Share

Bab 5 Bersembunyi

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-10-10 22:13:07

Untuk ke sekian kalinya Senja mengubah posisi tidur, berharap kantuk akan datang. Namun, semuanya sia-sia.

Diliriknya jam weker yang bertengger manis di nakas, pukul 22.00 WIB. Hampir tengah malam dan dirinya terus memikirkan kejadian tadi siang.

Bukannya merasa bersalah, tapi Senja justru dibuat penasaran dan tertantang untuk mengetahui tentang kehidupan bodyguard-nya itu.

Seorang pria dengan penampilan menarik seperti Abimanyu mustahil tak ada yang terpikat. Tidak dapat dipungkiri, Senja pun terpesona pada Abimanyu. Hanya saja, dia mencoba menjaga hati dan batasannya. Karena, dia sudah menetapkan hati pada Dewantara seorang.

Di tengah imajinasinya yang melambung, suara perut menghempaskannya ke alam sadar. Akhir-akhir ini dia cepat lapar. Tak mau menunggu sampai cacing di perutnya berdemo lebih keras lagi, Senja bergegas pergi ke dapur mencari pelipur lapar.

Baru saja ke luar kamar beberapa langkah, dirinya dikejutkan dengan sosok Abimanyu yang tengah duduk di sofa dekat pintu kamar Senja.

"Kamu ngapain di sini? Dan lagi, sejak kapan ada sofa di dekat kamarku?" Senja berkacak pinggang di depan Abimanyu yang sedang berkutat dengan laptopnya.

Abimanyu melirik gadis itu sekilas, lalu kembali memfokuskan diri di depan layar persegi panjang yang ada di pangkuannya.

Senja mendengkus kesal. Mau seperti apa pun sikapnya pada Abimanyu, pria itu akan tetap dingin. Sebutan kulkas berjalan memang tidak salah.

Dengan menahan kesal, Senja berbalik kembali melanjutkan langkah menjemput makanan yang sedari tadi sudah didemokan oleh perutnya.

Kekejutannya bertambah, saat Senja membuka lemari pendingin yang bersisian dengan kompor gas, ternyata penuh dengan makanan. Bukan hanya buah-buahan atau minuman, tapi beberapa camilan tersedia di sana.

"Kulkas berjalan itu memindahkan isinya ke sini semua? Pantesan tetap dingin, hiyy!" Senja bergidik seraya mengambil roti tawar.

Dia mengoleskan selai kacang dan campuran susu di atasnya. Setelah hidangan siap dengan secangkir teh hangat di sebelah kiri tangannya, gadis itu kembali melangkah menuju peraduan.

Dia terus berjalan, melewati pria kaku yang sedang memperhatikan Senja diam-diam. Saat sampai di ambang pintu kamar, suara berat Abimanyu menghentikan langkahnya.

"Senja, duduklah sebentar di sini," ujar Abimanyu yang kembali berkutat dengan laptopnya.

Senja memutar badan, berjalan dengan malas ke arah Abimanyu. Setelah kembali berhadapan dengan bodyguard-nya, Senja berdecak. Pria itu memanggil, tapi malah tak menghiraukannya.

"Kamu itu manggil aku, terus malah dianggurin. Pantesan jomblo, huh!" Senja mulai gemas dengan tingkah Abimanyu.

Tanpa mengalihkan pandangan pada Senja, Abimanyu menepuk-nepuk sisi sofa sebelah kanan yang kosong, memberi isyarat agar Senja duduk.

Dengan kesal, Senja menghempaskan diri di sofa hingga sisi sofa lainnya kembang kempis.

"Kayanya kamu yang harus dipindahkan ke dapur, kulkas abadi," gerutu Senja yang tak dianggap oleh Abimanyu.

Setelah mematikan laptop, kini Abimanyu menatap Senja serius. Sedangkan si empunya malah salah tingkah. Dengan hati-hati Senja meminum teh hangat miliknya, berharap bisa mengurangi rasa gugup yang datang tiba-tiba.

"Siapa Dewantara?" tanya Abimanyu langsung membuka percakapan.

Senja menautkan kedua alis, heran dengan pertanyaan yang dilontarkan pria tampan itu.

"Pertanyaan konyol. Bukankah aku sudah mengatakan kalau Mas Dewantara itu kekasihku, calon suamiku." Senja menekan kata kekasih dan calon suami, sengaja mengingatkan Abimanyu yang memberikan pertanyaan aneh.

Seperti biasa, Abimanyu tidak peduli dan bukan itu jawaban yang ingin dia dapatkan.

"Kamu tahu asal usul keluarganya? Tentang dirinya?" Pertanyaan Abimanyu sukses membuat Senja bungkam.

Jelas saja Senja tak berkutik, karena dia memang tidak tahu latar belakang Dewantara. Yang dia tahu, kekasihnya itu adalah seorang anak tunggal.

"A-aku tahu kok," jawab Senja, gugup.

Abimanyu membaca perubahan air muka Senja. Gadis itu tidak mengatakan yang sebenarnya.

"Katakan apa yang kamu tahu?" Abimanyu sengaja memancing Senja agar bisa bercerita tentang Dewantara.

Wajah Senja berubah, saraf-sarafnya menegang, mengartikan bahwa emosi mulai tersulut.

"Apa urusanmu? Tidak sopan mencampuri privasi orang lain!" sentak Senja tak terima.

Seperti biasa, Abimanyu hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi. Untuk saat ini tak ada satu pun orang yang bisa dipercaya. Baik teman dekat atau kekasih Senja. Semua harus diselidiki latar belakangnya.

"Kamu hanya tinggal ceritakan apa yang kamu tahu tentang Dewantara," ucap Abimanyu tenang.

"Untuk apa?" tantang Senja dengan wajah mulai memerah.

Abimanyu diam sejenak, membaca situasi dan kondisi emosi Senja yang sudah mulai naik. Abimanyu menghela napas, mencoba memberi ruang untuk paru-parunya agar bisa bernapas dengan normal.

"Dengar, Senja! Aku sudah bilang sebelumnya. Untuk saat ini, tak ada orang yang bisa dipercaya termasuk ...."

"Mas Dewantara," potong Senja, menatap sinis Abimanyu.

Abimanyu mengangguk, membenarkan pemikiran Senja. Dia tahu, mungkin agak menyakitkan harus mencurigai orang terdekat. Namun, sekali lagi, tak ada pilihan lain.

"Termasuk kamu juga, kan. Abimanyu?" Senja kembali melontarkan pertanyaan yang kontan membuat air muka Abimanyu berubah.

Mereka berdua saling menatap dalam diam. Curiga selalu menjadi penghalang setiap rencana yang sudah disusun apik.

"Kalau kamu bilang tidak ada yang bisa dipercaya, berarti kamu juga harus aku curigai." Senja mulai berselancar dengan kata-kata.

Abimanyu membeku, dia seperti kalah dalam permainan catur, sekak mat.

"Jangan membuatku tak nyaman berada di dekatmu. Kalau memang kamu curiga dengan Mas Dewantara, cari tahu sendiri. Lagian, aku pastikan dia tidak tahu menahu tentang tragedi yang menimpa ayah. Catat itu baik-baik!" Senja berdiri dan melenggang pergi, dia meninggalkan roti dan teh hangatnya.

Dengan keras dibantingnya pintu kamar, mewakili rasa kesal yang sudah membuncah. Rasa laparnya menguap, digantikan dengan amarah yang menggebu-gebu.

Di luar kamar, Abimanyu masih mematung. Dia seolah tak percaya dengan ucapan yang dilontarkan Senja. Tak ada niat buruk, dia hanya ingin yang terbaik untuk Senja.

Dilihatnya piring berisi roti selai kacang dan secangkir teh hangat yang sudah mulai dingin, rasa bersalah bergelayut di dada. Harusnya, dia lebih sabar untuk mencari bukti dan tidak melibatkan Senja dalam penyelidikannya.

Abimanyu mendesah berat, dia berbaring di sofa berwarna biru, beristirahat lebih baik untuknya. Semoga besok masalah dia dengan Senja akan selesai.

***

Cukup lama Abimanyu menunggu Senja ke luar kelas. Gadis itu susah sekali diatur. Dia tidak mengizinkan Abimanyu untuk mengawalnya sampai kelas, padahal kejahatan bisa terjadi di mana saja.

Dengan gelisah Abimanyu menyapukan pandangan ke berbagai arah, mencari sosok yang dinanti. Sesekali melirik jam tangan, memastikan bahwa jam mata kuliah Senja sudah berakhir.

Tidak mau lengah, akhirnya dia menelepon Senja. Panggilan baru terjawab setelah dering ke tiga, dengan malas orang di seberang sana menjawab.

“Iya, tau. Ini lagi jalan, sudah sampai. Tengok ke belakang.”

Belum juga Abimanyu bersuara, orang dari seberang sana seolah mengerti alasannya menelepon. Dengan cepat Abimanyu membalikkan badan, mendapati Senja yang sudah berada di belakangnya dengan muka masam.

"Ayo pulang!" perintah Abimanyu seraya masuk ke kursi kemudi, sedangkan Senja dengan malas duduk di samping Abimanyu.

Setelah menghidupkan mesin, mobil mulai membelah jalanan yang ramai. Tak ada pembicaraan, hanya sepi menjadi teman di antara mereka.

Senja masih kesal dengan pembicaraan semalam, sedangkan Abimanyu lebih fokus ke jalanan.

Saat mobil mulai memasuki jalanan sepi, tiba-tiba dari arah belakang mobil jip mengikuti. Awalnya Abimanyu tak curiga, tapi saat seseorang dari dalam mobil itu menyembulkan kepala dan senapan sudah siap membidik ke arah mobil yang ditumpangi Senja juga Abimanyu. Dengan sigap pria tampan itu membelokkan mobil. Senja terbentur karena kaget dengan pergerakan Abimanyu.

"Dasar gila! Apa yang kamu laku ...."

"Menunduk!" potong Abimanyu dengan nada bicara meninggi.

Suara tembakan telah memecahkan kaca mobil Avanza bagian belakang. Senja menjerit kaget, bukannya menunduk, dia malah memeluk pinggang Abimanyu.

Abimanyu melonjak, dengan cepat menginjak rem dan berbelok di persimpangan jalan yang mencabang jadi tiga. Mobil jip itu masih terus mengikuti.

Tembakan mulai mengenai badan mobil, membuat Abimanyu khawatir. Jangan sampai mobil yang ditumpangi bersama Senja meledak jika peluru bersarang di tangki bensin. Dengan cepat, Abimanyu mengambil pistol dari balik jaket hitamnya.

"Senja, kendalikan kemudi!" seru Abimanyu memerintah.

"Apa?! Tidak mungkin!" sergah Senja dipenuhi rasa takut dengan badan yang sudah bergetar.

"Lakukan atau kita akan mati!" teriak Abimanyu sukses membuat Senja langsung mengambil kemudi.

Dengan susah payah Senja menggunakan sebelah tangan untuk mengemudi seraya memerhatikan jalanan yang sepi, jangan lupakan mulut yang terus berteriak ketakutan diselingi gumaman menyebut nama Allah. 

 Abimanyu mulai menyembulkan kepala dari balik jendela mobil, sebelah kakinya sengaja menginjak gas. Dengan cepat dia menembakkan pistol ke ban depan mobil jip.

Mobil hitam itu oleng, memutar-mutar di aspal hingga meninggalkan jejak. Terakhir, dia bidikkan pada sang sopir dan satu tembakan tepat mengenai dahi pria bertopeng itu.

Aksi Abimanyu sukses membuat mobil jip dan isinya tak mengejarnya lagi. Setelah memastikan keadaan aman. Abimanyu kembali mengambil alih kemudi.

"Duduklah yang tenang." Suara Abimanyu melembut, mencoba menenangkan Senja yang masih ketakutan dengan tubuh bergetar hebat.

Namun, bukannya duduk, Senja malah kembali memeluk pinggang Abimanyu dengan erat. Dia terus berkemah tak jelas.

Abimanyu sontak terperanjat mendapati pergerakan Senja yang tiba-tiba, jantungnya berpacu lebih cepat. Bahkan ada sesuatu yang menggelitik perut, siap untuk memenuhi rongga dada. Entah apa artinya perasaan itu, yang pasti dia membiarkan Senja memeluknya. Karena, yang dia rasakan juga ada kenyamanan dari sentuhan Senja.

***

Mobil Avanza yang sudah tak lagi indah bentuknya--beberapa bagian jejak peluru--terus melaju di jalanan yang asing. Menyadari itu, Senja menyapukan pemandangan ke jalanan dan sekitarnya.

"Kita mau ke mana? Ini bukan jalan pulang." Bingung dan takut masih kentara, terdengar jelas dari suara yang bergetar.

Abimanyu masih diam, dia harus konsentrasi, jangan sampai lengah. Tidak menutup kemungkinan kalau para penyamun itu kembali mengikuti mereka.

Merasa tidak digubris, Senja semakin dirundung kekhawatiran. Dia tak mampu lagi menahan cairan bening yang lolos dari sudut matanya.

Semburat jingga sudah mempesona pemandangannya, namun mobil itu masih terus melaju tanpa arah tujuan.

"Jangan buat aku takut, kita akan ke mana?" Kini lirihan Senja mampu menggoyahkan Abimanyu dari fokusnya.

Dari jauh, Abimanyu melihat sebuah penginapan sederhana. Mereka memasuki wilayah baru. Untuk saat ini, menghindar dan bersembunyi di tempat aman adalah pilihan yang tepat. Abimanyu akan menyusun strategi sebelum kembali ke tempat asal.

