Share

Bab 7 Foto

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-10-12 20:17:33

Senja menatap kagum rumah yang ada di hadapannya. Setelah tiga puluh menit berada di jalanan yang macet, akhirnya lelah itu terbayar lunas tatkala disuguhi pemandangan yang memanjakan mata.

Rumah minimalis bercat biru muda dengan halaman yang penuh dengan aneka bunga. Di ujung dekat jendela kamar sebelah kiri, ada sebuah pohon mangga yang baru berbunga.

Senja menelan ludah, pastinya segar kalau memakan buah di teriknya matahari.

"Ayo masuk!" ajak Abimanyu seraya memutar kenop pintu.

Kini pupil mata Senja kembali membesar melihat isi rumah itu. Benda-benda bernuansa cokelat berbaur dengan cat putih, terkesan elegan dan rapi. Tidak terlalu banyak perabotan di sini, tapi cukup menarik perhatian bagi seseorang yang bertamu.

"Ini rumah siapa?" tanya Senja seraya mengamati setiap sudut ruang tamu.

Abimanyu menarik dua koper, dia masuk ke salah satu kamar lalu kembali mendekati Senja yang masih terkagum-kagum dengan tempat tinggalnya.

"Ini rumahku." Abimanyu kembali membawa tas ransel miliknya untuk di letakkan di kamar miliknya juga. Kamar Abimanyu bersebelahan dengan kamar yang akan ditempati Senja.

"Oh ... eh! Kamu bilang apa tadi. Ini rumah kamu?!" Raut wajah Senja mengisyaratkan rasa tak percaya.

Abimanyu mengangguk seraya pergi ke arah dapur. Seperti biasa, dia tak acuh dengan tanggapan gadis itu.

"Tidak mungkin! Masa pria kulkas itu bisa menyusun isi rumah dengan apik seperti ini? Pasti ini kerjaan pembantunya." Senja bermonolog, menyanggah setiap kemungkinan.

Abimanyu berjalan mendekati Senja yang tengah menggeleng-gelengkan kepala. Dia menarik sebelah bibirnya, gadis itu memang aneh, pikir Abimanyu.

"Minumlah!" Abimanyu memberikan segelas jus mangga yang langsung diterima Senja dengan mata berbinar.

"Kamu tahu aja aku butuh yang segar-segar," ucap Senja yang dihadiahi dengan gelengan kepala dari Abimanyu, gadis aneh.

Setelah meneguk jus mangga sampai tandas, Abimanyu menyuruh Senja beristirahat. Hari yang cukup melelahkan bagi seseorang yang tengah diincar keselamatannya.

Saat Senja hendak tenggelam dalam kamar, tiba-tiba Abimanyu berucap, membuat gadis itu terpaksa menghentikan langkah.

"Kamu boleh gunakan fasilitas di rumah ini, kecuali memasuki kamarku," ucapnya dingin.

Hendak menanyakan alasan, Abimanyu sudah lebih dulu hilang dibalik pintu kamar di sebelahnya. Senja mencebik, seraya menatap malas pintu kamar Abimayu.

"Dasar kutub utara!" serunya seraya membanting pintu kamar.

***

Sinar mentari sudah hadir menanti setiap insan untuk memulai beraktivitas. Memberikan cahaya semangat untuk memulai hari, tapi berbeda dengan Senja. Dia mengawali hari dengan rasa kesal yang sedari tadi ditahan.

"Kamu enggak ada manis-manisnya kaya produk air mineral. Ngebangunin orang tuh yang elegan dan romantis, bukan dengan cara menciprati air ke wajah!" Senja tersungut-sungut seraya duduk di kursi meja makan.

Seperti biasa, Abimanyu menanggapinya dengan tak acuh. Melihat Senja yang tidak juga bangun saat jam weker terus berbunyi membuatnya jengah, tanpa pikir panjang Abimanyu mengambil air lalu dicipratkan pada muka Senja yang tengah terlelap dengan genangan pulau buatan gadis itu sendiri.

