Sebelum sampai di rumah sakit, Arsenio mampir di sebuah kafe untuk memesan makanan dan minuman. Ketika hendak membayar, tidak sengaja Arsenio bertemu dengan ayahnya yang selesai meeting dengan kolega, pertemuan antara ayah dengan anak yang terasa canggung karena memang sejak lama keduanya tidak akur. “Sebuah kebetulan sekali bertemu denganmu di sini, Arsenio, bagaimana kabarmu, anakku?” tanya Abraham Phoenix-ayah kandung Arsenio Phoenix.
“Seperti yang anda lihat, jika saya sangat baik-baik saja, maaf waktu saya tidak banyak, saya permisi dulu,” jawab Arsenio dengan dingin. Dirinya merasa tidak nyaman berdekatan dengan ayahnya karena hatinya masih terasa sakit ketika mengingat kembali kejadian beberapa tahun lalu yang hingga kini masih membekas di pikiran serta hatinya.
Melihat anaknya masih marah terhadapnya, Abraham berusaha mencegah agar Arsenio tidak pergi dulu, “Tunggu, Arsenio! Kenapa kamu buru-buru sekali,
Abraham Phoenix ketika muda“Abraham, ulah apa lagi yang kamu lakukan, ha? Bikin malu saja!” teriak Abrisam Nugraha Phoenix -ayah kandung Abraham Phoenix dengan penuh amarah, sambil melempar surat undangan panggilan orang tua dari sekolah menengah atas, tempat dimana Abraham menempuh pendidikan.Bukan sekali dua kali, anaknya itu sering melakukan ulah. Dalam satu bulan, terkadang bisa sampai tiga kali mendapat surat panggilan, hal itu tentu saja membuat Abrisam merasa sangat malu, apalagi dirinya dikenal sebagai petinggi TNI. Seharusnya ia bisa mendidik anaknya seperti bagaimana ia mendidik prajurit baru, namun ternyata, mendidik anak kandung jauh lebih susah, kesabaran ekstra tidak mempan untuk mengurus anak laki-lakinya itu.Abraham sedari kecil memang berbeda sendiri dari kebanyakan saudara-saudaranya, jika yang lain pada mengikuti jejak keluarganya yang masuk dalam dunia militer, rupanya itu semua tidak b
Karena merasa sangat kecewa, akhirnya Emilly meminta Abraham untuk pulang dan jangan lagi menemuinya. Padahal, saat ini Emilly sudah mulai ada rasa terhadap Abraham, namun fakta yang baru diketahuinya barusan, sudah membuat hatinya sangat sakit dan kecewa.Pertama kali dalam hidupnya, ia merasakan bagaimana dibohongi oleh orang yang disuka, begitu juga dengan Abraham, ini pertama kali baginya merasakan penolakan bahkan pengusiran langsung oleh orang yang dicintainya.“Aku kecewa sama Aa! Padahal hati ini sudah terbuka untuk Aa, kenapa dengan teganya Aa malah mengecewakan? Apa salah saya? Apa salah ayah saya? Mengapa tega melakukan ini?” pekik Emilly kecewa dan berurai air mata. Setelah itu, pintu ditutup dengan sangat keras.“Akan aku buktikan jika perasaan ini tidak main-main, Emilly,” batin Abraham memilih pergi, karena situasi tidak kondusif.Karena beso
Untungnya Emilly mampu memotivasi Abraham supaya tidak ada salahnya mencoba, “Jangan pesimis dulu atuh, Aa, orang tuaku saja berhasil kamu luluhkan, masak orang tua sendiri gak bisa, ayo sama-sama kita saling meyakinkan diri ke orang tua Aa,” ucap Emilly terdengar sangat menyemangati Abraham sehingga dirinya memiliki keyakinan untuk meminta restu.Akhir pekan, Abraham mengajak Emilly bertemu dengan orang tuanya. Tentu saja Emilly merasa gugup karena ini pertama kali bagi dirinya berkenalan dengan keluarga Abraham.Abraham dan Emilly memutuskan untuk naik pesawat saja supaya memangkas waktu dan tidak terlalu kecapekan dalam perjalanan.Tiba di mansion Abraham, mata Emilly sama sekali tidak bisa lepas dari rasa kagum bagaimana mewahnya rumah calon suaminya ini. Mendadak, Emilly merasa pesimis apakah nantinya kedua orang tua Abraham merestui mereka ketika nanti mengetahui jika Emilly tidak sebanding dengan Abrah
Setelah itu, mereka mengobrol ringan sembari memakan hidangan yang sudah tersedia di meja. Tak hanya itu saja, mereka juga makan bersama sebelum pulang.“Jika mulai besok sudah tinggal di sini, itu artinya, antara aku dengan Emilly akan tidur dalam satu ranjang?” batin Abraham tersenyum sendiri membayangkan itu.Sedangkan ayahnya tengah mengirim pesan ke seseorang. “Cari informasi secara valid! Siapa yang sudah memberitahu ayahnya Emilly-Sammuel White perihal latar belakang Abraham!”“Siap, Bos.” Jawab orang suruhan Abrisam setelah itu ponsel mahalnya kembali ia masukkan dalam saku celana.Suasana sempat hening lantaran tidak ada obrolan yang terjadi diantara keduanya, sampai akhirnya Abrisam menanyakan hal yang masih mengganjal di hatinya. “Apa kamu tidak mencurigai calon mertuamu?” tanya Abrisam ingin mengetahui jawaban anaknya.&