Setelah mulai mendekat, Abimanyu sengaja menghentikan mobilnya sebentar untuk melihat keadaan Senja yang menunduk dengan tangisannya.

"Maaf ya," ucap Abimanyu seraya mengelus surai Senja yang agak berantakan.

Senja mendongak dan tanpa diduga dia menghambur ke pelukan Abimanyu. Jelas kaget menguasai pria itu, dia hanya mampu mematung.

"Aku takut...aku takut," gumam Senja masih dengan isakan tangis.

Tubuh Abimanyu yang sempat menegangkan kini kembali rileks, dengan perlahan dia membalas pelukan Senja sambil mengelus punggung gadis itu.

"Sttt...tidak apa-apa, aku ada di sini. Semua akan baik-baik saja," ujar Abimanyu dengan suara lembut.

Sikapnya yang dingin dan cuek seolah menguap begitu saja. Dua insan itu hayut dalam situasi yang ambigu. Untuk momen terbuai dengan gejolak tak menentu, menghadirkan perasaan aneh yang belum mereka sadari. Sebuah awal yang mengubah keadaan.

Related chapters

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 6 Map Merah

    "Kami mau cek in, satu kamar," ujar Abimanyu pada resepsionis yang mengamati penampilan pria tampan di hadapannya.Sang resepsionis kemudian memberikan kunci kamar pada Abimanyu seraya tersenyum ramah, tapi sayangnya Abimanyu tak menghiraukan itu. Dengan cepat, Abimanyu menghampiri Senja yang sedang berdiri tak jauh darinya."Ayo!" ajak Abimanyu menarik tangan Senja.Gadis itu pasrah mengikuti langkah Abimanyu. Biasanya, dia anti jika harus bersentuhan dengan pria itu. Kejadian hari ini cukup membuatnya lupa akan batasan yang dibuatnya sendiri.Tidak lama kemudian, mereka sampai di kamar yang dituju. Senja membisu tatkala Abimanyu menyuruhnya masuk, tapi saat tahu pria itu mengunci pintu dari dalam di ruangan yang sama, membuat Senja tersadar dengan keadaan."Eh, kamu ngapain di sini?" tanya Senja, panik.Pria dingin itu hanya menatapnya datar. Bukannya menjawab, dia malah masuk ke kamar mandi."Hei, kulkas berjalan! Kamu dengar tidak?!" Kini kesadaran Senja kembali, berteriak tak ter

    Last Updated : 2024-10-11
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 7 Foto

    Senja menatap kagum rumah yang ada di hadapannya. Setelah tiga puluh menit berada di jalanan yang macet, akhirnya lelah itu terbayar lunas tatkala disuguhi pemandangan yang memanjakan mata.Rumah minimalis bercat biru muda dengan halaman yang penuh dengan aneka bunga. Di ujung dekat jendela kamar sebelah kiri, ada sebuah pohon mangga yang baru berbunga.Senja menelan ludah, pastinya segar kalau memakan buah di teriknya matahari."Ayo masuk!" ajak Abimanyu seraya memutar kenop pintu.Kini pupil mata Senja kembali membesar melihat isi rumah itu. Benda-benda bernuansa cokelat berbaur dengan cat putih, terkesan elegan dan rapi. Tidak terlalu banyak perabotan di sini, tapi cukup menarik perhatian bagi seseorang yang bertamu."Ini rumah siapa?" tanya Senja seraya mengamati setiap sudut ruang tamu.Abimanyu menarik dua koper, dia masuk ke salah satu kamar lalu kembali mendekati Senja yang masih terkagum-kagum dengan tempat tinggalnya."Ini rumahku." Abimanyu kembali membawa tas ransel milikn

    Last Updated : 2024-10-12
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 8 Muak

    Perempuan berbaju biru laut dan bando yang mempercantik penampilannya menatap bingung pada Senja."Kenapa?" tanyanya memegang pundak Senja."Ka-kamu ....""Oh, aku Marisa. Teman sekelasmu," potong perempuan bernama Marisa seraya mengulurkan tangan.Senja kembali diserang kekagetan. Belum juga terjawab pertanyaan yang sebelumnya datang, kini pertanyaan baru muncul."Sekelas?" tanya Senja, polos.Marisa yang melihat raut wajah Senja langsung tertawa. Baginya, anak baru di depannya begitu lucu."Iya, kita sekelas. Oke, aku paham. Kamu masih baru, jadi belum mengenali teman sekelas. So, mau berteman denganku?" tanya Marisa kembali mengulurkan tangan yang sempat tak tersambut.Ragu, Senja menyambut uluran tangan Marisa. Segala pertanyaan yang muncul dia simpan sejenak, untuk sekarang mendapat teman sekelas memang hal yang penting. Apalagi Marisa adalah perempuan yang dia cari, mudah mengorek informasi darinya tentang hubungan Marisa dan Abimanyu."Hai Marisa. Salam kenal juga," ujar Sen