"Aku beri saran agar kamu terbiasa bangun tidur pagi. Jangan sampai Dewantara menyesal menikahimu kelak," saran Abimanyu sembari meletakkan piring berisi nasi goreng yang menggugah selera.

Senja menatap Abimanyu tajam, perkataan pria itu tidak pernah menyenangkan. Dengan malas Senja menyantap sarapannya, walaupun masakan Abimanyu enak,  tapi mood-nya kurang baik. Jadilah muka masam yang terus diperlihatkan.

"Habiskan makananmu, aku akan kembali," ucapnya melangkah pergi.

"Kamu pikir dirimu siapa? Baby sitter? Ck." 

Mata Senja mengikuti setiap pergerakan Abimanyu. Pria itu memasuki kamar, tapi pintunya tidak ditutup. Penasaran, akhirnya Senja bergegas mengikuti Abimanyu dengan mengendap-endap.

Dari balik pintu kamar yang terbuka, Senja melihat isi kamar Abimanyu yang terlalu monoton. Hanya tempat tidur, meja dengan kursi serta lemari pakaian. Tak ada hiasan dinding, kecuali jam yang menempel dan sebuah foto berukuran besar.

Mata Senja membulat sempurna, di dinding itu, foto gadis cantik dengan rambut sebahu tengah tersenyum dibingkai dengan sangat apik.

Senja terpukau dengan parasnya dan kini sebuah pertanyaan kembali muncul di benak, tentang siapakah foto perempuan itu.

Senja berlari kecil saat mendengar derap langkah kaki Abimanyu mendekat. Rumah minimalis tanpa sekat antar ruangan selain kamar itu membuatnya cepat sampai ke tempatnya semula.

Dengan gesit Senja berpura-pura tengah menikmati makanan. Namun, bukan Abimanyu jika dia tak menaruh curiga akan pergerakan Senja yang aneh.

"Kamu kenapa?" tanya Abimanyu, mengernyitkan dahi.

Senja gelagapan, merasa tertangkap basah. Dengan cepat dia menyanggah.

"Pertanyaan macam apa itu? Aku sedang makan," jawab Senja cepat.

Abimanyu menaikkan sebelah alis, tak percaya dengan jawaban Senja, tapi  tak dihiraukannya.

Setelah Abimanyu duduk, mereka berdua menyantap hidangan dalam diam, bergelut dengan pemikiran yang sedari tadi terus menerornya. Pertanyaan paling besar adalah tentang foto perempuan cantik di kamar Abimanyu. Senja akan mencari tahunya, dia tidak mau hidup penasaran.

***

Senja menatap kosong papan tulis yang  penuh dengan rumus mata kuliah. Raganya di kelas, tapi angannya melambung tinggi menembus waktu lampau. Dia begitu penasaran dengan foto di kamar Abimanyu, bertambah menyiksa pikiran saat tak ada informasi yang didapat dari Abimanyu.

Pagi tadi sebelum berangkat kuliah, Senja sengaja memancing obrolan tentang kehidupan pribadi bodyguard itu. Namun, ternyata Abimanyu bungkam seribu bahasa. Tak keluar sepatah kata pun dari mulutnya, yang ada pria itu malah menatap tajam Senja. Sungguh pria misterius.

Tidak lama kemudian, suara bel menariknya kembali ke alam sadar. Mata kuliah telah usai, teman sekelas Senja mulai berhamburan, dengan cepat dia pun meninggalkan kelas.

Baru beberapa langkah keluar kelas, ponselnya bergetar dan tertera nama Dewantara. Semenjak pertengkaran tempo hari, baru kali ini Dewantara meneleponnya lagi. Ragu, Senja menjawab telepon Dewantara.

"Halo, Mas." Pelan Senja berucap, takut yang di seberang sana masih marah.

"Halo, kamu di mana, Sayang?" tanya Dewantara dengan nada penuh kekhawatiran.

Untuk sesaat Senja diam, dia seperti enggan mengatakan keberadaannya.

