Maya mengetuk pintu kamar Adel. Ternyata sampai diketok tiga kali tetap tidak ada jawaban dari Adel.
Ke mana Adel pergi? Tanya Maya dalam hati. Tidak biasanya Adel pergi terlebih dahulu tanpa berpamitan kepada dia.
Maya lalu merogoh tasnya. Dia hendak mengambil handphone untuk menghubungi Adel. Dia khawatir telah terjadi sesuatu dengan Adel.
Saat hendak menghubungi Adel, Afi keluar dari kamarnya. "Tadi aku lihat Adel sudah berangkat lebih pagi Maya. Dia sungkan sepertinya untuk membangunkan kamu, " ujar Afi.
"Baiklah. Terima kasih informasinya Afi," kata Maya kepada gadis yang bekerja di rumah makan itu.
Selanjutnya Maya turun ke bawah untuk segera berangkat ke kantornya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dekat jalan raya, sebuah mobil merapat di sisinya.
Maya menoleh ke arah mobil tersebut. Mungkin pengemudi mobil tersebut ingin bertanya sesuatu kepadanya. Tapi betapa kagetnya Maya, ternyata yang di dalam.mobil tersebut
Tidak beberapa lama Pak Robert datang. Jonathan berdiri untuk menyambutnya. Demikian juga dengan Maya. Sedangkan Adel sudah kembali ke pantry untuk menyiapkan minuman hangat buat bosnya. Dan juga tamu tentunya."Selamat Pagi Pak Jonathan. Maaf harus menunggu. Anda mengabari terlalu mepet sehingga saya tidak bisa berangkat lebih cepat," ujar Pak Robert seraya menyalami tamunya."Pagi Juga Pak Robert. Tidak apa menunggu, apalagi ditemani sekretaris Bapak yang cantik ini," ujar Jonathan seraya melihat ke arah MayaMaya menjadi tersipu. Apalagi Jonathan memujinya di depan laki-laki lain. Dan orang tersebut adalah bos yang sangat diseganinya."Tidak hanya cantik Pak Jonathan. Tapi juga smart," tambah Pak Robert tidak mau kalah.Maya hanya diam saja. Dua laki di depannya ini terus memuji."Ayo masuk ke ruangan saya," ajak Pak Robert. Lalu keduanya masuk.Aroma wangi mengular dari ruangan bos tersebut. Mungkin Adel baru saj
Pulang kerja, seperti biasanya Adel dan Maya pulang bersama. Mereka tampak bercengkrama dengan riang. Adel tidak ada jadwal kuliah, sehingga dia langsung pulang.Sesampainya di kost, ternyata ada yang berbeda dengan tanggapan para penghuni kost. Wajah yang semula ramah kini tidak lagi. Beberapa di antaranya bahkan langsung menghindari dengan masuk kamar saat Adel dan Maya lewat. Kedua gadis itu langsung saling berpandangan."Ada apa Maya? Tiba-tiba teman-teman kost seperti menghindari kita?" tanya Adel."Aku juga tidak tahu Adel. Sepertinya pagi tadi tidak begini," jawab Maya. Dia juga merasa aneh dengan perubahan sikap teman-temannya itu."Coba nanti aku cari info," ujar Adel sebelum masuk ke kamarnya.Maya sendiri juga langsung masuk kamar. Moodnya hari ini sangat baik. Dia bernyanyi riang saat mandi, dan bersih diri. Selanjutnya makan nasi bungkus yang dia beli saat pulang tadi.Masih terbayang saat dia bertemu dengan Jonathan
"Aku takut Adel," ujar Maya sambil menangis."Takut kenapa?" tanya Adel tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya itu."Aku takut mencintai Jonathan," kata Maya dengan suara yang lirih.Adel menghela nafas panjang. "Maya kamu itu sudah mencintai Jonathan. Mengapa baru takut?" kata Adel."Seperti yang dikatakan teman-teman itu benar. Jonathan itu sudah bertunangan. Nama tunangannya Silvi. Sepertinya dia gadis yang setara dengan Jonathan. Sama-sama dari kalangan berada. " kata Maya.Adel juga tidak bisa memberi solusi. Karena posisi Maya sendiri juga tidak jelas. Dia tidak ingin Maya hanya dijadikan mainan oleh Jonathan. Padahal Jonathan sudah bertunangan bahkan mungkin saja sudah menikah dengan tunangannya itu."Hmm memang posisimu lemah Maya," ujar Adel."Maksudmu?" tanya Maya.Dia mengambil minuman dingin di kulkas kamar Maya. Kemudian meminumnya langsung tinggal separo. "Aku tiba-tiba menjadi ikut panas mendengar ini," ka
Tiba-tiba Maya menjadi khawatir. Apakah dia akan dipecat atau dimutasi dari pekerjaannya saat ini?"Tapi salahku apa?" ujar Maya dalam hati.Dengan sedikit ragu dia masuk ke ruangan Pak Robert. Kepala HRD Ibu Evi sudah duduk di sofa. Sedangkan Pak Robert duduk di kursi kebesarannya."Silahkan duduk Maya," ujar Pak Robert sambil menunjuk ke arah Bu Evi. Maya pun menurut duduk di sofa."Jadi begini Maya, seiring dengan perkembangan perusahaan. Kita juga ingin meningkatkan kesejahteraan buat para karyawannya. Salah satunya dengan memberikan fasilitas tempat tinggal," ujar Pak Robert.Ia menjeda kalimatnya untuk sesaat."Sebelum ini untuk jajaran kepala bagian juga sudah mendapatnya. Nah, sekarang giliran setingkat di bawahnya. Termasuk sekretaris yang akan mendapatkan tunjangan tempat tinggal," kara Pak Robert lagi.Wajah Maya yang semula takut kembali menjadi ceria. Meskipun dia juga tidak tahu bentuk tunjangan tempat tinggal itu sepert
