Beranda / Romansa / Pengawal Nona Muda / The Haunting Past

Share

The Haunting Past

Penulis: wpwp
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Semuanya kacau, Prince!” geram James. “Pihak kepolisian dan pelabuhan tidak mau lagi bekerja sama dengan kita! Mereka menginginkan bayaran yang lebih besar jika masih ingin bisnis kita yang satu itu tetap berjalan.”

“Kita sudah tidak punya uang, James.”

“Kau tidak perlu mengulangi kalimatmu itu ratusan kali! Aku sudah tahu! Dan semua itu berkat kecerobohanmu dan Nicholas Wells,” kesal James. “Pria itu muncul seperti jimat keberuntungan Wade yang membuat semua bisnisnya dalam semalam menjadi besar. Dia juga seperti kecoa yang sulit sekali dibunuh!”

“Sulit dibunuh? Apa maksudmu?” tanya Prince.

James menghela napas, lalu membuka laci meja kerjanya dan melemparkan sebuah map ke hadapan Prince. “Aku tidak mengerti, mengapa bakat dan kepandaian bisnis ayah dan kakekmu tidak menurun padamu. Armand dan Daniel Loshen adalah pebisnis handal di masanya, tapi kau? Bahkan dalam satu tahun k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengawal Nona Muda   Falling A Part

    Ben sudah tidak ada lagi di sisinya ketika Ella membuka mata. Lagi-lagi, ia ditinggal sendirian di dalam tempat berteduh ini. Ella mengambil tasnya untuk memeriksa ponsel—siapa tahu ada sinyal dan ia bisa meminta bantuan—yang ternyata baterainya sudah mati. Tentu saja, sudah dua malam ia terjebak di gua ini, makanan sudah menipis, kakinya sakit, dan tebing di sana terlalu tinggi untuk seorang Ben mendaki sambil menggendong Ella. “Cepat bereskan barangmu!” perintah Ben tiba-tiba. Ella menoleh dan menatapnya bingung. “Aku sudah berhasil menghubungi tim penyelamat. Mereka akan sampai di atas sana sekitar lima belas menit lagi. Ayo!” Ella menuruti ucapan Ben, ia mulai mengemasi barang-barangnya. Kemudian dengan tertatih, ia mengikuti Ben menuju tebing. Pria itu sama sekali tidak menawarkan bantuan, meski ia melihat Ella yang kesulitan untuk berjalan. Sungguh membuat Ella tidak habis pikir! Pria ini seperti memiliki kepribadian ganda, ia bisa sangat memuja

  • Pengawal Nona Muda   Ally or Enemy

    “Kau sudah tahu tentang diriku?” Ella mengangguk dengan mata yang menerawang jauh. “Ini,” ucapnya seraya mengambil lembaran foto yang ia bawa dari rumah Ben. “Aku tahu siapa ayahmu dari foto-foto di rumah Ben. Ayahmu—maksudku Arian, Max, dan Sam adalah teman. Mereka merencanakan perampokan malam itu.” Prince menatap lembar demi lembar foto yang diberikan Ella. Wajah-wajah yang sama, yang ia lihat di berkas yang diberikan James padanya. “Aku turut prihatin, Prince.” “Kenapa?” bingung Prince. “Maksudku, Arian juga menjadi penyebab kau kehilangan orang tuamu.” “Ya, ucapanmu benar. Tapi, kau dan aku, kita sebenarnya adalah korban dari kebiadaban orang dewasa.” Ella menghela napas. “Mendengarmu berteriak pada ibumu, membuatku sadar bahwa kau tidak jauh berbeda denganku. Kau terjebak dalam situasi ini dan kau ingin membuktikan pada keluarga Loshen seberapa pantas dirimu, tapi semuanya terlihat konyol, saat kebenaran tentang masa lalu kita terbongkar

  • Pengawal Nona Muda   Hopeless

    Ella tidak peduli lagi dengan jarum speedometernya yang sudah menunjuk angka 100. Ia masih terus menekan pedal gas dalam-dalam untuk sampai di kantor James. Begitu gedung tahta keluarga Softucker itu terlihat, Ella mulai mengurangi kecepatannya dan berhenti tepat di depan lobi. Ia segera turun dan berjalan masuk, tapi dua orang penjaga lebih dulu menghadangnya. “Kalian tidak tahu siapa diriku?” Dua orang bertubuh besar itu saling menatap, lalu salah satunya menjawab, “Kami tahu siapa Nona. Namun, Tuan James Softucker sedan gada tamu dan berpesan untuk tidak diganggu.” “Jadi menurut kalian, aku adalah gangguan?” tanya Ella kesal. “Aku adalah Radella Softucker, anak dari Ernest Softucker, pemilik sah gedung ini! Bahkan aku bisa langsung memecat kalian!” Namun, dua pria itu tetap bergeming dan semakin membuat Ella kesal. “Di mana Lucas dan Dave?! Kalian harus belajar dari mereka!” “Dua pengawal Nona sudah tidak lagi bekerja di sini.” “Sej

  • Pengawal Nona Muda   The Proposal

    Kedua mata Ella membelalak mendapati Ben sudah berdiri di depannya. Rahang pria itu mengeras dan matanya menatap tajam penuh amarah pada Ella, seolah siap melahap dirinya hingga tak bersisa. Entah bagaimana, pistol yang semula ada di tangan Ella, kini berpindah ke tangan Ben dan tanpa berpikir dua kali, pria itu langsung melemparkannya ke danau.“Apa pedulimu?” sungut Ella. “Kau urus saja tunanganmu.”Tanpa sepatah kata pun dan mengabaikan penolakan Ella, Ben menyeretnya menuju pondok. Ben membuka paksa pintu pondok dan menarik masuk Ella. Ia mendorong Ella menuju sofa, lalu menyusul dengan duduk di hadapan wanita itu. Tatapan nyalangnya berhasil membuat nyali Ella menciut.Semenit, lima menit, dan untuk menit-menit selanjutnya, tidak satu pun dari mereka mulai berbicara. Suasana menjadi semakin canggung dan membuat Ella tidak nyaman. Takut-takut, ia melirik Ben, lalu buru-buru membuang muka. Berada sedekat ini dengan orang yang kau cinta

  • Pengawal Nona Muda   The Mastermind

    “Kau baik-baik saja?” tanya Ella saat ia dan Prince sudah keluar dari penjara. “Kau yakin?” ulang Ella saat melihat Prince hanya mengangguk dalam diam. Pria itu jadi lebih pendiam dari sebelum mereka datang ke penjara pagi ini. Matanya bengkak—entah berapa lama ia menangis di dalam tadi, tapi Prince tetap berusaha menyakinkan Ella bahwa dirinya baik-baik saja. Ella tidak lagi bertanya, ia melajukan mobilnya menuju kedai Vernon. Hari ini, setelah dari penjara Blackford untuk mendapatkan pengakuan Arian, rencananya mereka akan bertemu dengan Ben di kedai. Begitu sampai, Prince dan Ella langsung turun dan masuk. Ella menyapa Peter sebentar sebelum akhirnya mengajak Prince menuju meja yang berada di pojok paling dalam. “Bagaimana?” tanya Ben tanpa basa-basi. “Apa kau sudah mendapatkan yang aku mau?” Ella menggeleng. “Aku tidak bisa tiba-tiba bertanya pada James di mana lokasi operasinya.” “Kalau begitu kau tidak berguna untukku dan lebih baik aku melakuka

  • Pengawal Nona Muda   The Base

    Entah sudah berapa lama mereka melaju, Ella tidak tahu, karena sepanjang perjalanan ia memejamkan matanya, terlalu takut untuk melihat kegilaan yang dilakukan Ben. Berkali-kali Ben menekan klakson, diiringi putaran setir yang membuat tubuh Ella terdorong ke samping berulang kali. Pada akhirnya kegilaan itu baru benar-benar berhenti, ketika Ben membuka pintu di sisi Ella. “Turun!” Takut-takut Ella membuka matanya, ia memperhatikan keadaan sekitar dan terkejut saat menyadari di hadapannya berdiri kokoh pagar besi dan bebatuan yang terlihat sudah tidak terawat. Bahkan jalanan yang seharusnya nampak, tertutup oleh tumpukan dedaunan kering yang gugur. Perlahan, Ella menuruti perintah Ben, dan begitu ia menjejak tanah, tangannya langsung bergerak merapatkan mantelnya. Selain sepi, embusan dingin angin musim gugur membuat tubuh Ella merinding dan kedinginan. “Di mana ini?” Ben tidak menjawab, tapi dia menggandeng tangan Ella dan mengajaknya melangkah memasuk