"Halo, Senja? Kenapa diam? Kamu masih marah sama mas?" Pertanyaan Dewantara yang bertubi-tubi membuat Senja gamang. Dewantara tidak marah lagi, itu yang terlintas di pikirannya.

"Em, enggak, Mas."

Terdengar helaan napas panjang dari seberang, ada beban berat yang Dewantara bawa.

"Sayang, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu tidak menghubungi mas, dan kenapa rumahmu kosong?" tanya Dewantara, khawatir.

Senja menutup mata, kali ini ada perasaan tak terima jika Dewantara tahu di mana dirinya tinggal.

"Sayang?" Dewantara terus mendesak Senja yang sedari tadi terdiam.

"Iya Mas, aku pindah. Ada insiden yang mengharuskan aku meninggalkan rumah untuk sementara waktu," tutur Senja akhirnya jujur juga.

Untuk beberapa saat Dewantara diam, membuat Senja tak enak hati.

"Mas?" tanya senja yang dibalas helaan napas berat dari Dewantara.

"Mas sudah bilang, sebaiknya kita menikah. Dengan begitu kamu akan aman, dan mas akan menyewa detektif ternama untuk mengungkap kasus ayahmu. Tidak perlu menggunakan jasa bodyguard yang tidak punya sopan santun."

Ada rasa tak terima kala Dewantara menghardik Abimanyu. Perasaan aneh yang tiba-tiba muncul, membuat Senja dilema.

"Maaf, Mas." Hanya itu yang keluar dari mulut Senja.

"Sudahlah, mas akan sabar menunggu sampai semua selesai. Sekarang, katakan di mana kamu tinggal?" tanya Dewantara tak sabar.

Senja bimbang, takut Dewantara marah jika mengetahui dirinya tinggal di rumah pria yang dia benci. Saat hendak menjawab pertanyaan Dewantara, tiba-tiba suara perempuan menginterupsinya.

"Hai, kamu Senja, kan?" Suara lembut perempuan dari belakang, membuat Senja memutar badan.

Betapa terkejutnya mendapati perempuan yang ada di hadapannya. Dia adalah sosok perempuan di foto yang ada di kamar Abimanyu.

"Ka-kamu?" Lidah Senja kelu dengan kekagetan yang masih menguasainya.

Related chapters

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 8 Muak

    Perempuan berbaju biru laut dan bando yang mempercantik penampilannya menatap bingung pada Senja."Kenapa?" tanyanya memegang pundak Senja."Ka-kamu ....""Oh, aku Marisa. Teman sekelasmu," potong perempuan bernama Marisa seraya mengulurkan tangan.Senja kembali diserang kekagetan. Belum juga terjawab pertanyaan yang sebelumnya datang, kini pertanyaan baru muncul."Sekelas?" tanya Senja, polos.Marisa yang melihat raut wajah Senja langsung tertawa. Baginya, anak baru di depannya begitu lucu."Iya, kita sekelas. Oke, aku paham. Kamu masih baru, jadi belum mengenali teman sekelas. So, mau berteman denganku?" tanya Marisa kembali mengulurkan tangan yang sempat tak tersambut.Ragu, Senja menyambut uluran tangan Marisa. Segala pertanyaan yang muncul dia simpan sejenak, untuk sekarang mendapat teman sekelas memang hal yang penting. Apalagi Marisa adalah perempuan yang dia cari, mudah mengorek informasi darinya tentang hubungan Marisa dan Abimanyu."Hai Marisa. Salam kenal juga," ujar Sen

    Last Updated : 2024-10-13
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 9 Amarah Senja

    Abimanyu mencoba menghubungi nomor yang memberikan pesan singkat itu, tapi tak terhubung juga. Dia benar-benar bingung dan kalut. Bersamaan dengan itu, Rasti telepon."Halo, untung kamu telepon, Ras. Aku butuh bantuanmu!" seru Abimanyu to the point.Suara di seberang sana mengerti jika Abimanyu tengah kesusahan. Tanpa menimpali seruan Abimanyu, Rasti bergegas menemui Abimanyu.Sebelum Rasti sampai, Abimanyu mencoba menghubungi Senja. Ponselnya aktif, tapi tak ada jawaban dari si empunya. Sungguh Abimanyu sangat menyesali perbuatan sebelumnya, dia kurang sabar menghadapi Senja yang terlalu polos. Harusnya dia mengerti jika gadis itu punya tabiat berbeda dari perempuan lain. Angannya kembali pada ingatan masa lampau. Lima belas tahun yang lalu, dia menghadiri pemakaman rekan ayahnya. Seorang hakim yang tengah berkabung dengan anak kecil berusia lima tahun begitu terpukul dan menangis di pusaran dengan nisan tertulis 'Ayudia Armandini'.Semua pelayat sudah pulang, tersisa ayahnya dan di

    Last Updated : 2024-10-15
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 10 Khawatir

    Senja masih memasang muka masam. Dia tidak berniat membuka percakapan dengan pria yang tengah mengendarai mobil avanza hitam.Kejadian di kantor Dewantara membuatnya kesal dan malu. Apalagi, orang kantor mengetahui jika dirinya adalah kekasih pemilik kantor itu. Mungkin, sekarang sudah tersebar gosip tentang dirinya dan Abimanyu.“Oke, aku minta maaf. Aku hanya khawatir,” ucap Abimanyu mencoba membujuk Senja.Bukannya menimpali, gadis itu malah membuang muka. Dia enggan menatap wajah tampan tapi menyebalkan milik Abimanyu. Mungkin mendiamkannya bisa menjadi hukuman paling baik, dari itulah Senja sengaja mogok bicara.Abimanyu beberapa kali menoleh, melihat raut wajah Senja yang ditekuk. Ternyata Senja benar-benar marah, itu yang ada dalam pikirannya.Karena tak ada respons dari Senja, akhirnya Abimanyu menyerah juga. Baginya, usahanya sudah cukup dan dia tinggal menunggu emosi Senja reda.Senja yang tak mendengar lagi suara Abimanyu menoleh sekilas, ternyata pria tampan itu tengah fok

    Last Updated : 2024-10-18
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 11 Jejak Kesakitan

    Suara dentingan alat-alat makan menjadi melodi yang mengiringi sarapan di meja kotak berukuran sedang. Dua insan tengah menikmati hidangan dalam diam.Senja sesekali melirik Abimanyu yang khusyuk menyantap makanan, padahal dirinya masih malu tentang kejadian di pagi buta. Sesekali menggelengkan kepala, mencoba mengusir bayang-bayang Abimanyu yang sedang tertawa lepas kala itu, tapi ternyata pesona pria itu terlalu kuat untuk dimusnahkan.Sikap Abimanyu kembali dingin, seperti sedia kala. Tak ada tawa atau wajah ramah dari bodyguard itu. Padahal, sebenarnya Abimanyu sedang memikirkan perkataan dua pria yang menjadi targetnya semalam. Dia yakin, ada orang yang sengaja menyuruh mereka. Mengingat perkataan pria bertato tentang seseorang yang dipanggil big boss.Suara ketukan pintu menginterupsi keduanya, kontan mereka saling pandang. Seolah memberikan pertanyaan yang sama lewat tatapan mata.“Biar aku yang buka,” ucap Senja, memutus pandangan.Ada yang tidak beres dengan jantungnya, mengh

    Last Updated : 2024-10-19
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 12 Kecewa

    Abimanyu melirik Senja yang terdiam menatap jalanan. Ada yang aneh pada gadis itu.Sore tadi, saat dirinya menjemput Senja, dia dikagetkan dengan matanya yang sembab. Jangan lupakan juga keterlambatan Senja dari jam yang sudah dijanjikan untuk dijemput.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Abimanyu, khawatir.Senja menoleh, dia menatap Abimanyu. Lalu, bayangan tentang Abimanyu dan Marisa yang sedang berpelukan, membuat Senja memalingkan wajah. Dia tak kuasa menatap Abimanyu.“Aku baik-baik saja,” jawab Senja. Menatap jalanan lebih baik untuknya.Abimanyu semakin bingung. Senja berlaku tidak seperti biasanya. Gadis itu tidak mengomel atau berceloteh tentang kegiatannya di kampus, seperti biasanya. Namun, Abimanyu tidak mau menanyakan lebih jauh. Dalam benaknya, Abimanyu menjaga perasaan Senja. Mungkin saja gadis itu tengah dirundung masalah pribadi.Tidak ada pembicaraan lagi hingga mobil memasuki pelataran rumah. Setelah mobil terparkir rapi, Senja bergegas keluar mobil dan masuk ke rumah. Dia

    Last Updated : 2024-10-20
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 13 Pilihan

    Dewantara tersenyum senang, dia tidak menyangka Senja menghubunginya dan meminta untuk bertemu. Biasanya, Senja sulit untuk sekedar ditemui, karena ada Abimanyu. “Ayo, Sayang!” seru Dewantara, dia menarik kursi untuk kekasihnya.Senja yang agak sungkan pun dengan canggung akhirnya duduk juga. Padahal, bukan kali ini saja pria itu bersikap romantis, tapi sekarang ada rasa tak nyaman yang hinggap di relung hatinya. Setelah memesan makanan, akhirnya Senja membuka percakapan.“Mas, em ... apa lamaran Mas tempo hari masih berlaku?” tanya Senja langsung pada inti masalah.Tubuh Dewantara menegak, dia seperti mendapat sebuah lotre setelah sekian lama mencoba keberuntungan.“Tentu saja, Sayang. Bahkan, aku akan tetap memperjuangkanmu jika kamu masih menolak,” jawab Dewantara serius.“Kenapa?” Senja butuh kepastian dan meyakinkan hatinya.“Karena aku mencintaimu, tak rela jika kamu harus jatuh ke tangan orang lain. Apalagi, kamu sekarang sendiri, aku semakin khawatir.” Dewantara menggenggam e

    Last Updated : 2024-10-21
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 14 Penculikan

    Senja mengerjapkan mata, rasa kantuk masih menguasai, tapi perutnya tidak bisa berkompromi. Diliriknya jam weker yang ada di nakas dekat ranjang, baru pukul 02.00 WIB. Perutnya kembali berbunyi mendemokan meminta diisi. Makan malam tadi, dia hanya menyantap beberapa suap.Dengan gontai, Senja turun dari ranjang dan melangkah menuju dapur. Namun, baru saja beberapa langkah, Senja dikejutkan dengan kehadiran perempuan lain di rumah Abimanyu.“Kamu siapa?!” Senja bertanya dengan suara setengah berteriak, perempuan yang dimaksud menoleh, lalu dia tersenyum simpul.“Hai, Senja,” sapanya, polos. Dia tampak terkejut karena Senja bangun dini hari.“Kamu siapa?!” Kini Senja mulai takut dan curiga.Perempuan yang tidak lain Rasti mulai berbicara pelan-pelan, dia menjelaskan bahwa dirinya adalah partner Abimanyu yang diutus untuk menjaga Senja sementara. Awalnya, Senja tak percaya. Namun, saat Rasti memperlihatkan riwayat chatnya dengan Abimanyu, barulah Senja melunak.“Memang ke mana dia?” tan

    Last Updated : 2024-10-22
  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 15 Tawanan

    Abimanyu terus menghubungi Rasti, ponselnya aktif, tapi tak ada jawaban dari seberang sana.Abimanyu harus memfokuskan hati, pikiran dan panca indranya pada jalanan dan titik biru di layar pipih sebagai petunjuk jalan.Dirinya benar-benar khawatir dan menyesal akan kelalaiannya. Harusnya dia langsung pulang dan tetap ada di dekat Senja. Untunglah, ponsel Senja masih bisa dilacak, jadi dia akan mengikuti jejak yang ada di ponsel Senja.“Kamu di mana, Senja?” gumam Abimanyu, hatinya sungguh dikabuti dengan kecemasan.Kini mobil sedan yang dia tumpangi masuk ke sebuah bangunan bekas pabrik gula yang sudah lama terbengkalai.Dengan sangat hati-hati, dia memarkirkan mobil di ujung bangunan. Sebelum keluar, dia mempersiapkan peralatan yang sekiranya diperlukan. Pistol yang sudah terisi penuh peluru juga belati yang dia selipkan dibalik ikat pinggang.Dengan keyakinan kuat dan tekad bulat, Abimanyu keluar dari mobil dan memasuki sarang penyamun seorang diri. Namun, sebelumnya dia kirim lokas

