"Dad, kenapa kita malah ke sini?" tanya Lukas merasa tidak terima, karena Ethan justru membawanya ke kampus. "Ayo, kita turun dulu," ajak Ethan, tidak merespon pertanyaan putranya tadi."Kak Selina ada di sini memangnya, Dad?" Lily ikut bertanya."Kita turun dulu, Lily, Lukas," ajak Ethan lembut.Kedua anaknya itu tampak bersemangat turun dari mobil. Ethan pun segera menggandeng anak-anaknya yang kini masih menggunakan seragam sekolah itu. Hari ini, Ethan membiarkan kedua anaknya tidak berangkat sekolah."Kita sebentar lagi akan ketemu Kak Selina, kan, Dad?" tanya Lily, mendongak menatap Ayahnya.Ethan hanya tersenyum tipis, dia tidak lagi menanggapi ocehan anak-anaknya. Sebenarnya Ethan memang tidak berniat untuk membawa anak-anaknya ke rumah kedua orangtua Selina. Karena takut akan menganggu keluarga mereka. "Ya ampun, Pak Ethan bawa anak-anaknya ke kampus. Lucu-lucu banget anaknya, ganteng cantik.""Lihat deh, Pak Ethan sama anaknya. Hot Daddy banget gak sih.""Jadi pengen kenala
Ethan berdehem, dia lantas mengalihkan tatapannya ke arah lain. Wajahnya tampak datar dan dingin seperti biasanya. "Baiklah, kita mulai pratikum pada pagi hari ini. Tapi sebelumnya, saya akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai materi pratikum hari ini. Kalian bisa fokus ke layar LCD terlebih dahulu." Ethan pun mulai berbicara.Semua mahasiswa menatap penjelasan yang Ethan berikan. Tak terkecuali Selina, dia berusaha keras melupakan permasalahannya dengan Ethan. Fokus pada materi yang disampaikan pria itu. Semuanya sudah berbeda, tidak ada lagi Ethan yang diam-diam mencuri pandang kepadanya. Tidak ada lagi mereka yang saling tersenyum saat tak sengaja bertatapan di kelas. Yang ada hanyalah sikap profesional seperti awal mereka berkenalan sebagai dosen dan mahasiswa."Baiklah, saya rasa sudah cukup penjelasan saya. Apakah ada yang ingin ditanyakan?" Ethan tampak menatap satu persatu mahasiswanya.Mereka semuanya bungkam, seolah sudah mengerti dengan penjelasan Ethan. "Baik, jika t
Ethan melihat Selina pingsan tidak bisa tinggal diam begitu saja. Dia dengan cepat beranjak dari kursinya dan mendekati Reno. Para mahasiswa yang lainnya juga tampak menatap khawatir ke arah Selina."Reno, biar saya saja yang mengendongnya," pinta Ethan dengan wajah kekhawatirannya itu. Reno pun langsung menyerahkan Selina kepada Ethan. Membuat pria itu segera menggendong Selina. "Kalian lanjutkan praktikum hari ini sampai jam kelas saya selesai. Setelah itu, baru kalian bisa keluar dari kelas ini," perintah Ethan kepada para mahasiswanya. "Dan kamu, Reno, tolong bawakan tas dan laptop saya ke ruangan." Ethan tampak menatap serius ke arah Reno. Reno pun mengangguk sebagai jawaban. Membiarkan Ethan membawa Selina keluar dari laboratorium komputer ini. Semua mata pun memandang ke arah Ethan yang kini sudah pergi dari ruangan. "Kalian semua ngerasa aneh nggak sih sama Pak Ethan? Padahal kan Reno juga bisa membawa Selina ke unit kesehatan kampus. Kenapa dia harus yang membawanya seca
Puncak dari mencintai adalah mengiklankan, seperti yang dilakukan oleh Ethan akhir-akhir ini. Dia dan Selina sudah benar-benar saling menjauh. Seperti dua orang asing yang sering bertemu di kampus. Ethan juga membiarkan Selina dekat dengan Reno. Entah apa hubungan mereka sekarang. Apakah masih sebagai teman atau justru sudah lebih dari itu. Seperti hari ini contohnya, dia lagi-lagi harus bertemu Selina di perkuliahannya. Meskipun sangat berat, tetapi Ethan harus tetap profesional sebagai seorang dosen. "Baiklah, untuk presentasi selanjutnya adalah kelompok dua. Silakan maju untuk kelompok dua," pinta Ethan tegas. Kelompok dua yang beranggotakan Selina, Reno, Bella dan Wisnu pun berjalan maju ke depan kelas. Melakukan presentasi di depan kelas, dengan Ethan yang kini berjalan di belakang kelas. Menyimak presentasi yang disampaikan oleh kelompok itu. Tetapi, pandangan mata Ethan fokus ke layar LDC. Dia tidak melirik ke arah Selina sama sekali. "Pemrograman berorientasi objek atau