  • Pengawal Nona Muda   Crazy Stupid Plan

    Prince menyambar jaketnya, lalu mengendari motornya seperti orang gila. Ia terus memutar tuas gas di tangannya dan fokus pada kondisi jalan di depannya. Malam ini, Rotterfort masih terasa hidup, karena ada festival tahunan untuk merayakan keberhasilan panen warga. Orang-orang masih asyik mengobrol dengan teman-temannya di kafe, membeli camilan di toko-toko, bahkan pawai hasil pertanian baru saja lewat di depan Prince. Namun, saat ini ia benar-benar tidak tertarik untuk turut berpesta dengan warga, karena ia sedang mengkhawatirkan istrinya yang mungkin saja sekarang sudah tewas! Prince benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Ella yang liar—kalau tidak ingin dibilang gila dan ceroboh. Kesabaran yang dimiliki Ella benar-benar tipis, karena ia tidak bisa menunggu Prince menyelesaikan beberapa urusan di kantor sebelum memenuhi janjinya untuk menemui Ben. Kesabaran Ella yang habis itu, membuat Prince panik seperti sekarang, ketika Grace meneleponnya dan menyadari posisi

  • Pengawal Nona Muda   Covert Operation

    “Bukankah itu Grace?” tanya Prince, matanya menyipit untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. “Sedang apa dia?” Begitu Ben menepikan mobilnya, Prince langsung turun menghampiri Grace. Di belakangnya, Ben pun menyusul, setelah mengantongi sebuah senapan di saku mantel kirinya. Sedangkan Grace hampir terkena serangan jantung saat melihat dua pria itu muncul di sebelahnya. “Apa yang kau lakukan di sini, Grace?” tanya Prince. “Aku …” “Dan di mana Ella?” lanjut Prince. “Kenapa kau sendirian?” “Dia—” “Apa temanmu itu nekat melakukan hal bodoh?” sergah Ben. “Apa dia pergi ke gudang James sendirian?” Grace mengangguk. “Aku sudah memintanya untuk tidak pergi, tapi Ella tetap bersikeras ke sana. Bahkan aku juga menyuruhnya untuk lapor ke polisi, tapi—” “Nic!” teriak Prince saat melihat Ben tiba-tiba berlari. “Kau mau ke mana?” “Aku akan menyusul si Bodoh Ella!” “Tunggu!” “Sebaiknya kalian tunggu di sini,” ucap Ben. “Kalau aku tidak kembali dalam waktu setengah jam, kalian h

Bab terbaru

  • Pengawal Nona Muda   Happily Ever After (?)

    Ben pikir, setelah Ella mengatakan ya padanya, semuanya akan berjalan lancar hingga hari pernikahan—yang entah kapan akan mereka gelar. Nyatanya, dua hari setelah pulang dari pondok, Ella meminta waktu lebih lama untuk memikirkan kapan sebaiknya pernikahan mereka dilangsungkan. Jangan tanya bagaimana paniknya Ben saat itu, tapi sebisa mungkin berusaha ia sembunyikan. Ia tidak ingin membuat Ella merasa terpaksa menikahi Ben, meski sebenarnya Ben juga sudah tidak sabar ingin menjadikan Ella sebagai istrinya, karena ia sangat takut kehilangan Ella lagi.“Ella belum memutuskan kapan dia akan menikahimu?” tanya Jensen, saat ia menyempatkan diri mampir ke rumah Ben sebelum berangkat bertugas. “Kalian bertengkar lagi?”Ben menggeleng. “Aku juga tidak tahu. Sudah berhari-hari dia sulit dihubungi. Bahkan Prince juga kesulitan menemuinya di kantor. Kata sekretarisnya, Ella tiba-tiba saja ingin menyendiri,” jawab Ben.&ldq

  • Pengawal Nona Muda   Yes, I do.

