Home / Romansa / Pengawal Nona Muda / Declaration of War

Share

Declaration of War

Author: wpwp
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah hampir satu jam perjalanan, akhirnya mobil yang menjemput Ella dan Grace berbelok memasuki sebuah pekarangan cottage mungil yang terlihat begitu asri dengan deretan pohon kelapa dan bunga-bunga yang tertata rapi di sana, lalu berhenti tepat di depan pintu masuk. Seorang supir membukakan pintu untuk mereka, lalu mempersilakan dua wanita itu masuk.

“Selamat datang,” sambut Kim, lalu memeluk dan mencium kawan barunya. “Bagaimana perjalanannya?”

“Sedikit membosankan, tapi champagne-mu cukup menghibur,” jawab Ella yang membuat Kim terkekeh.

“Ayo! Aku ajak kalian berkeliling, sekaligus memberitahu hal-hal apa saja yang akan kita lakukan selama tinggal di sini.” Kim langsung menggamit lengan Ella dan Grace. “Oh, tolong masukkan langsung ke kamar mereka, Fred,” titah Kim pada supir yang sudah menurunkan barang-barang Ella dan Grace.

“Benar-benar hanya kita di sini?” tanya Grace memastikan, saat tidak melihat siapa pun di sekitarnya.<

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengawal Nona Muda   Lost

    Ella benar-benar muak berada di cottage miliki keluarga Wade ini. Rencananya gagal total karena kehadiran Ben. Pria itu seperti lintah yang terus menempel pada Kim, sehingga Ella tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Kim. Beruntung sebuah panggilan telepon membuat Ben tidak bisa ikut pendakian bukit, karena ia harus mengurus beberapa urusan yang tertunda. Pria itu harus tetap berada di cottage, saat Ella bersama Kim dan Grace akan melakukan hiking. Ini adalah kesempatan Ella untuk mendekati Kim. “Semua sudah siap? Kalian sudah membawa bekal dan peralatan mendaki?” tanya Kim memastikan. “Baiklah kalau begitu, ayo kita berangkat!” serunya senang dan langsung berjalan keluar menuju jip. “Sayang, kau lupa sesuatu?” tanya Ben tiba-tiba, menghentikan langkah Kim. “Apa?” bingung Kim. Bukannya menjawab, Ben malah menghampiri Kim dan langsung mencium pipi serta bibir Kim. Ella yang berdiri di sebelah Kim, mati-matian menahan mual

  • Pengawal Nona Muda   Dejavu

    Ella perlahan membuka matanya, tapi semuanya nampak gelap. Ia harus berusaha berulang kali memicingkan kedua kelopak matanya untuk bisa melihat sekitarnya sedikit lebih jelas. Namun, sejauh ia memandang, lagi-lagi hanya hitam pekat. Hingga akhirnya ia merasa seseorang mendekapnya, sangat erat, hingga hampir membuatnya sesak napas. Ella berusaha berteriak ingin meminta pertolongan, tapi ada sebuah tangan yang membungkam mulutnya. Ella masih terus meronta berusaha melepaskan diri, tapi tangan-tangan ini terlalu kuat dan Ella tidak memiliki cukup tenaga. Ini semua karena acara mendaki sialan yang menguras tenaganya, bahkan membuatnya tersesat dan mungkin akan berakhir mati dimangsa oleh suku pedalaman yang kanibal. Namun, sedetik kemudian pikiran Ella itu terhapuskan, karena sebuah ujung pistol mengarah tepat pada kepalanya. Jadi, bukan suku pedalaman, tapi Ella akan mati di tangan perampok bertopeng dan bersenjata? Di saat rasa takut Ella perlahan berangsur menghilang

  • Pengawal Nona Muda   Indecision

    Ben menggeliat untuk merenggangkan sendi-sendinya. Sepelan mungkin ia bergerak, agar tidak membangunkan tidur lelap Ella. Hati-hati, Ben memindahkan tangan Ella yang memeluknya, lalu ia bergeser keluar dari selimut untuk melihat kondisi di luar. Pagi sudah tiba, tapi masih gerimis, mungkin ini akan menjadi kendala tim penyelamat turun ke lembah untuk menyelamatkan Ella. Semalam saja, Ben terleset permukaan licin yang membuatnya tergelincir dan berakhir di lembah ini. Dan entah ia harus bersyukur atau tidak dengan peristiwa itu, karena telah membuatnya menemukan Ella yang tergeletak tidak berdaya. Ben menghela napas, lalu kembali menghampiri Ella. Ia menyingkap selimut yang menutupi kaki Ella dan memeriksa pergelangan kakinya yang terkilir. Sepertinya bebat yang dibuatnya sedikit membantu agar tidak semakin membengkak. Ben meraih tasnya, lalu mencari handy talky. Sekali lagi ia berusaha menghubungi tim penyelamat, tapi sepertinya posisinya saat ini tidak menguntungan

  • Pengawal Nona Muda   Skin To Skin

    Sudah lebih dari 15 jam sejak Ella dinyatakan hilang dan lebih dari 10 jam sejak Ben tiba-tiba saja tidak ada kabar, belum ada kabar dari keduanya. Kim terlihat terlihat cukup tenang, meski sesekali ia akan berteriak pada tim penyelamat melalui handy talky untuk lebih teliti dan cepat mencari calon suaminya. Sedangkan Grace tidak bisa menyembunyikan kepanikannya, sejak di menit pertama. Oleh karena itu, ia terus merengek dan memaksa siapa pun untuk mencari Ella. Seorang dari regu penyelamat baru saja kembali setelah menyusuri lereng. Ia kembali ke pos awal pendakian dan mengabarkan bahwa mereka belum menemukan Ella maupun Ben, dan pencarian harus dihentikan sementara waktu akibat cuaca. “Kalian gila! Ada orang hilang dan kalian berhenti mencari?” teriak Grace. “Hanya sementara, Nona. Cuaca sedang tidak mendukung, membuat medan menjadi licin. Kami tidak bisa mengambil resiko terjadi sesuatu pada anggota tim.” “Lalu bagaimana dengan sahabatku?!

  • Pengawal Nona Muda   The Haunting Past

    “Semuanya kacau, Prince!” geram James. “Pihak kepolisian dan pelabuhan tidak mau lagi bekerja sama dengan kita! Mereka menginginkan bayaran yang lebih besar jika masih ingin bisnis kita yang satu itu tetap berjalan.”“Kita sudah tidak punya uang, James.”“Kau tidak perlu mengulangi kalimatmu itu ratusan kali! Aku sudah tahu! Dan semua itu berkat kecerobohanmu dan Nicholas Wells,” kesal James. “Pria itu muncul seperti jimat keberuntungan Wade yang membuat semua bisnisnya dalam semalam menjadi besar. Dia juga seperti kecoa yang sulit sekali dibunuh!”“Sulit dibunuh? Apa maksudmu?” tanya Prince.James menghela napas, lalu membuka laci meja kerjanya dan melemparkan sebuah map ke hadapan Prince. “Aku tidak mengerti, mengapa bakat dan kepandaian bisnis ayah dan kakekmu tidak menurun padamu. Armand dan Daniel Loshen adalah pebisnis handal di masanya, tapi kau? Bahkan dalam satu tahun k

  • Pengawal Nona Muda   Falling A Part

    Ben sudah tidak ada lagi di sisinya ketika Ella membuka mata. Lagi-lagi, ia ditinggal sendirian di dalam tempat berteduh ini. Ella mengambil tasnya untuk memeriksa ponsel—siapa tahu ada sinyal dan ia bisa meminta bantuan—yang ternyata baterainya sudah mati. Tentu saja, sudah dua malam ia terjebak di gua ini, makanan sudah menipis, kakinya sakit, dan tebing di sana terlalu tinggi untuk seorang Ben mendaki sambil menggendong Ella. “Cepat bereskan barangmu!” perintah Ben tiba-tiba. Ella menoleh dan menatapnya bingung. “Aku sudah berhasil menghubungi tim penyelamat. Mereka akan sampai di atas sana sekitar lima belas menit lagi. Ayo!” Ella menuruti ucapan Ben, ia mulai mengemasi barang-barangnya. Kemudian dengan tertatih, ia mengikuti Ben menuju tebing. Pria itu sama sekali tidak menawarkan bantuan, meski ia melihat Ella yang kesulitan untuk berjalan. Sungguh membuat Ella tidak habis pikir! Pria ini seperti memiliki kepribadian ganda, ia bisa sangat memuja

  • Pengawal Nona Muda   Ally or Enemy

    “Kau sudah tahu tentang diriku?” Ella mengangguk dengan mata yang menerawang jauh. “Ini,” ucapnya seraya mengambil lembaran foto yang ia bawa dari rumah Ben. “Aku tahu siapa ayahmu dari foto-foto di rumah Ben. Ayahmu—maksudku Arian, Max, dan Sam adalah teman. Mereka merencanakan perampokan malam itu.” Prince menatap lembar demi lembar foto yang diberikan Ella. Wajah-wajah yang sama, yang ia lihat di berkas yang diberikan James padanya. “Aku turut prihatin, Prince.” “Kenapa?” bingung Prince. “Maksudku, Arian juga menjadi penyebab kau kehilangan orang tuamu.” “Ya, ucapanmu benar. Tapi, kau dan aku, kita sebenarnya adalah korban dari kebiadaban orang dewasa.” Ella menghela napas. “Mendengarmu berteriak pada ibumu, membuatku sadar bahwa kau tidak jauh berbeda denganku. Kau terjebak dalam situasi ini dan kau ingin membuktikan pada keluarga Loshen seberapa pantas dirimu, tapi semuanya terlihat konyol, saat kebenaran tentang masa lalu kita terbongkar

  • Pengawal Nona Muda   Hopeless

    Ella tidak peduli lagi dengan jarum speedometernya yang sudah menunjuk angka 100. Ia masih terus menekan pedal gas dalam-dalam untuk sampai di kantor James. Begitu gedung tahta keluarga Softucker itu terlihat, Ella mulai mengurangi kecepatannya dan berhenti tepat di depan lobi. Ia segera turun dan berjalan masuk, tapi dua orang penjaga lebih dulu menghadangnya. “Kalian tidak tahu siapa diriku?” Dua orang bertubuh besar itu saling menatap, lalu salah satunya menjawab, “Kami tahu siapa Nona. Namun, Tuan James Softucker sedan gada tamu dan berpesan untuk tidak diganggu.” “Jadi menurut kalian, aku adalah gangguan?” tanya Ella kesal. “Aku adalah Radella Softucker, anak dari Ernest Softucker, pemilik sah gedung ini! Bahkan aku bisa langsung memecat kalian!” Namun, dua pria itu tetap bergeming dan semakin membuat Ella kesal. “Di mana Lucas dan Dave?! Kalian harus belajar dari mereka!” “Dua pengawal Nona sudah tidak lagi bekerja di sini.” “Sej

Latest chapter

  • Pengawal Nona Muda   Happily Ever After (?)

    Ben pikir, setelah Ella mengatakan ya padanya, semuanya akan berjalan lancar hingga hari pernikahan—yang entah kapan akan mereka gelar. Nyatanya, dua hari setelah pulang dari pondok, Ella meminta waktu lebih lama untuk memikirkan kapan sebaiknya pernikahan mereka dilangsungkan. Jangan tanya bagaimana paniknya Ben saat itu, tapi sebisa mungkin berusaha ia sembunyikan. Ia tidak ingin membuat Ella merasa terpaksa menikahi Ben, meski sebenarnya Ben juga sudah tidak sabar ingin menjadikan Ella sebagai istrinya, karena ia sangat takut kehilangan Ella lagi.“Ella belum memutuskan kapan dia akan menikahimu?” tanya Jensen, saat ia menyempatkan diri mampir ke rumah Ben sebelum berangkat bertugas. “Kalian bertengkar lagi?”Ben menggeleng. “Aku juga tidak tahu. Sudah berhari-hari dia sulit dihubungi. Bahkan Prince juga kesulitan menemuinya di kantor. Kata sekretarisnya, Ella tiba-tiba saja ingin menyendiri,” jawab Ben.&ldq

  • Pengawal Nona Muda   Yes, I do.

    “Kamar?!”Entah itu sebuah pertanyaan atau perintah. Ella tidak mengerti apa yang diucapkannya, karena saat ini tidak bisa berpikir jernih. Napasnya terengah, hampir habis, karena terlalu bergairah membalas ciuman Ben. Ya, Tuhan, ia tidak pernah menyangka kalau bisa merindukan sebuah ciuman seperti ini. Ini bukan perkara ciumannya, tapi siapa orang yang kau cium. Bagi Ella, orang itu adalah Benedict Cerg.Tak jauh berbeda dengan Ella, Ben pun mendadak bodoh dan hanya mampu mengangguk, tapi insiting liarnya menyuruhnya untuk mengangkat tubuh Ella, lalu berjalan tergesa menuju kamar. Ben tidak menyangka akan datang hari ini—lagi—untuknya, melakukan hal paling intim yang bisa dilakukan sepasang manusia yang sedang dilanda gairah.Ella merasakan tubuhnya terhempas menyentuh permukaan kasur, Ben langsung menindihnya, kembali menciumnya penuh tuntutan rindu yang harus segera tersalurkan. Bahayanya, tidak ada yang tahu berapa lama yang diperluka

  • Pengawal Nona Muda   Sorry and Thank You.

    Sudah lebih dari tiga jam sejak dokter meninggalkan ruang rawat Ben, tapi pria itu belum juga sadarkan diri. Jensen pun harus kembali ke kantor polisi untuk membuat laporan. Sedangkan Prince dan Grace juga pulang bersama anak-anak mereka. Martin belum terlihat lagi sejak satu jam yang lalu. Hanya ada Ella dan Aj yang tersisa menjaga Ben di ruangan itu.“Mommy, kapan Paman Ben akan bangun?”Ella yang sedang membaca majalah menoleh pada putranya yang ternyata sudah bangun dari tidur lelapnya di sofa. Ella menghampiri Aj dan langsung memangku bocah itu, sembari menepuk-nepuk punggungnya agar kembali tidur, mengingat tidur bocah itu pasti tidak nyaman di rumah sakit.“Sayang, kau sudah bangun? Jika masih mengantuk, tidur lagi saja.”Aj menggeleng. “Mom, kapan P

  • Pengawal Nona Muda   Foolish Love

    “Sayang, kau baik-baik saja?” tanya Martin khawatir, saat melihat Ella diam saja sejak masuk ke mobilnya. “Kau mau makan dulu sebelum kita menjemput Aj di rumah Prince?”“Tidak usah. Kita langsung ke sana.”“Kau yakin?”Ella mengangguk pasti, lalu kembali diam, menatap jalanan Rotterfort yang mulai ramai pagi ini.“Sialan!” maki si supir tiba-tiba?“Ada apa?” tanya Martin sambil mencoba melihat apa yang sedang terjadi di depan.“Orang-orang ini seperti tidak punya pekerjaan. Hampir setiap hari mereka turun ke jalan untuk berunjuk rasa,” gerutunya pada ratusan orang dengan spanduk dan poster-poster menuntut keadilan yang sedang lewat di depan mobilnya.“Tentang apa?”

  • Pengawal Nona Muda   Goodbye, Radella Softucker.

    Entah sudah berapa kali Ben menghela napas dan berapa liter bensin yang dihabiskannya. Sepertinya ia sudah mengelilingi Rotterfort puluhan kali, hanya untuk menenangkan pikiran dan keinginan hatinya yang ingin bertemu dengan Aj. Ben menggunakan segala cara, dari mulai mencari kesibukan di bengkel, hingga berkeliling Rotterfort. Namun, rasa rindu pada putranya—juga Ella—benar-benar tidak terbendung.Motornya berhenti di tempat terjauh dari Rotterfort yang bisa ia jangkau. Ia kembali ke pemakaman di luar Rotterfort yang beberapa hari lalu ia kunjungi. Ben berjalan dengan seikat lili di tangannya, melewati nisan-nisan yang kusam, lalu langkahnya berhenti beberapa meter dari kuburan orang tuanya. Lili yang kemarin dibawanya sudah nampak layu, tapi ada lima tangkai lili yang masih terlihat segar. Bukan, itu bukan lili di tangan B

  • Pengawal Nona Muda   Will You Marry Me?

    Sudah 15 menit Ben berdiri di dapur. Diam-diam ia mengawasi Martin dan Aj yang sedang bermain bersama Max di ruang tamu. Ia sudah menemukan jawaban dari semua pertanyaan di kepalanya atas teka-teki yang ia temukan beberapa saat lalu ketika mereka masih berdiri di halaman rumah.Tunangan Martin adalah Ella.Aj adalah putranya.Ingin rasanya Ben memeluk bocah itu dan mengatakan betapa ia sangat merindukannya. Namun, Ben kembali menyadari posisi dirinya yang bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan Martin. Untuk saat ini, Ben hanya bisa membuatkan putranya segelas cokelat hangat—seperti yang selalu ia sajikan untuk ibunya.Buku-buku jemari Ben mengepal erat nampan yang membawa secangkir teh dan cokelat hangat itu. Perlahan ia letakkan dua cangkir itu di atas meja, tanpa memutuskan tatapannya pada Aj yang kini berlari mengitari ruang tamunya bersama Max.Prince sialan! Mengapa ia tidak mengatakan pada Ben, kalau Aj adalah putranya?“Ben, apa hubunganmu dengan Ella?” tanya Martin, set

  • Pengawal Nona Muda   Hello, El.

    Ben sedang dalam perjalanan pulang dari memperbaiki mobil milik temannya, saat ia melihat wajah yang tak asing sedang berdiri di halte bus. Sebagai tetangga yang baik, Ben berhenti dan menawarkan diri untuk membonceng tetangganya itu pulang.“Terima kasih, Ben.”“Tidak masalah. Kenapa kau berpakaian seperti ini?” tanya Ben penasaran.“Aku kalah taruhan dengan kawan-kawanku, jadi aku harus meminjam pakaian kakak perempuanku untuk pergi ke prom.”Ben terkekeh mendengar penjelasan tetangganya ini.“O, iya, Ben, kau mau membantuku sekali lagi?”“Apa itu?”“Sebagai tambahan hukuman kalah taruhan, aku juga harus mencium seorang pria. Kau bisa membantuku? Hanya satu kecupan saja. Kumohon. Kalau tidak, minggu depan aku harus memakai pakaian wanita dan berdandan untuk keluar rumah.”Ben menggeleng tak percaya mendengar ucapan tetangganya ini. “Kali ini aku aka

  • Pengawal Nona Muda   Rotterfort Now

    Sudah bertahun-tahun rumah megah di tengah kota itu sepi. Dulu sekali, si Tuan Rumah rutin mengadakan acara amal bersama koleganya. Namun, tidak jarang pula ia mengundang orang-orang kurang beruntung untuk turut hadir dan merasakan masakan dari tangan chef handal. Sejak beberapa tahun lalu rumah itu dilelang, hanya remang cahaya lampu taman yang sering dilihat dan dibicarakan penduduk Rotterfort.Hingga kini, si anak perempuan pembawa sial, tapi juga yang paling beruntung kembali ke rumahnya. Lampu-lampu di hampir seluruh sudut rumah itu diganti dengan lampu yang nyalanya lebih terang. Para tamu undangan yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang itu sudah datang dan duduk berdampingan di kursi makan. Sebastian sibuk mengobrol dengan Frederick—pengusaha muda yang sedang merintis usahanya di bidang nano teknologi—sambil menikmati lobster. Delapan orang lainnya pun sibuk membicarakan bisnis dan kerjasama yang barang kali bisa mereka bentuk.

  • Pengawal Nona Muda   As The Years Passed By

    “Jangan menertawakanku.”Ben menggeleng, tapi ia tidak sanggup menyembunyikan senyum di wajahnya.“Kondisimu juga tidak lebih baik dari aku.”Ben tertawa mendengar Sebastian yang bersungut-sungut sejak ia duduk di bangku itu. Sedangkan Ben, sibuk dengan kunci inggris, oli, dan mesin mobil Sebastian.“Lihat saja, kau lebih memilih kotor seperti ini, bekerja di ruang panas, daripada dengan setelan jas di kantorku.”Ben menjejakkan kakinya sebagai tumpuan untuk menarik diri dari bawah kolong mobil. Ia muncul dari sana dengan pakaian bengkelnya yang sudah kotor, berlumuran oli dari mobil-mobil yang diperbaikinya.Sejak bebas dari Blackford enam bulan lalu, Ben memilih memulai hidup barunya dengan menjadi montir. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya selama lima tahun di Blackford, Ben bisa menyelesaikan—hampir—semua masalah mesin, khususnya mobil.“Jika kau bingung, kenap

DMCA.com Protection Status