"Melati sudah belum." panggil Hafsa mengetuk pintu toilet yang dimasuki Melati.
"Belum." jawab Melati di dalam."Kau ini lama sekali kita sudah ditunggu supir, kau ingat kalo kelamaan kita bisa kena hukuman lagi." celoteh Hafsa tiba-tiba mengingat kejadian waktu dulu.Melati langsung merespon ketika diingatkan waktu kena hukuman dulu."Ah tidak apa-apa kena hukuman juga sa, aku terima." jawab Melati malah senang.Hafsa mengernyitkan alisnya mendengar jawaban Melati, "Hih kena hukuman kau malah senang. Ya sudah aku duluan aku tunggu di mobil." lanjut Hafsa memilih keluar duluan."Oke." jawab Melati.Setelah keluar dari toilet Hafsa berjalan dengan perlahan sambil memainkan ponselnya, ya Hafsa memang jarang memainkan ponsel hanya waktu-waktu tertentu saja.Sedang fokus dengan ponselnya tanpa melihat sekitar ternyata Hafsa diikuti oleh seorang pria yang mencurigakan dia memakai pakaian serba hitam juga memakai maskKetika waktu makan malam tiba semua berkumpul dimeja makan termasuk Rey malam ini dia ikut makan sekaligus menginap dirumah Elang karena urusan pekerjaan yang belum selesai belum lagi Rey harus mempersiapkan operasi Elang yang sebentar lagi akan dilaksanakan.Pada saat sedang makan Sinta memperhatikan Hafsa yang cara makannya agak berbeda yang biasanya makannya cepat namun rapih tapi kali ini makannya sangat pelan. Sinta malah berfikir mungkin karena itu efek telah ditinggalkan sahabatnya secara mendadak.Sinta memang sudah diberi tahu oleh kepala pelayan tentang Melati namun dia juga ingin menanyakannya langsung pada Hafsa."Sayang, ibu mau bertanya kepadamu?" tanya Sinta saat makan belum selesai.Semua menoleh termasuk Elang."Ya mah, ada apa?" jawab Hafsa reflek.Sinta mengernyitkan alisnya dengan kata panggilan 'mah' sejak kapan Hafsa memanggil dirinya mamah bukan ibu."Mah!" ulang Sinta merasa heran.uuppssHafsa menutup mulutnya keceplosan.
Lalu Rey melihat ke lemari Melati yang tertutup rapat dia mendekati, untungnya lemari pakaiannya tidak di kunci jadi dia membukanya dan terlihatlah pakaian Melati yang masih tersimpan rapi didalamnya, tas besar pun masih ada lalu apa yang di bawa Melati untuk pulang kampung.Dia mendengar bahwa Melati dijemput dadakan oleh calonnya yang artinya tidak membawa apa-apa namun yang dia heran adalah kenapa bisa Melati mau menikah dengan orang lain sedangkan dirinya pernah bilang bahwa Melati menyukainya.Namun juga ada yang janggal, hatinya berkata bahwa Melati tidak mungkin seperti itu dia pun mencari kembali sesuatu yang menguatkan dirinya bahwa Melati hanya mempermainkannya.Rey menemukan sebuah buku yang terselip di bawah bantal lalu mengambilnya. Buku yang disampul berwarna pink bercorak volkadot dihiasi pita di pinggirnya sehingga membuat kesan manis pada pemiliknya bahkan Rey saja sampai tersenyum melihatnya.Tanpa berkata dia membuka lembaran p
Di sebuah ruangan yang begitu luas didekorasi dengan sangat indah bernuansa manly sangat terkesan karismatik.Disebuah ranjang king size nampak tertidur seorang wanita dengan sangat nyaman di baluti selimut tebal yang halus menambah kesan tenang untuk merilekskan tubuh.Dan disampingnya seorang pria tengah duduk sambil memandangi wanita yang sedang tertidur itu.Pria itu terus tersenyum sambil memandangi wajah ayu nan manis milik wanita itu karena wajah wanita itu terarah padanya.Beberapa menit kemudian wanita itu menggeliat dengan menampakkan senyum alami sehingga membuat pria yang memandanginya semakin terpesona."Kau sudah bangun cantik." ucap pria itu.Wanita itu terkesiap diam saat mengenali suara pria asing namun bukan suaminya lalu diapun menoleh dan semakin terkejut."Satria.""Iya sayang ini aku Satria." ternyata pria itu Satria, dia mendekati wanita itu yang tak lain adalah Hafsa istri Elang Rahardian
Satria memundurkan wajahnya, lalu dia menggelengkan kepalanya. Hafsa beringsut mundur dan duduk ditepian ranjang merasa bingung dengan tingkah Satria yang sekarang seperti orang tidak waras.Tapi di balik itu Satria seperti menyembunyikan sesuatu yang tentu saja Hafsa tidak tau."Aaakkk" Satria berteriak kencang sambil menjambak rambutnya.Karena Satria terus begitu membuat Hafsa merasa kasihan dengan mengumpulkan keberaniannya Hafsa bangun dan mendekati Satria dia takut kalau Satria menyakiti dirinya sendiri."Satria, kau kenapa? sudah jangan menyakiti dirimu sendiri." ucap Hafsa mencoba mengambil tangan Satria dari rambutnya.Tapi Satria tidak mengindahkan dia terus berteriak. Hafsa menjadi bingung, apa yang harus dia lakukan."Satria, kau kenapa lihat aku Sat." Hafsa terus mencoba supaya Satria berhenti.Kali ini Satria merespon dia berhenti lalu menatap Hafsa dengan tatapan sendu. Hafsa balas menatap dengan berlinang
Hafsa bersungut-sungut didalam kamar mandi karena dirinya gagal menggoda Elang."Sialan, kenapa susah sekali menggodanya? padahal sudah semua hal aku lakukan." tambahnya terus bersungut tiada henti sambil memandang cermin.Ya Elang malam itu memang tidak menyentuh Hafsa sama sekali karena dia merasa tidak nyaman dengan Hafsa sekarang apalagi jika perempuan itu yang mulai duluan, entah mengapa Elang merasa ilfil belum lagi aroma tubuh yang berbeda darinya.Jangan salah meski Elang buta tapi dia bisa membedakan sifat seseorang melalu aroma tubuh dan cara bicaranya jadi sebelum Elang memastikan sesuatu dia tidak ingin menyentuh Hafsa.Jadi dia beralasan lelah malam ini dan memilih lebih cepat tidur, alhasil Hafsa sangat kesal malam itu."Kau ini, aku kira kau sudah menaklukan pria tampan yang buta ini tapi ternyata kau tetap tidak berguna. cihh mukamu saja jelek begini mana bisa kau menaklukannya. Hem.. kenapa juga aku harus memakai wajahmu
Rey dan Elang sudah sampai dirumah sakit, mereka disambut dengan para jajaran dokter ahli berbagai medis, karena tau tuan muda Elang Rahardian hari ini akan dioperasi maka seluruh pihak rumah sakit telah menyiapkan segalanya yang terbaik tidak ingin ada satu kesalahan pun karena mereka tau siapa itu tuan muda Elang."Sudah disiapkan semuanya." tanya Elang pada sahabatnya Ziyan yang berdiri menyambut paling depan."Sudah tuan, dan tuan tinggal mempersiapkan diri." jawab Ziyan sopan."Baiklah Rey, segera saja dilakukan sekarang aku tidak mau menunda lagi." perintahnya pada Rey."Baik tuan." jawab Rey tegas."Ayo ikuti saya tuan." kata Rey lagi berjalan mendahului Elang diikuti oleh Ziyan dan beberapa dokter yang lain."Tuan, apakah aku harus memerintah nyonya dan Nona untuk datang kesini saja sekarang." tanya Rey di sela-sela jalan."Tidak perlu, kabari mereka jika operasi telah berhasil di lakukan aku tidak ingin membuat
Hafsa yang didalamnya Sesil memasuki ruangan dimana ruangan itu terdapat pakaian serta alat-alat yang lain seperti tas, sepatu dan aksesoris.Hafsa memandang takjub tiada henti, pandangannya sama seperti pandangan mata para wanita yang haus akan belanja yang tidak puas jika hanya memiliki satu saja."Wah.. ini semua milikku!" ucapnya penuh mata berbinar serta senyum yang lebar.Dia mengelilingi sambil tangannya menyentuh dinding kaca itu.Tadi pagi dia memang tidak sempat untuk melihatnya dikarenakan Elang terus memanggilnya padahal dia sudah penasaran dari tadi."Jika tidak dapat orangnya, uangnya juga tidak apa-apa." ucapnya lagi tersenyum sumringah.*****Operasi sudah berjalan sesuai rencana, membutuhkan waktu beberapa jam Rey masih setia menunggu padahal dia ingin memastikan sesuatu yang sedari tadi terus mengganjal di hatinya.Nyonya Sinta juga Hafsa palsu sudah ada disana juga, mereka dijemput saat operasi Ela
Elang kini sedang duduk matanya masih diperban dan kini siap untuk dibuka ditemani dengan dokter Ziyan, Sinta dan juga Hafsa.Rey tidak ada karena Rey pergi mendadak dengan urusannya jika Elang tau sudah pasti Elang akan marah."Elang, kau sudah siap untuk melihat dunia barumu lagi." kata Ziyan menginstruksi."Aku siap." jawab Elang mantap.Sinta dan Hafsa menunggu dengan harap-harap cemas.Lalu Ziyan membuka perban dan memutarnya sampai perban itu habis setelah itu dia membuka perban kembali yang menutupi kedua matanya, satu-satu Ziyan mengambilnya dengan sangat hati-hati setelah itu terlihatlah mata yang masih menutup sempurna."Elang sekarang buka matamu pelan-pelan."Kemudian Elang menuruti perintah Ziyan untuk membuka mata pelan-pelan, samar-samar sebelum terlihat jelas Elang melihat cahaya dan bayangan manusia. Lama kelamaan menjadi padat dan yang pertama dia lihat adalah ibunya Sinta."Ibu..!" panggil Elang.