    Last Updated : 2024-10-23

Latest chapter

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 20 Lembaran Baru

    Aroma melati menguar di ruangan dengan lampu temaram, membuat suasana indah bertabur harapan dan doa.Di atas ranjang yang penuh bunga, dua orang tengah melepas rasa cinta dengan ikatan halal yang sudah diikrarkan.Tak ada ucapan yang keluar sebagai bentuk ungkapan rasa, hanya tatapan dan sentuhan sebagai perwakilan cinta. Mereka sudah membuka lembaran baru kehidupan.“Bi.” Senja membenarkan posisi tidurnya, dia bersandar di dada bidang Abimanyu.“Hmm, apa Sayang?” Pria itu membiarkan gadis yang sudah sah menjadi istrinya agar bisa leluasa untuk berbaring di sampingnya dengan nyaman.“Kenapa kamu selalu dingin padaku dulu?” tanya Senja penasaran.Abimanyu diam sejenak, dia lalu mengelus surai hitam milik Senja. “Aku memang seperti itu, Sayang. Mungkin karena profesiku yang selalu dalam bahaya, membentukku menjadi pria dingin. Tapi, nyatanya tidak seperti yang kamu kira, ‘kan?”Senja cengengesan, baru sadar akan kepribadian Abimanyu yang sesungguhnya. Peribahasa ‘Jangan menilai orang d

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 19 Kejujuran

    Abimanyu mengernyit, silau dengan cahaya yang terlalu terang. Dengan perlahan, dia mulai membuka mata menyesuaikan dengan cahaya di ruangan itu.Ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat, pria itu sudah bisa menebak keberadaannya saat ini. Dia menggerakkan tangan, tapi ada sesuatu yang menahannya.Dengan kepala yang berdenyut, Abimanyu mencoba melihat ke sisi kanan. Seulas senyum terbit di bibir pucatnya, pelan dia mengusap surai hitam milik perempuan yang tengah terlelap seraya menggenggam tangannya.“Senja,” gumam Abimanyu dengan suara parau, sukses membuat orang yang dimaksud terbangun.Dengan pelan Senja mengucek mata, lalu dia membeku seraya menatap Abimanyu tak percaya, sedetik kemudian Senja berhambur ke pelukan Abimanyu.“Alhamdulillah, syukurlah. Akhirnya kamu sadar juga, Bi,” lirih Senja membuat tubuh Abimanyu yang lemah langsung menegang.Cukup lama Senja memeluk Abimanyu yang tak merespons. Khawatir, akhirnya gadis itu melihat keadaan Abimanyu.“Kamu kenapa?” tany

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 18 Terungkap

    Rasti kebingungan mencari Senja di ruang tunggu operasi. Lampu di atas pintunya sudah mati, itu berarti operasi telah usia. Dia mendesah panjang, obrolannya dengan Deni terlalu lama sampai dia lupa ada orang yang perlu diperhatikan.Dengan cepat Rasti bertanya ke salah satu perawat tentang keberadaan Abimanyu. Setelah nomor dan nama ruangan didapatkan, Rasti segera meluncur ke tempat tujuan.Ruang anggrek nomor 17, dari kaca ruangan, dia melihat Senja duduk di depan Abimanyu yang terbujur lemah di brankar rumah sakit.Rasti segera masuk, dia menyerahkan bungkusan makanan untuk Senja. Rasti tetap memaksa gadis itu untuk makan.“Kalau kamu tidak makan, aku yang akan kena omel Abimanyu. Makanlah!” titah Rasti tak terbantahkan.Akhirnya, Senja mau menyantap makanan yang dia sediakan. Walaupun terlihat tak berselera, tapi Senja tidak mau menyusahkan Rasti.Setelah acara makan malam selesai, Rasti dan Senja sama-sama duduk di depan Abimanyu. Mereka berdua saling berhadapan.“Mbak, terima ka