“Mengapa calon besan bisa melupakan sesama besannya?” sindir Sammuel membuat Abrisam segera membuka mata lantaran kaget. Padahal, dirinya dengan Sammuel belum pernah saling bertukar nomor. Lalu, darimana dia mendapatkannya?“Pasti anda sedang berpikir darimana saya dengan mudahnya mendapatkan nomor ponsel anda, apa anda lupa jika saya ini calon mertua dari Abrisam? Saya memita darinya.” Ucap Sammuel membuat Abrisam semakin overthingking dengan calon besannya itu.“Baiklah, anggap saja begitu. Lalu apa tujuan anda menghubungi saya? Hal apa yang ingin dibahas?” tanya Abrisam penasaran.“Ini bukan perihal pernikahan anak-anak kita, melainkan urusan diantara kita yang sebentar lagi akan menjadi besan. Saya harap, jangan lagi ingin mencari tahu siapa saya melalui orang lain. Saya adalah apa yang kalian kenal saat ini, bagaimana saya dahulunya, biarlah menjadi masa lalu saya tanpa harus kalian mengetahuinya. Saya hanya ingin m
“Jadi benar jika kakekmu adalah Sammy Van Deer White?” tanya Abrisam memastikan.“Ya, benar sekali. Bahkan saya tahu betul siapa kakekmu jauh sebelum anda mengenal siapa keluargaku.” Jawab Samuel dengan tenangnya.“Perihal Harvey? Apakah dia yang membackingmu selama ini sehingga tidak ada yang bisa menembus informasi apapun tentangmu. Bahkan dia juga yang sudah memberitahu jika aku sedang mencari informasi tentangmu. Aku sungguh terkejut dengan semua ini, rupanya, Harvey yang menjadi salah satu orang kepercayaanku ternyata menusukku dari belakang!” ucap Abrisam dengan penuh penekanan.“Saya tahu jika Harvey bekerja untukmu. Selagi dia tidak menyinggung keluarganya sendiri, maka saya biarkan.” Jawab Sammuel sembari tersenyum tipis.Brak!!! Suara gebrakan meja yang sangat kencang membuat suasana yang tengah hening menjadi tegang. Abrisam merasa selama ini dibodohi oleh anak buahnya
Tidak puas jika usahanya hanya ada di tanah kelahirannya, Abraham berniat melebarkan sayap ke berbagai provinsi hingga luar negeri. Perlahan namun pasti, semua kini sudah terbukti, Abraham kini membawahi beberapa negara yang bekerja sama dengan dirinya.Hingga ada suatu hari, dimana Abraham tengah mengunjungi usahanya yang berada di wilayah Bandung, Jawa Barat, ada sosok wanita biasa dengan penampilan sederhana namun sangat terlihat menarik yang sukses mencuri perhatiannya, apalagi tatapan mata wanita itu sangat meneduhkan hati Abraham.Karena penasaran, akhirnya Abraham mencari tahu siapa wanita itu melalui orang suruhannya. Setelah mendapat informasi yang valid, akhirnya Abraham memberanikan diri untuk mendekati pujaan hatinya itu.Kebetulan mereka bertemu lagi di persimpangan jalan, yang dimana wanita itu tengah menyebrang sambil membawa belanjaan seperti habis dari pasar.“Neng, ayo Aa antar,” ucap Abraham menawarkan diri set
“Abraham, apakah kamu yakin ingin menjadikan kekasihmu itu menjadi pendamping hidup? Apakah keputusanmu sudah bulat?” tanya Abrisam memastikan ketika mereka berdua tengah berada di halaman belakang sembari memandang kolam ikan yang sangat luas.“Tentu saja. Namanya Emilly, Pah. Dia gadis yang berbeda dari kebanyakan, yang aku butuhkan dalam mencari seorang istri ada di dalam dirinya. Anak rumahan, penyabar, lemah lembut, tidak silau dengan harta serta kekuasaan apalagi bisa membuka pola pikirku jika hidup tidak selamanya tentang uang.” Jawab Abraham dengan antusiasnya.“Tumben sekali kamu memperkenalkan wanita sampai segininya. Baiklah, beritahu kekasihmu jika besok kami akan datang.” Ucap Abrisam membuat Abraham bergembira.Dengan penuh semangat, ia menghubungi Emilly perihal ini. Tentu saja mereka berdua menyambutnya dengan sangat bahagia, persiapan pun segera dilakukan oleh kedua belah pihak untuk acara ini.