Share

Bab 7 Foto

Senja menatap kagum rumah yang ada di hadapannya. Setelah tiga puluh menit berada di jalanan yang macet, akhirnya lelah itu terbayar lunas tatkala disuguhi pemandangan yang memanjakan mata.

Rumah minimalis bercat biru muda dengan halaman yang penuh dengan aneka bunga. Di ujung dekat jendela kamar sebelah kiri, ada sebuah pohon mangga yang baru berbunga.

Senja menelan ludah, pastinya segar kalau memakan buah di teriknya matahari.

"Ayo masuk!" ajak Abimanyu seraya memutar kenop pintu.

Kini pupil mata Senja kembali membesar melihat isi rumah itu. Benda-benda bernuansa cokelat berbaur dengan cat putih, terkesan elegan dan rapi. Tidak terlalu banyak perabotan di sini, tapi cukup menarik perhatian bagi seseorang yang bertamu.

"Ini rumah siapa?" tanya Senja seraya mengamati setiap sudut ruang tamu.

Abimanyu menarik dua koper, dia masuk ke salah satu kamar lalu kembali mendekati Senja yang masih terkagum-kagum dengan tempat tinggalnya.

"Ini rumahku." Abimanyu kembali membawa tas ransel miliknya untuk di letakkan di kamar miliknya juga. Kamar Abimanyu bersebelahan dengan kamar yang akan ditempati Senja.

"Oh ... eh! Kamu bilang apa tadi. Ini rumah kamu?!" Raut wajah Senja mengisyaratkan rasa tak percaya.

Abimanyu mengangguk seraya pergi ke arah dapur. Seperti biasa, dia tak acuh dengan tanggapan gadis itu.

"Tidak mungkin! Masa pria kulkas itu bisa menyusun isi rumah dengan apik seperti ini? Pasti ini kerjaan pembantunya." Senja bermonolog, menyanggah setiap kemungkinan.

Abimanyu berjalan mendekati Senja yang tengah menggeleng-gelengkan kepala. Dia menarik sebelah bibirnya, gadis itu memang aneh, pikir Abimanyu.

"Minumlah!" Abimanyu memberikan segelas jus mangga yang langsung diterima Senja dengan mata berbinar.

"Kamu tahu aja aku butuh yang segar-segar," ucap Senja yang dihadiahi dengan gelengan kepala dari Abimanyu, gadis aneh.

Setelah meneguk jus mangga sampai tandas, Abimanyu menyuruh Senja beristirahat. Hari yang cukup melelahkan bagi seseorang yang tengah diincar keselamatannya.

Saat Senja hendak tenggelam dalam kamar, tiba-tiba Abimanyu berucap, membuat gadis itu terpaksa menghentikan langkah.

"Kamu boleh gunakan fasilitas di rumah ini, kecuali memasuki kamarku," ucapnya dingin.

Hendak menanyakan alasan, Abimanyu sudah lebih dulu hilang dibalik pintu kamar di sebelahnya. Senja mencebik, seraya menatap malas pintu kamar Abimayu.

"Dasar kutub utara!" serunya seraya membanting pintu kamar.

***

Sinar mentari sudah hadir menanti setiap insan untuk memulai beraktivitas. Memberikan cahaya semangat untuk memulai hari, tapi berbeda dengan Senja. Dia mengawali hari dengan rasa kesal yang sedari tadi ditahan.

"Kamu enggak ada manis-manisnya kaya produk air mineral. Ngebangunin orang tuh yang elegan dan romantis, bukan dengan cara menciprati air ke wajah!" Senja tersungut-sungut seraya duduk di kursi meja makan.

Seperti biasa, Abimanyu menanggapinya dengan tak acuh. Melihat Senja yang tidak juga bangun saat jam weker terus berbunyi membuatnya jengah, tanpa pikir panjang Abimanyu mengambil air lalu dicipratkan pada muka Senja yang tengah terlelap dengan genangan pulau buatan gadis itu sendiri.

"Aku beri saran agar kamu terbiasa bangun tidur pagi. Jangan sampai Dewantara menyesal menikahimu kelak," saran Abimanyu sembari meletakkan piring berisi nasi goreng yang menggugah selera.

Senja menatap Abimanyu tajam, perkataan pria itu tidak pernah menyenangkan. Dengan malas Senja menyantap sarapannya, walaupun masakan Abimanyu enak,  tapi mood-nya kurang baik. Jadilah muka masam yang terus diperlihatkan.

"Habiskan makananmu, aku akan kembali," ucapnya melangkah pergi.

"Kamu pikir dirimu siapa? Baby sitter? Ck." 

Mata Senja mengikuti setiap pergerakan Abimanyu. Pria itu memasuki kamar, tapi pintunya tidak ditutup. Penasaran, akhirnya Senja bergegas mengikuti Abimanyu dengan mengendap-endap.

Dari balik pintu kamar yang terbuka, Senja melihat isi kamar Abimanyu yang terlalu monoton. Hanya tempat tidur, meja dengan kursi serta lemari pakaian. Tak ada hiasan dinding, kecuali jam yang menempel dan sebuah foto berukuran besar.