    “Kamar?!”Entah itu sebuah pertanyaan atau perintah. Ella tidak mengerti apa yang diucapkannya, karena saat ini tidak bisa berpikir jernih. Napasnya terengah, hampir habis, karena terlalu bergairah membalas ciuman Ben. Ya, Tuhan, ia tidak pernah menyangka kalau bisa merindukan sebuah ciuman seperti ini. Ini bukan perkara ciumannya, tapi siapa orang yang kau cium. Bagi Ella, orang itu adalah Benedict Cerg.Tak jauh berbeda dengan Ella, Ben pun mendadak bodoh dan hanya mampu mengangguk, tapi insiting liarnya menyuruhnya untuk mengangkat tubuh Ella, lalu berjalan tergesa menuju kamar. Ben tidak menyangka akan datang hari ini—lagi—untuknya, melakukan hal paling intim yang bisa dilakukan sepasang manusia yang sedang dilanda gairah.Ella merasakan tubuhnya terhempas menyentuh permukaan kasur, Ben langsung menindihnya, kembali menciumnya penuh tuntutan rindu yang harus segera tersalurkan. Bahayanya, tidak ada yang tahu berapa lama yang diperluka

  • Pengawal Nona Muda   Sorry and Thank You.

    Sudah lebih dari tiga jam sejak dokter meninggalkan ruang rawat Ben, tapi pria itu belum juga sadarkan diri. Jensen pun harus kembali ke kantor polisi untuk membuat laporan. Sedangkan Prince dan Grace juga pulang bersama anak-anak mereka. Martin belum terlihat lagi sejak satu jam yang lalu. Hanya ada Ella dan Aj yang tersisa menjaga Ben di ruangan itu.“Mommy, kapan Paman Ben akan bangun?”Ella yang sedang membaca majalah menoleh pada putranya yang ternyata sudah bangun dari tidur lelapnya di sofa. Ella menghampiri Aj dan langsung memangku bocah itu, sembari menepuk-nepuk punggungnya agar kembali tidur, mengingat tidur bocah itu pasti tidak nyaman di rumah sakit.“Sayang, kau sudah bangun? Jika masih mengantuk, tidur lagi saja.”Aj menggeleng. “Mom, kapan P

  • Pengawal Nona Muda   Foolish Love

    “Sayang, kau baik-baik saja?” tanya Martin khawatir, saat melihat Ella diam saja sejak masuk ke mobilnya. “Kau mau makan dulu sebelum kita menjemput Aj di rumah Prince?”“Tidak usah. Kita langsung ke sana.”“Kau yakin?”Ella mengangguk pasti, lalu kembali diam, menatap jalanan Rotterfort yang mulai ramai pagi ini.“Sialan!” maki si supir tiba-tiba?“Ada apa?” tanya Martin sambil mencoba melihat apa yang sedang terjadi di depan.“Orang-orang ini seperti tidak punya pekerjaan. Hampir setiap hari mereka turun ke jalan untuk berunjuk rasa,” gerutunya pada ratusan orang dengan spanduk dan poster-poster menuntut keadilan yang sedang lewat di depan mobilnya.“Tentang apa?”

  • Pengawal Nona Muda   Goodbye, Radella Softucker.

    Entah sudah berapa kali Ben menghela napas dan berapa liter bensin yang dihabiskannya. Sepertinya ia sudah mengelilingi Rotterfort puluhan kali, hanya untuk menenangkan pikiran dan keinginan hatinya yang ingin bertemu dengan Aj. Ben menggunakan segala cara, dari mulai mencari kesibukan di bengkel, hingga berkeliling Rotterfort. Namun, rasa rindu pada putranya—juga Ella—benar-benar tidak terbendung.Motornya berhenti di tempat terjauh dari Rotterfort yang bisa ia jangkau. Ia kembali ke pemakaman di luar Rotterfort yang beberapa hari lalu ia kunjungi. Ben berjalan dengan seikat lili di tangannya, melewati nisan-nisan yang kusam, lalu langkahnya berhenti beberapa meter dari kuburan orang tuanya. Lili yang kemarin dibawanya sudah nampak layu, tapi ada lima tangkai lili yang masih terlihat segar. Bukan, itu bukan lili di tangan B

  • Pengawal Nona Muda   Will You Marry Me?