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 17 Tabir Kebenaran

    “Oh, perempuan berambut sebahu yang berpakaian tomboi itu?” tanya Marisa, membuat perasaan Senja tak karuan.“Kamu kenal dia?” tanya Dewantara, dia berdiri menjulang di samping Marisa.Perempuan itu mengedikkan bahu, dia lalu mengajak Dewantara untuk duduk kembali.“Ya, dia temanku. Tapi, sayangnya dia juga tak mendukungku untuk berhubungan dengan Abimanyu. Menyebalkan. Ah, sudahlah. Selesaikan urusanmu dengan dua orang itu. Aku muak melihat mereka!” Marisa menatap Senja dengan benci, orang yang dia ajak berteman malah jadi musuh dalam waktu singkat.Dewantara bangkit dan kembali berhadapan dengan Abimanyu. Dia mulai kesal karena pria itu mengulur waktunya.“Abimanyu, cepat katakan di mana dokumen itu? Semua akan selesai dengan baik,” ujar Dewanta berusaha bernegosiasi.Abimanyu tersenyum miring, lalu tanpa diduga dia meludahi wajah Dewantara. Membuat pria itu menggeram kesal.“Kamu pikir aku sebodoh itu? Teruslah berusaha dan sampai mati pun aku tidak akan memberitahu di mana dokumen

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 16 Dalang

    Dia duduk di depan Senja dan Abimanyu yang sudah berpindah posisi. Rambut klimis dengan setelan jas hitam menambah kesan elegan, tidak lupa sepatu yang mengkilap dia letakkan di meja yang menjadi batas dengan dua tawanannya.“Apa kalian masih kaget dengan kedatanganku? Atau tak menyangka jika semua adalah ulahku?” tanya tuan muda pada Senja dan juga Abimanyu.Abimanyu tak bersuara, dia sedang memandang sosok di depannya dengan analisa yang terus berputar di benak.“Jadi, itu alasanmu bersikukuh ingin menikah dengan Senja, Dewantara?” tanya Abimanyu membuat Senja kembali bercucuran air mata.Senja tak mampu bersuara, walaupun mulutnya tak lagi dibekap, tapi fakta yang baru dia ketahui membuat dirinya sakit hingga tak ada kalimat yang mampu menjabarkannya.Pria yang menjalin hubungan dan melamarnya berkali-kali, ternyata bajingan berkedok malaikat.“Hemm, memang seperti itu,” jawab Dewantara, seraya memainkan sebuah kubik di tangannya.“Ah, aku kesal jika mengingat penolakanmu. Padahal,

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 15 Tawanan

    Abimanyu terus menghubungi Rasti, ponselnya aktif, tapi tak ada jawaban dari seberang sana.Abimanyu harus memfokuskan hati, pikiran dan panca indranya pada jalanan dan titik biru di layar pipih sebagai petunjuk jalan.Dirinya benar-benar khawatir dan menyesal akan kelalaiannya. Harusnya dia langsung pulang dan tetap ada di dekat Senja. Untunglah, ponsel Senja masih bisa dilacak, jadi dia akan mengikuti jejak yang ada di ponsel Senja.“Kamu di mana, Senja?” gumam Abimanyu, hatinya sungguh dikabuti dengan kecemasan.Kini mobil sedan yang dia tumpangi masuk ke sebuah bangunan bekas pabrik gula yang sudah lama terbengkalai.Dengan sangat hati-hati, dia memarkirkan mobil di ujung bangunan. Sebelum keluar, dia mempersiapkan peralatan yang sekiranya diperlukan. Pistol yang sudah terisi penuh peluru juga belati yang dia selipkan dibalik ikat pinggang.Dengan keyakinan kuat dan tekad bulat, Abimanyu keluar dari mobil dan memasuki sarang penyamun seorang diri. Namun, sebelumnya dia kirim lokas