    Last Updated : 2024-10-13
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 9 Amarah Senja

    Abimanyu mencoba menghubungi nomor yang memberikan pesan singkat itu, tapi tak terhubung juga. Dia benar-benar bingung dan kalut. Bersamaan dengan itu, Rasti telepon."Halo, untung kamu telepon, Ras. Aku butuh bantuanmu!" seru Abimanyu to the point.Suara di seberang sana mengerti jika Abimanyu tengah kesusahan. Tanpa menimpali seruan Abimanyu, Rasti bergegas menemui Abimanyu.Sebelum Rasti sampai, Abimanyu mencoba menghubungi Senja. Ponselnya aktif, tapi tak ada jawaban dari si empunya. Sungguh Abimanyu sangat menyesali perbuatan sebelumnya, dia kurang sabar menghadapi Senja yang terlalu polos. Harusnya dia mengerti jika gadis itu punya tabiat berbeda dari perempuan lain. Angannya kembali pada ingatan masa lampau. Lima belas tahun yang lalu, dia menghadiri pemakaman rekan ayahnya. Seorang hakim yang tengah berkabung dengan anak kecil berusia lima tahun begitu terpukul dan menangis di pusaran dengan nisan tertulis 'Ayudia Armandini'.Semua pelayat sudah pulang, tersisa ayahnya dan di

    Last Updated : 2024-10-15
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 10 Khawatir

    Senja masih memasang muka masam. Dia tidak berniat membuka percakapan dengan pria yang tengah mengendarai mobil avanza hitam.Kejadian di kantor Dewantara membuatnya kesal dan malu. Apalagi, orang kantor mengetahui jika dirinya adalah kekasih pemilik kantor itu. Mungkin, sekarang sudah tersebar gosip tentang dirinya dan Abimanyu.“Oke, aku minta maaf. Aku hanya khawatir,” ucap Abimanyu mencoba membujuk Senja.Bukannya menimpali, gadis itu malah membuang muka. Dia enggan menatap wajah tampan tapi menyebalkan milik Abimanyu. Mungkin mendiamkannya bisa menjadi hukuman paling baik, dari itulah Senja sengaja mogok bicara.Abimanyu beberapa kali menoleh, melihat raut wajah Senja yang ditekuk. Ternyata Senja benar-benar marah, itu yang ada dalam pikirannya.Karena tak ada respons dari Senja, akhirnya Abimanyu menyerah juga. Baginya, usahanya sudah cukup dan dia tinggal menunggu emosi Senja reda.Senja yang tak mendengar lagi suara Abimanyu menoleh sekilas, ternyata pria tampan itu tengah fok

    Last Updated : 2024-10-18
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 11 Jejak Kesakitan

    Suara dentingan alat-alat makan menjadi melodi yang mengiringi sarapan di meja kotak berukuran sedang. Dua insan tengah menikmati hidangan dalam diam.Senja sesekali melirik Abimanyu yang khusyuk menyantap makanan, padahal dirinya masih malu tentang kejadian di pagi buta. Sesekali menggelengkan kepala, mencoba mengusir bayang-bayang Abimanyu yang sedang tertawa lepas kala itu, tapi ternyata pesona pria itu terlalu kuat untuk dimusnahkan.Sikap Abimanyu kembali dingin, seperti sedia kala. Tak ada tawa atau wajah ramah dari bodyguard itu. Padahal, sebenarnya Abimanyu sedang memikirkan perkataan dua pria yang menjadi targetnya semalam. Dia yakin, ada orang yang sengaja menyuruh mereka. Mengingat perkataan pria bertato tentang seseorang yang dipanggil big boss.Suara ketukan pintu menginterupsi keduanya, kontan mereka saling pandang. Seolah memberikan pertanyaan yang sama lewat tatapan mata.“Biar aku yang buka,” ucap Senja, memutus pandangan.Ada yang tidak beres dengan jantungnya, mengh

    Last Updated : 2024-10-19
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 12 Kecewa

    Abimanyu melirik Senja yang terdiam menatap jalanan. Ada yang aneh pada gadis itu.Sore tadi, saat dirinya menjemput Senja, dia dikagetkan dengan matanya yang sembab. Jangan lupakan juga keterlambatan Senja dari jam yang sudah dijanjikan untuk dijemput.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Abimanyu, khawatir.Senja menoleh, dia menatap Abimanyu. Lalu, bayangan tentang Abimanyu dan Marisa yang sedang berpelukan, membuat Senja memalingkan wajah. Dia tak kuasa menatap Abimanyu.“Aku baik-baik saja,” jawab Senja. Menatap jalanan lebih baik untuknya.Abimanyu semakin bingung. Senja berlaku tidak seperti biasanya. Gadis itu tidak mengomel atau berceloteh tentang kegiatannya di kampus, seperti biasanya. Namun, Abimanyu tidak mau menanyakan lebih jauh. Dalam benaknya, Abimanyu menjaga perasaan Senja. Mungkin saja gadis itu tengah dirundung masalah pribadi.Tidak ada pembicaraan lagi hingga mobil memasuki pelataran rumah. Setelah mobil terparkir rapi, Senja bergegas keluar mobil dan masuk ke rumah. Dia

    Last Updated : 2024-10-20
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 13 Pilihan

    Dewantara tersenyum senang, dia tidak menyangka Senja menghubunginya dan meminta untuk bertemu. Biasanya, Senja sulit untuk sekedar ditemui, karena ada Abimanyu. “Ayo, Sayang!” seru Dewantara, dia menarik kursi untuk kekasihnya.Senja yang agak sungkan pun dengan canggung akhirnya duduk juga. Padahal, bukan kali ini saja pria itu bersikap romantis, tapi sekarang ada rasa tak nyaman yang hinggap di relung hatinya. Setelah memesan makanan, akhirnya Senja membuka percakapan.“Mas, em ... apa lamaran Mas tempo hari masih berlaku?” tanya Senja langsung pada inti masalah.Tubuh Dewantara menegak, dia seperti mendapat sebuah lotre setelah sekian lama mencoba keberuntungan.“Tentu saja, Sayang. Bahkan, aku akan tetap memperjuangkanmu jika kamu masih menolak,” jawab Dewantara serius.“Kenapa?” Senja butuh kepastian dan meyakinkan hatinya.“Karena aku mencintaimu, tak rela jika kamu harus jatuh ke tangan orang lain. Apalagi, kamu sekarang sendiri, aku semakin khawatir.” Dewantara menggenggam e

    Last Updated : 2024-10-21

Latest chapter

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 20 Lembaran Baru

    Aroma melati menguar di ruangan dengan lampu temaram, membuat suasana indah bertabur harapan dan doa.Di atas ranjang yang penuh bunga, dua orang tengah melepas rasa cinta dengan ikatan halal yang sudah diikrarkan.Tak ada ucapan yang keluar sebagai bentuk ungkapan rasa, hanya tatapan dan sentuhan sebagai perwakilan cinta. Mereka sudah membuka lembaran baru kehidupan.“Bi.” Senja membenarkan posisi tidurnya, dia bersandar di dada bidang Abimanyu.“Hmm, apa Sayang?” Pria itu membiarkan gadis yang sudah sah menjadi istrinya agar bisa leluasa untuk berbaring di sampingnya dengan nyaman.“Kenapa kamu selalu dingin padaku dulu?” tanya Senja penasaran.Abimanyu diam sejenak, dia lalu mengelus surai hitam milik Senja. “Aku memang seperti itu, Sayang. Mungkin karena profesiku yang selalu dalam bahaya, membentukku menjadi pria dingin. Tapi, nyatanya tidak seperti yang kamu kira, ‘kan?”Senja cengengesan, baru sadar akan kepribadian Abimanyu yang sesungguhnya. Peribahasa ‘Jangan menilai orang d

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 19 Kejujuran

    Abimanyu mengernyit, silau dengan cahaya yang terlalu terang. Dengan perlahan, dia mulai membuka mata menyesuaikan dengan cahaya di ruangan itu.Ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat, pria itu sudah bisa menebak keberadaannya saat ini. Dia menggerakkan tangan, tapi ada sesuatu yang menahannya.Dengan kepala yang berdenyut, Abimanyu mencoba melihat ke sisi kanan. Seulas senyum terbit di bibir pucatnya, pelan dia mengusap surai hitam milik perempuan yang tengah terlelap seraya menggenggam tangannya.“Senja,” gumam Abimanyu dengan suara parau, sukses membuat orang yang dimaksud terbangun.Dengan pelan Senja mengucek mata, lalu dia membeku seraya menatap Abimanyu tak percaya, sedetik kemudian Senja berhambur ke pelukan Abimanyu.“Alhamdulillah, syukurlah. Akhirnya kamu sadar juga, Bi,” lirih Senja membuat tubuh Abimanyu yang lemah langsung menegang.Cukup lama Senja memeluk Abimanyu yang tak merespons. Khawatir, akhirnya gadis itu melihat keadaan Abimanyu.“Kamu kenapa?” tany

