang seharusnya meratapi kebodohanku hingga harus mengorbankan Alyssa.’Eryk menoleh ke belakang. Dia melihat Black Widow sedang berlutut sambil berteriak marah. Tangan perempuan itu mencengkeram rambut panjangnya yang kusut. Tiba-tiba, jaring laba-laba berlompatan dari telapak tangannya ke segala arah. Kemarahan perempuan itu terlihat sangat jelas dari mencuatnya jaring-jaring laba-laba itu ke segala arah tidak terkontrol.Sedangkan Lizard, terus menatap ke tempat portal itu sebelumnya berada. Dia menggeleng-geleng tidak percaya. “Tidak! Tidak mungkin. Pasti terjadi kesalahan.”“Kenapa!?” teriak Black Widow. “Kenapa dia melakukan itu dan melompat ke dalam portal? Seharu

  • Pengendali Arwah Terakhir   80| Aku Belum Mencobanya

    Meski menggerutu, Lizard pun tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Black Widow. Summoner kadal itu mulai menggerakkan roh-roh summonnya di sekitar kaki Eryk. Sehingga, mau tidak mau, Eryk pun harus bergerak, jika tidak ingin dimangsa sampai habis oleh para kadal-kadal beracun itu.Di belakangnya, Barbro juga bernasib serupa. Dia dikelilingi oleh laba-laba besar yang terus memaksa dan mendorongnya untuk bergerak mengikuti Eryk.Mereka berdua dipaksa menuju ke arah pintu samping. Jika salah satu dari mereka melawan, maka yang lainnya ikut menjadi korban. Tidak ada pilihan bagi keduanya untuk kabur sendirian. Tidak ada jalan keluar. ‘Setidaknya, Sam dan Joker sepertinya berhasil melarikan diri,’ pikir Barbro.Eryk pikir mereka akan dikirim keluar menuju ke koridor utama. Tapi sebaliknya, dia dan Barbro malah dibawa masuk lebih jauh ke balik pintu samping itu. Di sana ada sebuah ruangan kecil tidak berjendela. Ruangan itu hanya diterangi oleh bohlam kekuningan yang cahayanya remang

Bab terbaru

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status