Mata Senja membulat sempurna, di dinding itu, foto gadis cantik dengan rambut sebahu tengah tersenyum dibingkai dengan sangat apik.

Senja terpukau dengan parasnya dan kini sebuah pertanyaan kembali muncul di benak, tentang siapakah foto perempuan itu.

Senja berlari kecil saat mendengar derap langkah kaki Abimanyu mendekat. Rumah minimalis tanpa sekat antar ruangan selain kamar itu membuatnya cepat sampai ke tempatnya semula.

Dengan gesit Senja berpura-pura tengah menikmati makanan. Namun, bukan Abimanyu jika dia tak menaruh curiga akan pergerakan Senja yang aneh.

"Kamu kenapa?" tanya Abimanyu, mengernyitkan dahi.

Senja gelagapan, merasa tertangkap basah. Dengan cepat dia menyanggah.

"Pertanyaan macam apa itu? Aku sedang makan," jawab Senja cepat.

Abimanyu menaikkan sebelah alis, tak percaya dengan jawaban Senja, tapi  tak dihiraukannya.

Setelah Abimanyu duduk, mereka berdua menyantap hidangan dalam diam, bergelut dengan pemikiran yang sedari tadi terus menerornya. Pertanyaan paling besar adalah tentang foto perempuan cantik di kamar Abimanyu. Senja akan mencari tahunya, dia tidak mau hidup penasaran.

***

Senja menatap kosong papan tulis yang  penuh dengan rumus mata kuliah. Raganya di kelas, tapi angannya melambung tinggi menembus waktu lampau. Dia begitu penasaran dengan foto di kamar Abimanyu, bertambah menyiksa pikiran saat tak ada informasi yang didapat dari Abimanyu.

Pagi tadi sebelum berangkat kuliah, Senja sengaja memancing obrolan tentang kehidupan pribadi bodyguard itu. Namun, ternyata Abimanyu bungkam seribu bahasa. Tak keluar sepatah kata pun dari mulutnya, yang ada pria itu malah menatap tajam Senja. Sungguh pria misterius.

Tidak lama kemudian, suara bel menariknya kembali ke alam sadar. Mata kuliah telah usai, teman sekelas Senja mulai berhamburan, dengan cepat dia pun meninggalkan kelas.

Baru beberapa langkah keluar kelas, ponselnya bergetar dan tertera nama Dewantara. Semenjak pertengkaran tempo hari, baru kali ini Dewantara meneleponnya lagi. Ragu, Senja menjawab telepon Dewantara.

"Halo, Mas." Pelan Senja berucap, takut yang di seberang sana masih marah.

"Halo, kamu di mana, Sayang?" tanya Dewantara dengan nada penuh kekhawatiran.

Untuk sesaat Senja diam, dia seperti enggan mengatakan keberadaannya.

"Halo, Senja? Kenapa diam? Kamu masih marah sama mas?" Pertanyaan Dewantara yang bertubi-tubi membuat Senja gamang. Dewantara tidak marah lagi, itu yang terlintas di pikirannya.

"Em, enggak, Mas."

Terdengar helaan napas panjang dari seberang, ada beban berat yang Dewantara bawa.

"Sayang, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu tidak menghubungi mas, dan kenapa rumahmu kosong?" tanya Dewantara, khawatir.

Senja menutup mata, kali ini ada perasaan tak terima jika Dewantara tahu di mana dirinya tinggal.

"Sayang?" Dewantara terus mendesak Senja yang sedari tadi terdiam.

"Iya Mas, aku pindah. Ada insiden yang mengharuskan aku meninggalkan rumah untuk sementara waktu," tutur Senja akhirnya jujur juga.

Untuk beberapa saat Dewantara diam, membuat Senja tak enak hati.

"Mas?" tanya senja yang dibalas helaan napas berat dari Dewantara.

"Mas sudah bilang, sebaiknya kita menikah. Dengan begitu kamu akan aman, dan mas akan menyewa detektif ternama untuk mengungkap kasus ayahmu. Tidak perlu menggunakan jasa bodyguard yang tidak punya sopan santun."

Ada rasa tak terima kala Dewantara menghardik Abimanyu. Perasaan aneh yang tiba-tiba muncul, membuat Senja dilema.

"Maaf, Mas." Hanya itu yang keluar dari mulut Senja.

"Sudahlah, mas akan sabar menunggu sampai semua selesai. Sekarang, katakan di mana kamu tinggal?" tanya Dewantara tak sabar.

Senja bimbang, takut Dewantara marah jika mengetahui dirinya tinggal di rumah pria yang dia benci. Saat hendak menjawab pertanyaan Dewantara, tiba-tiba suara perempuan menginterupsinya.

"Hai, kamu Senja, kan?" Suara lembut perempuan dari belakang, membuat Senja memutar badan.

Betapa terkejutnya mendapati perempuan yang ada di hadapannya. Dia adalah sosok perempuan di foto yang ada di kamar Abimanyu.

"Ka-kamu?" Lidah Senja kelu dengan kekagetan yang masih menguasainya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status