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 18 Terungkap

    Rasti kebingungan mencari Senja di ruang tunggu operasi. Lampu di atas pintunya sudah mati, itu berarti operasi telah usia. Dia mendesah panjang, obrolannya dengan Deni terlalu lama sampai dia lupa ada orang yang perlu diperhatikan.Dengan cepat Rasti bertanya ke salah satu perawat tentang keberadaan Abimanyu. Setelah nomor dan nama ruangan didapatkan, Rasti segera meluncur ke tempat tujuan.Ruang anggrek nomor 17, dari kaca ruangan, dia melihat Senja duduk di depan Abimanyu yang terbujur lemah di brankar rumah sakit.Rasti segera masuk, dia menyerahkan bungkusan makanan untuk Senja. Rasti tetap memaksa gadis itu untuk makan.“Kalau kamu tidak makan, aku yang akan kena omel Abimanyu. Makanlah!” titah Rasti tak terbantahkan.Akhirnya, Senja mau menyantap makanan yang dia sediakan. Walaupun terlihat tak berselera, tapi Senja tidak mau menyusahkan Rasti.Setelah acara makan malam selesai, Rasti dan Senja sama-sama duduk di depan Abimanyu. Mereka berdua saling berhadapan.“Mbak, terima ka

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 17 Tabir Kebenaran

    “Oh, perempuan berambut sebahu yang berpakaian tomboi itu?” tanya Marisa, membuat perasaan Senja tak karuan.“Kamu kenal dia?” tanya Dewantara, dia berdiri menjulang di samping Marisa.Perempuan itu mengedikkan bahu, dia lalu mengajak Dewantara untuk duduk kembali.“Ya, dia temanku. Tapi, sayangnya dia juga tak mendukungku untuk berhubungan dengan Abimanyu. Menyebalkan. Ah, sudahlah. Selesaikan urusanmu dengan dua orang itu. Aku muak melihat mereka!” Marisa menatap Senja dengan benci, orang yang dia ajak berteman malah jadi musuh dalam waktu singkat.Dewantara bangkit dan kembali berhadapan dengan Abimanyu. Dia mulai kesal karena pria itu mengulur waktunya.“Abimanyu, cepat katakan di mana dokumen itu? Semua akan selesai dengan baik,” ujar Dewanta berusaha bernegosiasi.Abimanyu tersenyum miring, lalu tanpa diduga dia meludahi wajah Dewantara. Membuat pria itu menggeram kesal.“Kamu pikir aku sebodoh itu? Teruslah berusaha dan sampai mati pun aku tidak akan memberitahu di mana dokumen

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 16 Dalang

    Dia duduk di depan Senja dan Abimanyu yang sudah berpindah posisi. Rambut klimis dengan setelan jas hitam menambah kesan elegan, tidak lupa sepatu yang mengkilap dia letakkan di meja yang menjadi batas dengan dua tawanannya.“Apa kalian masih kaget dengan kedatanganku? Atau tak menyangka jika semua adalah ulahku?” tanya tuan muda pada Senja dan juga Abimanyu.Abimanyu tak bersuara, dia sedang memandang sosok di depannya dengan analisa yang terus berputar di benak.“Jadi, itu alasanmu bersikukuh ingin menikah dengan Senja, Dewantara?” tanya Abimanyu membuat Senja kembali bercucuran air mata.Senja tak mampu bersuara, walaupun mulutnya tak lagi dibekap, tapi fakta yang baru dia ketahui membuat dirinya sakit hingga tak ada kalimat yang mampu menjabarkannya.Pria yang menjalin hubungan dan melamarnya berkali-kali, ternyata bajingan berkedok malaikat.“Hemm, memang seperti itu,” jawab Dewantara, seraya memainkan sebuah kubik di tangannya.“Ah, aku kesal jika mengingat penolakanmu. Padahal,

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 15 Tawanan

    Abimanyu terus menghubungi Rasti, ponselnya aktif, tapi tak ada jawaban dari seberang sana.Abimanyu harus memfokuskan hati, pikiran dan panca indranya pada jalanan dan titik biru di layar pipih sebagai petunjuk jalan.Dirinya benar-benar khawatir dan menyesal akan kelalaiannya. Harusnya dia langsung pulang dan tetap ada di dekat Senja. Untunglah, ponsel Senja masih bisa dilacak, jadi dia akan mengikuti jejak yang ada di ponsel Senja.“Kamu di mana, Senja?” gumam Abimanyu, hatinya sungguh dikabuti dengan kecemasan.Kini mobil sedan yang dia tumpangi masuk ke sebuah bangunan bekas pabrik gula yang sudah lama terbengkalai.Dengan sangat hati-hati, dia memarkirkan mobil di ujung bangunan. Sebelum keluar, dia mempersiapkan peralatan yang sekiranya diperlukan. Pistol yang sudah terisi penuh peluru juga belati yang dia selipkan dibalik ikat pinggang.Dengan keyakinan kuat dan tekad bulat, Abimanyu keluar dari mobil dan memasuki sarang penyamun seorang diri. Namun, sebelumnya dia kirim lokas

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 14 Penculikan

    Senja mengerjapkan mata, rasa kantuk masih menguasai, tapi perutnya tidak bisa berkompromi. Diliriknya jam weker yang ada di nakas dekat ranjang, baru pukul 02.00 WIB. Perutnya kembali berbunyi mendemokan meminta diisi. Makan malam tadi, dia hanya menyantap beberapa suap.Dengan gontai, Senja turun dari ranjang dan melangkah menuju dapur. Namun, baru saja beberapa langkah, Senja dikejutkan dengan kehadiran perempuan lain di rumah Abimanyu.“Kamu siapa?!” Senja bertanya dengan suara setengah berteriak, perempuan yang dimaksud menoleh, lalu dia tersenyum simpul.“Hai, Senja,” sapanya, polos. Dia tampak terkejut karena Senja bangun dini hari.“Kamu siapa?!” Kini Senja mulai takut dan curiga.Perempuan yang tidak lain Rasti mulai berbicara pelan-pelan, dia menjelaskan bahwa dirinya adalah partner Abimanyu yang diutus untuk menjaga Senja sementara. Awalnya, Senja tak percaya. Namun, saat Rasti memperlihatkan riwayat chatnya dengan Abimanyu, barulah Senja melunak.“Memang ke mana dia?” tan

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 13 Pilihan

    Dewantara tersenyum senang, dia tidak menyangka Senja menghubunginya dan meminta untuk bertemu. Biasanya, Senja sulit untuk sekedar ditemui, karena ada Abimanyu. “Ayo, Sayang!” seru Dewantara, dia menarik kursi untuk kekasihnya.Senja yang agak sungkan pun dengan canggung akhirnya duduk juga. Padahal, bukan kali ini saja pria itu bersikap romantis, tapi sekarang ada rasa tak nyaman yang hinggap di relung hatinya. Setelah memesan makanan, akhirnya Senja membuka percakapan.“Mas, em ... apa lamaran Mas tempo hari masih berlaku?” tanya Senja langsung pada inti masalah.Tubuh Dewantara menegak, dia seperti mendapat sebuah lotre setelah sekian lama mencoba keberuntungan.“Tentu saja, Sayang. Bahkan, aku akan tetap memperjuangkanmu jika kamu masih menolak,” jawab Dewantara serius.“Kenapa?” Senja butuh kepastian dan meyakinkan hatinya.“Karena aku mencintaimu, tak rela jika kamu harus jatuh ke tangan orang lain. Apalagi, kamu sekarang sendiri, aku semakin khawatir.” Dewantara menggenggam e

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 12 Kecewa

    Abimanyu melirik Senja yang terdiam menatap jalanan. Ada yang aneh pada gadis itu.Sore tadi, saat dirinya menjemput Senja, dia dikagetkan dengan matanya yang sembab. Jangan lupakan juga keterlambatan Senja dari jam yang sudah dijanjikan untuk dijemput.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Abimanyu, khawatir.Senja menoleh, dia menatap Abimanyu. Lalu, bayangan tentang Abimanyu dan Marisa yang sedang berpelukan, membuat Senja memalingkan wajah. Dia tak kuasa menatap Abimanyu.“Aku baik-baik saja,” jawab Senja. Menatap jalanan lebih baik untuknya.Abimanyu semakin bingung. Senja berlaku tidak seperti biasanya. Gadis itu tidak mengomel atau berceloteh tentang kegiatannya di kampus, seperti biasanya. Namun, Abimanyu tidak mau menanyakan lebih jauh. Dalam benaknya, Abimanyu menjaga perasaan Senja. Mungkin saja gadis itu tengah dirundung masalah pribadi.Tidak ada pembicaraan lagi hingga mobil memasuki pelataran rumah. Setelah mobil terparkir rapi, Senja bergegas keluar mobil dan masuk ke rumah. Dia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status