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 14 Penculikan

    Senja mengerjapkan mata, rasa kantuk masih menguasai, tapi perutnya tidak bisa berkompromi. Diliriknya jam weker yang ada di nakas dekat ranjang, baru pukul 02.00 WIB. Perutnya kembali berbunyi mendemokan meminta diisi. Makan malam tadi, dia hanya menyantap beberapa suap.Dengan gontai, Senja turun dari ranjang dan melangkah menuju dapur. Namun, baru saja beberapa langkah, Senja dikejutkan dengan kehadiran perempuan lain di rumah Abimanyu.“Kamu siapa?!” Senja bertanya dengan suara setengah berteriak, perempuan yang dimaksud menoleh, lalu dia tersenyum simpul.“Hai, Senja,” sapanya, polos. Dia tampak terkejut karena Senja bangun dini hari.“Kamu siapa?!” Kini Senja mulai takut dan curiga.Perempuan yang tidak lain Rasti mulai berbicara pelan-pelan, dia menjelaskan bahwa dirinya adalah partner Abimanyu yang diutus untuk menjaga Senja sementara. Awalnya, Senja tak percaya. Namun, saat Rasti memperlihatkan riwayat chatnya dengan Abimanyu, barulah Senja melunak.“Memang ke mana dia?” tan

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 13 Pilihan

    Dewantara tersenyum senang, dia tidak menyangka Senja menghubunginya dan meminta untuk bertemu. Biasanya, Senja sulit untuk sekedar ditemui, karena ada Abimanyu. “Ayo, Sayang!” seru Dewantara, dia menarik kursi untuk kekasihnya.Senja yang agak sungkan pun dengan canggung akhirnya duduk juga. Padahal, bukan kali ini saja pria itu bersikap romantis, tapi sekarang ada rasa tak nyaman yang hinggap di relung hatinya. Setelah memesan makanan, akhirnya Senja membuka percakapan.“Mas, em ... apa lamaran Mas tempo hari masih berlaku?” tanya Senja langsung pada inti masalah.Tubuh Dewantara menegak, dia seperti mendapat sebuah lotre setelah sekian lama mencoba keberuntungan.“Tentu saja, Sayang. Bahkan, aku akan tetap memperjuangkanmu jika kamu masih menolak,” jawab Dewantara serius.“Kenapa?” Senja butuh kepastian dan meyakinkan hatinya.“Karena aku mencintaimu, tak rela jika kamu harus jatuh ke tangan orang lain. Apalagi, kamu sekarang sendiri, aku semakin khawatir.” Dewantara menggenggam e

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 12 Kecewa

    Abimanyu melirik Senja yang terdiam menatap jalanan. Ada yang aneh pada gadis itu.Sore tadi, saat dirinya menjemput Senja, dia dikagetkan dengan matanya yang sembab. Jangan lupakan juga keterlambatan Senja dari jam yang sudah dijanjikan untuk dijemput.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Abimanyu, khawatir.Senja menoleh, dia menatap Abimanyu. Lalu, bayangan tentang Abimanyu dan Marisa yang sedang berpelukan, membuat Senja memalingkan wajah. Dia tak kuasa menatap Abimanyu.“Aku baik-baik saja,” jawab Senja. Menatap jalanan lebih baik untuknya.Abimanyu semakin bingung. Senja berlaku tidak seperti biasanya. Gadis itu tidak mengomel atau berceloteh tentang kegiatannya di kampus, seperti biasanya. Namun, Abimanyu tidak mau menanyakan lebih jauh. Dalam benaknya, Abimanyu menjaga perasaan Senja. Mungkin saja gadis itu tengah dirundung masalah pribadi.Tidak ada pembicaraan lagi hingga mobil memasuki pelataran rumah. Setelah mobil terparkir rapi, Senja bergegas keluar mobil dan masuk ke rumah. Dia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status