    Sudah 15 menit Ben berdiri di dapur. Diam-diam ia mengawasi Martin dan Aj yang sedang bermain bersama Max di ruang tamu. Ia sudah menemukan jawaban dari semua pertanyaan di kepalanya atas teka-teki yang ia temukan beberapa saat lalu ketika mereka masih berdiri di halaman rumah.Tunangan Martin adalah Ella.Aj adalah putranya.Ingin rasanya Ben memeluk bocah itu dan mengatakan betapa ia sangat merindukannya. Namun, Ben kembali menyadari posisi dirinya yang bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan Martin. Untuk saat ini, Ben hanya bisa membuatkan putranya segelas cokelat hangat—seperti yang selalu ia sajikan untuk ibunya.Buku-buku jemari Ben mengepal erat nampan yang membawa secangkir teh dan cokelat hangat itu. Perlahan ia letakkan dua cangkir itu di atas meja, tanpa memutuskan tatapannya pada Aj yang kini berlari mengitari ruang tamunya bersama Max.Prince sialan! Mengapa ia tidak mengatakan pada Ben, kalau Aj adalah putranya?“Ben, apa hubunganmu dengan Ella?” tanya Martin, set

  • Pengawal Nona Muda   Hello, El.

    Ben sedang dalam perjalanan pulang dari memperbaiki mobil milik temannya, saat ia melihat wajah yang tak asing sedang berdiri di halte bus. Sebagai tetangga yang baik, Ben berhenti dan menawarkan diri untuk membonceng tetangganya itu pulang.“Terima kasih, Ben.”“Tidak masalah. Kenapa kau berpakaian seperti ini?” tanya Ben penasaran.“Aku kalah taruhan dengan kawan-kawanku, jadi aku harus meminjam pakaian kakak perempuanku untuk pergi ke prom.”Ben terkekeh mendengar penjelasan tetangganya ini.“O, iya, Ben, kau mau membantuku sekali lagi?”“Apa itu?”“Sebagai tambahan hukuman kalah taruhan, aku juga harus mencium seorang pria. Kau bisa membantuku? Hanya satu kecupan saja. Kumohon. Kalau tidak, minggu depan aku harus memakai pakaian wanita dan berdandan untuk keluar rumah.”Ben menggeleng tak percaya mendengar ucapan tetangganya ini. “Kali ini aku aka

  • Pengawal Nona Muda   Rotterfort Now

    Sudah bertahun-tahun rumah megah di tengah kota itu sepi. Dulu sekali, si Tuan Rumah rutin mengadakan acara amal bersama koleganya. Namun, tidak jarang pula ia mengundang orang-orang kurang beruntung untuk turut hadir dan merasakan masakan dari tangan chef handal. Sejak beberapa tahun lalu rumah itu dilelang, hanya remang cahaya lampu taman yang sering dilihat dan dibicarakan penduduk Rotterfort.Hingga kini, si anak perempuan pembawa sial, tapi juga yang paling beruntung kembali ke rumahnya. Lampu-lampu di hampir seluruh sudut rumah itu diganti dengan lampu yang nyalanya lebih terang. Para tamu undangan yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang itu sudah datang dan duduk berdampingan di kursi makan. Sebastian sibuk mengobrol dengan Frederick—pengusaha muda yang sedang merintis usahanya di bidang nano teknologi—sambil menikmati lobster. Delapan orang lainnya pun sibuk membicarakan bisnis dan kerjasama yang barang kali bisa mereka bentuk.

  • Pengawal Nona Muda   As The Years Passed By

    “Jangan menertawakanku.”Ben menggeleng, tapi ia tidak sanggup menyembunyikan senyum di wajahnya.“Kondisimu juga tidak lebih baik dari aku.”Ben tertawa mendengar Sebastian yang bersungut-sungut sejak ia duduk di bangku itu. Sedangkan Ben, sibuk dengan kunci inggris, oli, dan mesin mobil Sebastian.“Lihat saja, kau lebih memilih kotor seperti ini, bekerja di ruang panas, daripada dengan setelan jas di kantorku.”Ben menjejakkan kakinya sebagai tumpuan untuk menarik diri dari bawah kolong mobil. Ia muncul dari sana dengan pakaian bengkelnya yang sudah kotor, berlumuran oli dari mobil-mobil yang diperbaikinya.Sejak bebas dari Blackford enam bulan lalu, Ben memilih memulai hidup barunya dengan menjadi montir. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya selama lima tahun di Blackford, Ben bisa menyelesaikan—hampir—semua masalah mesin, khususnya mobil.“Jika kau bingung, kenap

DMCA.com Protection Status