Malam ini, Ethan tampak berdiri di atas balkon kamarnya sembari menikmati pemandangan malam. Melihat bulan purnama yang dihiasi oleh bintang-bintang. Terlihat begitu indah dan memanjakan mata. Tetapi semua itu berbanding terbalik dengan perasaannya. Ethan sangat kacau, dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Rasanya benar-benar sangat menyiksa, sampai ke relung hati. "Mau sampai kapan aku bertahan dalam posisi seperti ini? Aku memang bisa melihatmu, bahkan hampir setiap hari. Tetapi aku tidak bisa memilikimu lagi. Kamu terlalu jauh untuk aku jangkau, Selina," gumam Ethan sembari merenungi nasibnya. Tidak hanya itu yang membuat dia semakin pusing. Tetapi kedua anaknya juga, mereka selalu merengek setiap hari untuk bertemu Selina. Tetapi dia tidak bisa mengabulkannya. "Seharusnya memang aku mencari perempuan lain untuk menjadi penggantimu. Tetapi nyatanya, sampai sekarang pun aku masih belum bisa membuka hati untuk perempuan lain. Hanya ada kamu di hatiku, dan rasanya memang sangat sul
Hari pun semakin berlalu, semua penderitaan masih Selina hadapi. Dia siang ini saja rasanya seperti enggan untuk berangkat kuliah. Karena dia benar-benar tidak mau bertemu dengan Ethan. Walaupun memang hari ini, tidak ada jadwal kelas pria itu. Tetapi, saat Selina memasuki area kampus. Terlebih saat sudah mendekat ke arah area fakultas miliknya. Dia mendengar banyak bisik-bisik dari para mahasiswa. Seperti tengah terjadi kehebohan besar di kampus ini. "Kenapa sih ini? Apa yang mereka semua bicarakan? Kenapa sepertinya ada hal penting yang terjadi? Tetapi aku tidak mengetahuinya." Selina benar-benar dilanda kebingungan. Selina menatap aneh para mahasiswa itu, dia pun tetap melanjutkan perjalanannya sampai ke dalam kelas. Tetapi, keributan pun terjadi di kelasnya lagi. Sepertinya mereka tengah membicarakan seseorang. "Selina," panggil Bella dengan suara lantangnya itu. Seketika, Selina pun langsung berjalan cepat ke arah Bella. Yang kini sedang berkumpul dengan teman-temannya yang
"Pah," panggil Selina pada pria paruh baya yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu. "Ada apa, Selina? Tumben kamu ke ruangan Papa," tanya pria itu, menatap heran ke arah putrinya. Selina pun langsung mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Papa. Dia ingin berbicara empat mata kepada Papanya itu. Kini, Selina menatap serius ke arah Papa. "Papa kenapa gak ada bilang sama aku kalau Pak Ethan mengundurkan diri jadi dosen?" tanya Selina dengan wajah kecewanya."Untuk apa memangnya Papa memberitahumu? Kalian saja sudah tidak memiliki hubungan apapun." Jawaban Papa membuat tubuh Selina melemas. Dia sampai lupa jika Papa memang tidak merestui hubungan mereka. "Papa pasti tahu kan di mana Pak Ethan pindah? Karena aku mendengar dari teman-teman, Pak Ethan pindah ke luar kota. Tetapi mereka semua tidak tahu di mana pindahnya, Papa pasti tahu bukan?" Selina menata selidik ke arah Papanya sendiri. "Jika Papa tahu pun, tidak akan memberitahu dirimu. Karena tidak penting untukmu
Sudah satu minggu berlalu, sejak Ethan tidak lagi mengajar di kampus ini. Rasa-rasanya, Selina justru seolah tidak memiliki semangat lagi untuk belajar di kampus. Setiap dia berada di kelas, dia pasti mengingat bagaimana saat Ethan sedang mengajar. "Woy, ngelamun aja sih, Neng." Reno menepuk pundak Selina keras, membuat wanita itu langsung tersentak kaget."Reno!! Nyebelin banget sih jadi orang!! Bisa nggak usah ngagetin kayak gitu? Bahaya banget, kalau aku jantungan gimana?!!" Selina tampak mengeluarkan kekesalannya itu. Reno malah tertawa terbahak-bahak saat mendengar kemarahan Selina barusan. Bukannya meminta maaf kepadanya. "Lagian, pagi-pagi begini sudah melamun. Belajar belum kamu?" tanya Reno sembari menaikkan sebelah alisnya. Memang mereka sedang menghadapi ujian akhir semester. Itu artinya sebentar lagi, liburan semester akan tiba. "Udahlah, gak kayak kamu, pasti belum belajar sama sekali," ejek Selina, sembari menjulurkan lidahnya ke arah pria itu. Selina dan Reno mema
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag