Selina segera memasuki ruangan Rektor, berjalan perlahan ke ruangan yang cukup besar ini. Banyak sekali lemari-lemari arsip yang berukuran besar pulaDi depan sana, Selina menatap seorang pria paruh baya yang kini sedang sibuk dengan pekerjaannya. Selina berjalan semakin mendekat ke arah sana."Papa," seru Selina riang.Pria paruh baya itu tampak menoleh saat mendengar suara Selina. Lantas tersenyum hangat ke arah putri kecil nakalnya itu. "Duduk, Sayang," pinta pria paruh baya itu ramah.Selina segera mendudukan dirinya di hadapan Papanya. Tak lupa menyalami tangan Papanya terlebih dahulu. "Bagaimana kabarmu? Papa sangat merindukanmu. Sudah lama kamu tidak pulang ke rumah," ujarnya lembut."Aku baik, Pah, aku juga merindukanmu," balas Selina, senyuman manis terukur di sudut bibirnya.Cukup sulit untuk menemui Papanya, karena Papanya adalah orang yang sangat sibuk dan sulit untuk ditemui pula."Oh, iya, bagaimana kepala kamu? Masih pusing?" tanya Papa, membuat Selina mengerutkan ken
Ethan kembali berdehem saat wanita itu tidak juga menggubrisnya. Detik berikutnya, wanita itu membuka buku tebal yang menutupi wajahnya."Astaga!" Wanita itu terlonjak kaget karena mendapati Ethan sudah duduk di sebelahnya."Kenapa? Kamu pikir saya hantu?" tanya Ethan sembari menaikan satu alisnya."Ke–kenapa Pak Ethan ada di sini?" tanya wanita kaget."Saya sedang mencari referensi untuk mengerjakan jurnal penelitian saya. Tidak seperti kamu, Selina, ke perpustakaan hanya untuk menangis. Perpustakaan bukan tempat untuk menumpahkan air matanya," ketus Ethan seperti biasanya."Terus, di mana saya bisa menumpahkan air mata?" tanya Selina menantang."Di sini." Ethan menunjuk ke arah bahunya sendiri, dengan senyuman tipis pula. Selina menganga, dia tidak percaya ini. Apakah pria di depannya benar-benar dosennya yang seperti es batu? Barusan Ethan menggoda dirinya?"Hm." Ethan berdehem, mengembalikan mode wajah datar dan dinginnya.Dia tidak tahu mengapa barusan merespon seperti itu. Seke
Reno dengan cepat berjalan ke arah Ethan dan Selina."Lepaskan Selina, Pak!" Reno memisahkan cengkraman tangan Ethan dari Selina.Wajah Reno tampak sangat kesal dan marah. Dia tidak terima Selina diperlakukan kasar oleh Ethan."Selina tidak mau ikut bersama Bapak, jadi tidak perlu di paksa!" ketus Reno saat Ethan melayangkan tatapan tajamnya.Selina terdiam, dia tidak menyangka Reno bisa seberani itu dengan Ethan. Pasalnya, tidak ada satu pun mahasiswa yang berani melawan Ethan, terkecuali dirinya."Kamu, tidak perlu ikut campur. Ini urusan saya dan Selina," tegas Ethan. "Selina teman saya, itu artinya saya berhak ikut campur! Pak Ethan gak lihat kalau Selina itu menolak ikut dengan Bapak? Lagian saya heran, kenapa Pak Ethan tiba-tiba membawa Selina pergi." Reno masih tidak mau mengalah.Ethan tampak mengepalkan tangannya kuat. Terlihat sekali kemarahan dari wajahnya."Lebih baik Selina pulang dengan saya. Daripada naik motor dan akhirnya jatuh lagi!" Sentak Ethan tak mau kalah."Tad
Selina melihat ke arah meja Ethan, seketika dia kaget saat melihat kedatangan matan istri Ethan di tempat ini. Terlebih, sekarang dia tengah bersama Reno."Ren, aku ada urusan," tutur Selina dengan wajah seriusnya."Urusan apaan?" Reno yang super kepo pun bertanya."Ini, nanti buat bayar makanannya." Selina menaruh beberapa lembar uang di meja.Lantas tanpa menunggu jawaban dari Reno, dia sudah lebih dulu berjalan ke arah Ethan. Selina tidak bisa membiarkan Rosalin mendekati Ethan kembali. "Hai, Sayang. Maaf ya tadi aku lama di kamar mandinya." Selina langsung mendudukan dirinya di samping Ethan.Dia kini bergelayut manja di lengan Ethan, sembari tersenyum sinis ke arah Rosalin. Kedatangan Selina mampu membuat Ethan kaget. Namun, dia segera menyesuaikan."Tidak apa-apa, Sayang. Oh, iya, aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Rosalin. Kamu jangan marah yah," ujar Ethan lembut, sembari mengusap rambut Selina. "Iya, tidak apa-apa kok aku mengerti. Tidak menyangka juga bisa bertemu denga
Ethan memandang tak percaya mantan istrinya. Bisa-bisanya meminta nebeng mobilnya. Padahal dia sudah berbaik hati mengijinkan wanita itu untuk bertemu dengan anak-anaknya."Tidak bisa! Kamu naik taksi atau ojek online saja. Lagian, aku tidak mau membuat kakasihku merasa tidak nyaman dengan kehadiranmu," ujar Ethan, mampu menusuk ke relung hati. "Ya sudah kalau begitu, aku akan memesan taksi saja. Tapi, apa kamu bisa menungguku sampai taksi yang aku pesan datang?" Rosalin memilih untuk mengalah. Melihat Ethan yang sekarang, entah mengapa membuat dirinya merasa menyesal telah melepas pria itu. Ethan kini sudah banyak sekali berubah. "Hm, akan aku tunggu di dalam mobil." Setelah mengatakan itu pun, Ethan lantas masuk ke dalam kursi kemudi.Rosalin tersenyum kecut saat melihat perlakuan Ethan barusan kepadanya. Namun, dia tidak bisa melakukan apapun dan memaksa Ethan untuk lebih perhatian kepadanya kembali. Rosalin segera memesan taksi online."Udah gak udah terlalu dipikirkan, Pak. Ga
Ethan tidak paham mengapa Selina tiba-tiba saja memintanya untuk berhenti. Namun, Ethan tetap menuruti permintaan Selina. Dia menepikan mobilnya di pinggir jalan. "Bentar, ya, Pak," ujar Selina, sebelum akhirnya keluar dari mobil Ethan.Selina lantas berlari ke arah tukang cilok yang berada di pinggir jalan. Membeli cilok itu dua bungkus untuk dirinya dan Ethan. Setelahnya, dia kembali masuk ke mobil lagi."Kamu meminta saya berhenti hanya untuk membeli cilok?" tanya Ethan terheran."Iya, ini satu bungkus buat Pak Ethan. Kan enak tuh cerita sambil makan cilok." Selina menaik-turunkan alisnya.Ethan mengendus sebal, dia tidak menerima cilok pemberian Selina. Ethan justru kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang."Ya sudah, Bapak saya suapi saja kalau begitu," pasrah Selina.Selina menusuk cilok itu, meniupnya pelan, lantas memasukannya ke dalam mulutnya sendiri. Setelah itu, dia pun menjulurkan cilok itu ke depan mulut Ethan."Buka mulutnya, Pak. Makan cilok dulu," pinta Seli
Ethan berjongkok, menyamakan tingginya dengan kedua anaknya. Ethan menatap hangat Lukas dan Lily. Dia tampak kebingungan harus memulai cerita dari mana. "Lukas, Lily, Tante itu Mommy kalian. Wanita yang sudah melahirkan kalian ke dunia. Kalian sering bertanya kepada Daddy di mana Mommy bukan? Nah, itu Mommy yang sering kalian tanyakan." Ethan mencoba menjelaskan kepada kedua anaknya. Lukas dan Lily tanpak bingung dengan penjelasan Ethan barusan. Mereka melihat ke arah Rosalin dan Ethan secara bergantian. "Mommy kita kan Kak Selina, Dad," cletuk Lukas dengan wajah bingungnya.Selina membulatkan matanya, dia harus meluruskan semua ini. Selina pun ikut berjongkok, agar bisa lebih dekat dengan Lukas dan Lily."Kak Selina bukan Mommy kalian. Tapi, Tante itu adalah Mommy kandung kalian. Seperti yang Daddy katakan, Tente itu yang sudah melahirkan kalian ke dunia ini." Selina ikut menjelaskan.Rosalin hanya diam saja, matanya berkaca-kaca saat kedua anaknya sudah tidak mengenali dia lagi.
Malam ini, Selina tengah duduk di ruang tengah sembari mengerjakan tugas kuliahnya. Setidaknya mencari suasana baru, agar tidak selalu mengerjakan tugas di dalam kamar. Tadi dia, sudah membacakan dongeng pengantar tidur untuk kedua anak Ethan. Jadi, sekarang dia bisa bebas mengerjakan tugas tanpa gangguan."Hais, kenapa juga ini tugasnya susah banget," gerutu Selina dengan wajah kesalnya.Selina menatap ke arah layar laptopnya serius. Dia beberapa kali mengendus sebal saat perintah SQL yang dia tulis eror."Ehem!" Tiba-tiba, Ethan datang dan ikut mendudukkan dirinya di samping Selina.Pria itu tampak menaruh laptop dan satu cangkir kopi di atas meja. Lantas, menatap datar ke arah Selina. Sedangkan Selina, dia menatap bingung ke arah Ethan."Kenapa Pak Ethan datang kemari?" tanya Selina kebingungan."Ini rumah saya, jadi hak saya mau duduk di sini atau di manapun," ketus Ethan, lantas menyeruput secangkir kopi itu perlahan.Selina tidak menggubrisnya, dia masih mengingat bentul kedata
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag