Sementara itu di rumah Nyonya Mulia. Suasana kembali sepi. Sejak Maye tidak kembali ke rumah tersebut, nyonya besar sering marah-marah tidak jelas. Yang menjadi sasaran tentunya anak dan cucunya. Jonathan dan Nyonya Mulia.
"Jo tidak habis pikir sih Ma, mengapa Oma sampai uring-uringan begitu setiap hari. Dan ini tidak baik untuk kesehatannya," ujar Jonathan kepada mamanya, Nyonya Mulia saat mereka sedang duduk menikmati sarapan paginya. Sedangkan Tuan Mulia sedang ada keperluan ke luar negeri.
"Mama juga bingung Jo, sudah berkali-kali mama carikan pengasuh baru. Namun ditolak sama Oma. Katanya tidak ada yang sebaik Maya," kata Nyonya Mulia lagi.
"Repot memang kalo sama orang tua ya,. Kita seperti i momong anak kecil lagi," kilah Jonathan.
"Iya, betul sekali. Banyak rewelnya," jawab nyonya Mulia seraya memasukkan nasi terakhir ke mulutnya.
"Coba nanti Jo ajak Oma jalan jalan. Apa maunya Oma ini. Masak sudah tiga bulan lebih belum bisa move on juga d
Diam-diam Jonathan berencana pergi ke rumah Maya di desa. Dia mengambil waktu weekend agar tidak mengganggu jadwal kerja. Selain itu agar juga lebih santai. Apalagi waktu tempuh juga agak lama."Kamu mau ke mana Jonathan?" tanya Nyonya Mulia pagi-pagi ketika melihat anak k semata wayangnya memanasi mobil sportnya."Mau ke luar kota Ma, ke rumah teman," ujar Jonathan berbohong."Hmm tidak biasanya kamu sesemangat ini pagi pagi udah bangun padahal weekend," ujar nyonya Mulia lagi.Jonathan tidak menjawab. Justru dia menuju kamar Omanya untuk berpamitan. "Hei Jo, mau kemana?" teriak nyonya Mulia merasa panggilannya tidak diindahkan."Pamitan sama oma," jawab Jonathan tanpa melihat ke arah mamanya."Hmm anak jaman now," kata mama sambil geleng geleng kepala.Sesampainya di kamar Oma, Jonathan melihat perempuan tua itu masih tertidur. Tidak tega dia untuk membangunkan. Hanya dikecup pucuk kepala Omanya yang seluruh rambutnya ud
Tok tok tokJonathan mengetuk rumah bercat hijau, seperti yang disarankan takmir masjid. Tidak beberapa lama seorang perempuan paro baya keluar dari sana. Dia mengenakan baju warna biru yang sudah lusuh."Mas mencari siapa?" tanya perempuan itu."Apa benar ini rumahnya Maya Bu?" tanya Jonathan hati-hati."Oh iya benar. Saya ibunya," jawab perempuan tersebut."Mari masuk," ajak perempuan itu mempersilahkan Jonathan untuk duduk di kursi tamu.Dengan wajah berbinar Jonathan mengikuti langkah perempuan tersebut duduk di kursi. Mereka pun berhadapan.Rumah terlihat sunyi. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Asik Maya yang sudah menikah dengan Agung mantan kekasih Maya juga lebih banyak tinggal di rumah mertuanya. Sedangkan ayah Maya sedang keluar."Maaf sama Nak siapa ya?" tanya ibu Maya, Sumirah dengan ramah."Saya Jonathan teman, Maya. Kalau Maya sekarang di mana Bu?" tanya Jonathan. Ia memperhatikan seke
"Maya, di mana aku harus mencarimu?" bisik Jonathan dalam hati.Musik Noah mengalun lembut di mobil yang dikendarainya. Suasana desa yang panas siang itu seperti mewakili hatinya. Mungkin karena melamun saat berkendara Jonathan menyerempet seorang ojek online yang parkir di pinggir jalan untuk mengechek pesanan aplikasi.Ceritanya, ojek online tersebut berhenti di pinggir jalan. Namun dari arah berlawanan muncul truk berbodi besar, sehingga Jonathan harus banting setir ke kiri untuk menghindari truk tersebut. Namun nahas bagi pengemudi ojek online tersebut yang motornya keserempet mobil Jonathan."Brug," suara motor yang jatuh ke kiri beserta pengendara yeng duduk di atasnya. Pengendara langsung jatuh terjungkal ke selokan. Sedangkan motornya tergeletak di jalan.Beruntung Jonathan berjalan dengan kecepatan pelan. Sehingga kecelakaan yang lebih parah dapat dihindari."Sial!" umpat Jonathan sambil membuka pintu mobilnya.Dia dua k
"Saya antar ke terminal untuk kembali lagi ke ibukota," jawab Adi lagi.Jawaban Adi memberikan harapan baru bagi Jonathan untuk bertemu kembali dengan Maya. Dia sudah berjanji, tidak akan jaim lagi dan akan berjuang untuk mendapatkan gadis itu. Melihat cara Maya mengurus ijazah dan KTP kemungkinan besar Maya mencari pekerjaan di sektor formal."Baik, terima kasih banyak informasinya Mas Adi. Saya harus kembali ke ibukota. Sebagai ganti rugi kecelakaan tadi saya minta nomor rekeningnya," ujar Jonathan.Setelah Adi memberikan nomor rekeningnya, Jonathan langsung mentransfer sejumlah uang kepada Adi. Betapa terkejutnya Adi saat menerima notifikasi di ponselnya jumlah uang Rp 10 juta yang dikirim Jonathan."Mas, ini terlalu banyak. Saya hanya lecet lecet saja. Dikasih obat merah tidak sampai Rp 10 ribu," ujar Adi merasa berlebihan."Tidak apa. Itu sisanya sebagai imbalanmu udah membantu Maya selama di sini," ucap Jonathan.Adi terharu. Dia sanga
Matahari pagi sudah terbit di ufuk timur. Bahkan sudah lebih tinggi dari pohon akasia yang ada di depan rumah Jonathan. Pagi itu dengan semangat 45, Jonathan pergi bekerja. Dia menuju garasi untuk menyalakan mobilnya."Tumben Jo pagi gini susah siap berangkat. Kamu ngga sarapan dulu?" tanya Nyonya Mulia kepada anaknya."Jo sarapan di kantor saja Bu. Ada hal penting yang harus segera diselesaikan," jawab Jonathan saat menuruni tangga."Ya sudah hati-hati ya. Ingat kamu udah tengah malam pulangnya. Kalau mengantuk jangan paksa untuk menyetir mobil," nasehat mama."Ya, nanti kalau mengantuk ya tidur di kantor saja Ma. Jo tidak kemana-mana kok. Hanya di kantor saja," jawab Jonathan.Mamanya hanya tersenyum. Kemudian melambaikan tangan mengiringi keberangkatan anaknya.Sesuai nasehat mama, Jo mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia baru ingat, dia perlu juga membawa mobilnya ke bengkel. Selain chek up secara keseluruhan, jug
Pedro sudah meninggalkan ruangan Jonathan. Tinggal laki-laki jangkung itu duduk sendiri di kursinya. Pikirannya kembali berselancar dengan kebersamaannya dengan Maya."Masak aku menyukai gadis itu? Ah, tidak mungkin," ujarnya sembari melihat foto foto di galerinya. Tampak foto saat dirinya mendorong kursi roda Oma, sedangkan Maya berjalan di sisinya. Setiap orang yang melihat foto itu pasti punya asumsi bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Apalagi pakaian yang mereka kenakan senada."Sebenarnya ya tidak jelek dia. Bahkan saat di-make up tidak kalah cantik dengan anak-anak para konglomerat yang aku kenal," ujar Jonathan lagi. Matanya sampai tidak berkedip memperhatikan foto Maya.Setelah melihat galery dia mencoba berselancar di dunia online. Seperti kata Pedro pacar barunya sudah terkenal seuntoro jagad. Dia mengetik keyword pacar baru Jonathan. Langsung muncul foto dan nama Maya di situ.Jonathan membaca satu persatu situs teratas yang memuat berita
Sementara itu, malam itu saat Maya hendak pulang ke kostnya seseorang memanggilnya. Saat itu dia barusan saja pulang dari perusahaannya tempat dia bekerja."Maya," teriak seorang lelaki yang tidak lain adalah Hengky. Temannya saat masih bekerja di resto. Bahkan mungkin Hengky lah diantara pegawai tersebut yang pantas disebut sebagai sahabat."Ayo ikut aku. Biar aku antar pulang," ujar Hengky seraya menunjuk ke motornya. Memberi Maya kesempatan untuk naik. Motornya berhenti tidak jauh dari tempat Maya berdiri."Biar aku jalan kaki saja Hengky," ujar Maya."Sudah, tidak usah membantah," titah Hengky.Karena Hengky memaksa, Maya pun baik di boncengen belakang. "Saya duluan ya Mbak," ujar Maya kepada temannya sesama OG yang baru dia kenal."Ya, hati-hati di jalan," ucap gadis tersebut.Setelah itu motor yang dikemudikan Hengky melaju di tengah keramaian ibukota. "Ini bukan arah jalan pulang ke kost ku Hengky," ujar Maya bermaksud me
Sementara itu di tempat lain Maya sedang sibuk membersihkan ruangan Pak Robert. Hari masih pukul 06.00. Dia sengaja membuka gorden jendela ruangan pimpinannya tersebut. Semburat sinar matahari pagi memancar menembus jendela kaca.Sambil bersenandung Maya membersihkan karpet halus yang memenuhi ruangan itu dengan vacum cleener. Setelah karpet bersih dia beralih membersihkan sofa dan kursi pimpinan. Saat dia membersihkan sofa ini dia melihat sebuah benda berkildu di sela sela sofa.'Apa ini?" ujarnya. Dia pungut benda berkilau tersebut ternyata sebuah liontin dengan manik-manik berwarna biru safir."Ini pasti benda mahal," ujar Maya. Seraya memasukkan benda temuannya tersebut di saku kanannya.Setelah urusan karpet dan sifa bersih, Maya beralih ke kamar kecil. Dia membersihkan dinding, closet hingga lantai kamar mandi. Sebelum meninggalkan ruangan Maya kembali menutup tirai jendela, mengechek pewangi ruangan serta AC. Tidak lupa menutup kembali pintun
Jonathan kecil tampak begitu bahagia. Dia membalas pelukan papanya dengan erat. "Horee, Papa sudah datang." Teriaknya histeris.Berputar putar mengelilingi toko yang mulai sepi karena hendak tutup. Sedangkan Jonathan besar tanpa menunda langsung memeluk kekasih hatinya itu. Segala rindu dia tumpahkan malam itu Sedangkan Maya awalnya sedikit malu malu dan khawatir dengan status Jonathan. Karena terakhir kali dia mendengar informasi dari satpam bahwa Jonathan sedang dalam persiapan menikah dengan gadis Eropa. "Mas, sudah. Tidak enak dilihat anak-anak. Lagian nanti ada yang cemburu lho," ujar Maya seraya mengurai pelukan Jonathan besar."Siapa yang cemburu? Apakah kamu sudah memiliki pacar?" tanya Jonathan sedikit ragu. Kalau suami, dari informasi yang dia dapatkan, Maya tidak sedang menikah dengan siapapun. Namun bisa jadi dia sedang menjalin hubungan dengan laki-laki lain untuk me jadi ayah tiri buat Jonathan yunior. Hal ini yang tidak dia pikirkan selama ini. Jonathan hanya berpik
"Tolong dikirimi list foto-fotonya ya," jawab Jonathan.Tidak beberapa lama kemudian belasan foto contoh buket bunga dikirim ke nomor Jonathan. Jonathan sendiri bingung mana yang harus dia pilih. Karena menurutnya semua bagus."Apakah semua bunga ini dirangkai sendiri oleh pemilik toko?" tanya Jonathan."Dulu begitu، namun sejak ada pegawai ibu sudah jarang ikut merangkai sendiri. Hanya bantu kalau toko ramai saja," jawab nomor tersebut."Boleh tahu nama pemilik tokonya siapa ya?" tanya Jonathan."Ibu Maya."Deg. Namun Jonathan sendiri tidak tahu nama panjang kekasihnya itu, jadi percuma juga dia menanyakan nama panjang Maya. Malah membuat penyidikannya diketahui saja."Oh ya ya, pernah sekali saya ke toko antar mama pesan bunga. Itu Bu Maya yang sudah memiliki anak laki-laki kecil itu ya?" tanya Jonathan."Anda benar sekali," jawab admin toko."Lucu dan ganteng. Sampai saya pingin mencubit pipinya," kata Jonathan."Banyak customer toko kami yang bilang begitu. Semua gemes gemes sama
Lima tahun kemudian...."Mama, mama belikan es krim itu dong," teriak seorang anak kecil berusia sekitar empat tahun di taman balau kota. "Di rumah kan sudah banyak es krim, mengapa harus beli lagi?" tanya seorang perempuan berusia sekitar 27 tahun yang merupakan ibu dari anak itu Tidak jauh dari ibu dan anak tersebut, seorang laki-laki mengamati dengan takjub. Disampingnya ada perempuan paro baya, yang merupakan ibu dari laki-laki dewasa itu."Mama kok merasa wajah anak kecil itu sangat familier ya. Tapi siapa?" tanya perempuan paro baya yang rambutnya hampir separuhnya beruban.Laki-laki dewasa disampingnya menoleh. Memandang ke arah yang ditunjuk sang mama. Deg.Dia sangat hapal dengan wajah perempuan yang menjadi mama dari bocil imut itu. "Bukankah, bukanlah itu...""Siapa Jo? Kamu mengenalnya?" tanya sang mama."Oh maaf bukan Ma, justru Jo melihat anak kecil itu mirip dengan fotoku saat kecil," ujar laki-laki dewasa yang ternyata adalah Jonathan."Hmm masak sih. Iya juga ya.
Sementara itu di Jerman, Jonathan uring-uringan. Dia mulai merasakan bahwa papanya sengaja mengirimnya ke Jerman untuk dijodohkan dengan Caroline. Bahkan Caroline sendiri tampak aktif untuk mendekati Jonathan."Ma, maksud papa ini apa sengaja menjebak saya untuk dijodohkan dengan Caroline. Jo tidak mau Ma. Jo sudah punya pacar," kata Jonathan saat menelepon mamanya. "Jo, dengarkan dulu. Tidak ada ceritanya orang tua yang ingin menjebak anaknya. Semua orang tua itu ingin memulihkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk untukmu. Apalagi kamu anak tunggal," jawab mamanya di tanah air."Ingat Ma, kalau untuk urusan kerja,oke. Tapi kalau untuk perjodohan,no way" tegas Jonathan sambil menutup panggilan telepon.Nyonya Mulia sedang sarapan pagi dengan suaminya saat Jonathan telepon. "Ada apa dengan Jonathan, Ma?" tanya Tuan Mulia."Biasa curhat," jawab Nyonya Mulia. Dia tidak ingin Jonathan akan terlalu dipaksa dalam perjodohan yang memang sudah mereka rencanakan ini.Memang Nyonya Mulia jug
Maya menyeret kopernya keluar unitnya. Dia membuka pintu dan mengunci dari luar. Sesaat dia memandang dari luar, menitikkan air mata. Tempat yang membuat dirinya sempat melambung, namun kini terhempas ke dasar lembah yang paling dalam."Selamat tinggal," bisiknya lirih.Surat pengunduran diri dan surat untuk Adel sudah dia letakkan di atas meja makan. Agar Adel dengan mudah menemukan. Setelah mengunci apartemennya, dia menuju lift dan turun ke loby. Dia menuju ke resepsionis untuk menitipkan kartu masuk unitnya di sana. Sebab, apartemen tersebut adalah fasilitas perusahaannya. Sehingga pastinya cepat atau lambat akan diminta kembali perusahaan, seiring dengan kepergian dirinya. Dengan pengunduran dirinya."Mbak nitip kartu akses ya. Mungkin nanti akan ada temanku yang mengambilnya," kata Maya.Setelah itu dia memesan taksi online yang akan membawanya ke stasiun terdekat. Maya sudah memiliki kota tujuan yang ingin dia datangi. Yakni Kota Baru Malang. Di sana merupakan kota wisata. Ud
Mobil taksi online segera meninggalkan rumah tersebut. Maya memandang sekilas rumah yang dulu pernah dia tinggali sebulan. Berharap bisa melihat Jonathan di sana. "Sekuriti tersebut tidak berbohong, pasti saat ini Jonathan sedang berbahagia menyambut hari pernikahannya bersama gadis bule," batin Maya. Dadanya terasa sesak mengingat itu. Sampai taksi yang dia tumpangi sampai di bundaran air mancur di tengah tengah perumahan itu. Posisi taman air mancur tersebut memang di tengah tengah perumahan, sehingga siapapun yang masuk ke perumahanku itu akan melewatinya. Demikian juga saat keluar nanti."Pak, boleh berhenti beberapa menit di sini,"ujar Maya masih dengan suara habis menangis.Tanpa menjawab sopir taksi tersebut menepi dan mobil benar-benar berhenti. Maya tidak keluar, tapi hanya memandang air mancur tersebut dari mobil. Kaca jendelanya dia buka. Sehingga dia bisa menghirup udara segar dibawah rerimbunan pohon yang tumbuh sepanjang jalan. Pohon trembesi. Yang terkenal mampu mengi
Maya memejamkan mata. Namun pikirannya justru melayang kemana-mana. Bahkan dia tidak mandi atau mengganti pakaian kerjanya untuk beberapa saat."Akh, mungkin berendam di air hangat membuat pikiranku lebih fresh," ujar Mata sambil melangkah ke kamar mandi.Benar saja, dia berendam di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hampir satu jam. Bahkan Adel yang mencari Maya untuk diajak makan malam sempat khawatir sahabatnya itu pingsan di kamar mandi."Maya, kamu di kamar mandi kah?" tanya Adel.Tidak ada jawaban untuk beberapa saat. Barulah panggilan ketiga Maya baru menyahut."Iya, aku di dalam," jawab Maya."Syukurlah. Khawatirnya kamu pingsan lagi."Tidak lama kemudian, Maya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih bugar. "Aku sudah pesan makanan untuk kita berdua," kata Adel."Kamu memang sahabat terbaik.""Aku pesan nasi goreng. Semoga kamu suka," kata Adel lagi."Pasti suka. Kita belum sempat makan sejak siang tadi," kata Maya."Iya, aku sendiri tidak tega meninggalkanmu m
Tidak lama setelah itu, mobil perusahaan disiapkan untuk membawa Maya ke rumah sakit. Bagaimanapun juga kejadian ini terjadi di kantor saat Maya bekerja. Sehingga dihitung sebagai kecelakaan kerja. Adel ikut mengantar Maya ke rumah sakit. Setelah ditangani di UGD lalu dibawa ke ruang perawatan. Di sana Maya baru siuman. Adel ingat saat suster meninggalkan ruangan terserah sempat berpesan, apabila pasien sadar untuk segera menghubungi perawat dengan menekan tombol yang tidak jauh dari tempat tidur Maya. Adel menekan tombol itu.Tidak beberapa lama seorang perawat datang. "Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan berbaju dan rok sebatas lutut berwarna putih itu dengan rambut diikat rapi ke belakang. Di atas rambutnya ada topi kecil. Tampak rapi."Pasien bangun Suster," kata Adel."Syukurlah. Habis ini akan ada dokter jaga yang melakukan visite ke mari. Anda bisa bertanya seputar masalah sakitnya pasien," ujar Suster tersebut kepada Adel."Apa saya tidak boleh bertanya sesuatu Suster?"
Pagi itu Maya bangun dengan malas. Dia merasakan tubuhnya kurang enak badan. Malas beraktivitas dan dada serta perutnya terasa penuh."Apa yang salah denganku?" batinnya.Namun, dia berusaha beranjak bangun dan menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air hangat untuk mandi. Agar tubuhnya bisa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.Baru saja dia melepas pakaiannya untuk mandi, perutnya terasa mual. Huek huek huek.Dia menuju wastafel dan menumpahkan isi perutnya di sana. Namun karena belum makan apapun tidak ada yang keluar dari mulut Maya, selain air yang agak berwarna kuning. "Sepertinya aku masuk angin. Maklum cuaca begitu dingin di luar di bulan Juli ini," kata Maya.Usai mandi dan berganti baju, Maya berencana ke dapur. Seperti biasa, dia ingin menyiapkan sarapan pagi. Sebelum itu dia ingin membuat minuman jahe panas agar tubuhnya sedikit hangat. Baru saja dia memanaskan air dan menuang serbuk jahe instan di gelas, perutnya kembali mual. Dia kembali ingin memun