Sore hari, Maya baru bisa bertemu dengan Adel. Sepulang dari apartemen dia kembali ke kantor setelah jam istirahat habis. Itu artinya Maya melewatkan waktu makan siang bersama dengan Adel. Sehingga dia belum sempat mengabarkan masalah apartemen tersebut kepada Adel."Adel, ayo pulang," seru Maya dengan wajah ceria."Kamu kelihatan bergembira sore ini Maya. Pasti habis ketemu Jonathan ya?" tanya Adel melihat sahabatnya yang dari tadi full senyum.Ini berbeda dengan saat tadi berangkat, Maya masih menunjukkan wajah sedih akibat fitnah yang disebarkan oleh penghuni kost."Tidak. Aku tidak bertemu Jonathan selain tadi pagi bersamamu. Tapi aku punya berita suprise yang pasti akan membuatmu kaget dan takjub," ujar Maya dengan wajah berbinar."Berita apa sih? Aku jadi penasaran. Ayo katakan saja sekarang," kata Adel penasaran."Oh tidak. Kamu harus ikut aku pulang dan menyaksikan sendiri. Bukan suprise dong kalau aku bilangin sekarang," kata
"Aduh," teriak Adel.Dia segera menoleh ke arah orang yang sudah menarik tangannya. Betapa terkejutnya Maya, karena di sana sudah berdiri orang yang selama ini dia cintai."Jo," ujarnya singkat."Ayo naik. Tidak baik perempuan jalan-jalan malam gini seorang diri," kaya Jonathan segera menggandeng Maya masuk ke dalam mobil."Tapi aku lapar beli nasi bebek goreng dulu," ujar Maya."Sudah naik. Tidak ada penolakan," kata Jonathan lagi.Tanpa berani menolak Maya, masuk ke dalam mobil. Demikian Jonathan. "Kota akan makan malam bersama," ujar Jonathan."Aku juga lapar," kata Jonathan."Kamu sudah pulang? Kok sudah ganti baju?" tanya Maya."Hmm. Hanya sempat ganti baju, tapi belum sempat makan tadi," ujarnya."Apa nyonya Yudhistira tidak menyiapkan makan?" tanya Maya lagi."Sudah. Namun aku yang tidak sempat. Karena harus menemui seseorang yang ada di daerah sini," kata Jonathan.Maya sempat ada sedikit ras
Saat Jonathan dan Maya sedang menikmati makan malamnya, ternyata datang seorang perempuan ke arah mereka."Maya," teriak perempuan tesebut.Maya segera berlari ke arah perempuan tersebut. Lalu menjabat tangan dan mencium tangannya dengan khidmat. "Apa kabar Bu Robert? Sudah lama rasanya tidak bertemu dengan Ibu," ujar Maya."Kamu lagi sama siapa?" tanya Bu Robert."Itu," ujar Maya sambil menunjuk Jonathan yang duduk membelakanginya.Karena sudah saling kenal, Bu Robert mendatangi Jonathan. "Selamat malam Pak Jonathan," ujar perempuan tersebut saat di samping Jonathan."Mari gabung Ibu," ajak Jonathan."Saya udah membungkus, tapi Pak Robert juga ingin makan nasi bebek. Jadi saya beli diantar sopir. Eh kok kelihatan Maya di sini. Jadi saya sapa," ujar Bu Robert."Mari Bu, duduk sini," ajak Maya."Saya harus segara pulang karena sudah ditunggu suami dan anak-anak. Saya duluan ya," ujar Bu Robert.Setelah
"Terus, apa saran Papa?" tanya Jonathan.Laki-laki yang sudah sebagian besar rambutnya beruban itu diam sejenak. Sebelum akhirnya beberapa kalimat meluncur dari mulutnya."Datangi Tuan Santoso, ajak dia berbicara sebagai sesama laki-laki," jawab papa."Kalau tetap tidak bisa menerima?" tanya Jonathan."Dicoba dahulu," kata papanya."Baiklah Pa. Besok pagi Jo akan bikin janji untuk bertemu dengan Tuan Santoso," ujar Jonathan."Bagus. Sekarang beristirahatlah," ujar papa"Terima kasih sarannya, Pa," ujar Jonathan seraya berlalu dari ruang kerja papanya.Dia tidak lupa mampir ke dapur untuk mengambil air minum sebelum.ktmbslu ke kamarnya. Malam ini Jonathan tidur dengan nyenyak sampai pagi menjelang.Seperti rencana semalam, pagi hari di kantornya Jonathan segera menelepon Tuan Santosa. Dia ingin segera mendapatkan solusi dari masalahnya."Selamat pagi Tuan Santosa," ujar Jonathan mengawali pe
Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik
"Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama
Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.
Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug
Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud
Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi
Maya memejamkan mata. Namun pikirannya justru melayang kemana-mana. Bahkan dia tidak mandi atau mengganti pakaian kerjanya untuk beberapa saat."Akh, mungkin berendam di air hangat membuat pikiranku lebih fresh," ujar Mata sambil melangkah ke kamar mandi.Benar saja, dia berendam di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hampir satu jam. Bahkan Adel yang mencari Maya untuk diajak makan malam sempat khawatir sahabatnya itu pingsan di kamar mandi."Maya, kamu di kamar mandi kah?" tanya Adel.Tidak ada jawaban untuk beberapa saat. Barulah panggilan ketiga Maya baru menyahut."Iya, aku di dalam," jawab Maya."Syukurlah. Khawatirnya kamu pingsan lagi."Tidak lama kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih bugar. "Aku sudah pesan makanan untuk kita berdua," kata Adel."Kamu memang sahabat terbaik.""Aku pesan nasi goreng. Semoga kamu suka," kata Adel lagi."Pasti suka. Kita belum sempat makan sejak siang tadi," kata Maya."Iya, aku sendiri tidak tega meninggalkanmu m
Tidak lama setelah itu, mobil perusahaan disiapkan untuk membawa Maya ke rumah sakit. Bagaimanapun juga kejadian ini terjadi di kantor saat Maya bekerja. Sehingga dihitung sebagai kecelakaan kerja. Adel ikut mengantar Maya ke rumah sakit. Setelah ditangani di UGD lalu dibawa ke ruang perawatan. Di sana Maya baru siuman. Adel ingat saat suster meninggalkan ruangan terserah sempat berpesan, apabila pasien sadar untuk segera menghubungi perawat dengan menekan tombol yang tidak jauh dari tempat tidur Maya. Adel menekan tombol itu.Tidak beberapa lama seorang perawat datang. "Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan berbaju dan rok sebatas lutut berwarna putih itu dengan rambut diikat rapi ke belakang. Di atas rambutnya ada topi kecil. Tampak rapi."Pasien bangun Suster," kata Adel."Syukurlah. Habis ini akan ada dokter jaga yang melakukan visite ke mari. Anda bisa bertanya seputar masalah sakitnya pasien," ujar Suster tersebut kepada Adel."Apa saya tidak boleh bertanya sesuatu Suster?"
Pagi itu Maya bangun dengan malas. Dia merasakan tubuhnya kurang enak badan. Malas beraktivitas dan dada serta perutnya terasa penuh."Apa yang salah denganku?" batinnya.Namun, dia berusaha beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air hangat untuk mandi. Agar tubuhnya bisa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.Baru saja dia melepas pakaiannya untuk mandi, perutnya terasa mual. Huek huek huek.Dia menuju wastafel dan menumpahkan isi perutnya di sana. Namun karena belum makan apapun tidak ada yang keluar dari mulut Maya, selain air yang agak berwarna kuning. "Sepertinya aku masuk angin. Maklum cuaca begitu dingin di luar di bulan Juli ini," kata Maya.Usai mandi dan berganti baju, Maya berencana ke dapur. Seperti biasa, dia ingin menyiapkan sarapan pagi. Sebelum itu dia ingin membuat minuman jahe panas agar tubuhnya sedikit hangat. Baru saja dia memanaskan air dan menuang serbuk jahe instan di gelas, perutnya kembali mual. Dia kembali ingin memun