Sosok penengah yang sejak tadi merasa bahwa keadaan semakin tak memungkinkan, langsung membuka suara karena dia memiliki tanggung jawab supaya pertemuan kali ini berjalan lancar. Pria itu seketika langsung menatap Daniel dan berkata, "Tuan Daniel, Anda pasti sudah tahu alasan mengapa diundang ke tempat ini. Saya harap, Anda bisa memberikan kesaksian yang serius dan juga jujur supaya masalah segera selesai."Setelah sosok penengah itu membuka suaranya, semua orang seketika langsung menatapnya.Daniel menganggukkan kepalanya karena dia juga tak mau membuang waktu lebih lama lagi hanya untuk mengurusi masalah seperti ini."Apakah Anda benar-benar melakukan pelecehan pada Nona Chloe?"Pertanyaan tanpa basa-basi itu seketika langsung dilontarkan pada Daniel.Daniel terdiam sejenak ketika semua orang menatapnya dengan rasa penasaran. Menyangkalnya tentu akan membuat keributan semakin besar. Tapi tentu saja dia tak mau membenarkannya karena memang tak melakukan hal keji seperti itu sama sekal
Mata Chloe memicing, dia mencoba untuk melirik ke arah asisten pribadinya supaya mendapatkan sedikit ide dan bisa menyangkal semua tuduhan Daniel.Sang asisten langsung mengerti dan menganggukkan kepalanya. Asistennya itu segera berbalik menatap Daniel dan berkata, "Tuan Daniel, Anda punya bukti? Nona Chloe tidak mungkin melakukan hal murahan seperti itu. Banyak orang yang sudah tahu, Nona Chloe telah jadi incaran puluhan pria. Tidak mungkin beliau sengaja datang untuk menggoda Anda."Daniel terdiam sejenak. Dia tahu kalau hal seperti ini akan terjadi. Tanpa basa-basi sedikitpun dia langsung mengulurkan sebuah ponsel dan mengangkat dagunya sambil berkata, "Kamu meminta bukti, kan? Di dalam ponsel itu, ada banyak bukti yang jauh lebih akurat."Kali ini, Chloe merasakan sesuatu di dalam hatinya mulai menegang. Bukti apa yang dimiliki Daniel?Tanpa diperintah, sosok penengah itu langsung memeriksa ponsel Daniel dan sekarang sebuah rekaman suara diputar. Suara itu jelas milik Chloe dan dar
"Istrimu?" Ada sesuatu yang menghantam hati Chloe. Itu adalah rasa cemburu. "Kalau kamu memang sangat mencintai istrimu … kenapa dia tidak diperlihatkan ke hadapan publik? Kenapa kamu tidak membangga-banggakannya? Jelas kamu hanya merasa malu dengan istrimu itu."Chloe memang sudah tahu mengenai pernikahan Daniel, tapi sampai saat ini istrinya itu masih belum diperlihatkan ke publik dan dia yakin ada sesuatu yang memang sengaja disembunyikan.Daniel memicingkan matanya dengan tajam dan kedua bola matanya itu terlihat merah. Tentu saja dia merasa tak terima ketika istrinya dibawa-bawa mengenai masalah ini.Namun Chloe tak merasa bersalah sama sekali dan kini justru tersenyum sinis. "Kenapa menatapku seperti itu? Pasti kamu merasa tersinggung, kan? Lagi pula memangnya ada seseorang yang sengaja mencoba untuk menutupi identitas istrinya sendiri kalau bukan karena ada sesuatu?""Aku sudah memberimu kesempatan. Tapi Sepertinya kau tak akan menggunakannya." Bersamaan dengan ucapannya, Daniel
Daniel sudah tiba di kediamannya dan pria itu segera keluar dari mobil. Dia tampak melirik ke arah mobil milik orang tuanya, tapi mengabaikannya dan terus saja melangkahkan kakinya.Setelah dia membuka pintu, seorang wanita paruh baya dengan paras yang cantik terlihat berkacak pinggang sambil memasang tatapan tajam."Dasar bocah nakal!" Martha menuding putranya itu sambil berdecak kesal. "Apa kamu tahu kehebohan yang sudah terjadi, hah?!" Akibat berita mengenai pelecehan yang dilakukan oleh Daniel, ada banyak masalah yang datang secara bertubi-tubi dan tentu saja dia sangat mengkhawatirkan Nadia karena kondisi seorang ibu hamil bisa saja menurun ketika berita buruk seperti itu menyebar hingga membuat pikirannya jadi terganggu. "Untungnya Mama ada di sini buat nenangin Nadia , coba kalau nggak ada?!" dengusnya lagi.Daniel tersenyum tipis dan segera melangkah untuk mendekati ibunya itu sambil memeluknya. "Yang penting sekarang masalahnya udah selesai, Ma."Martha menghela napas berat.
Chloe menggigiti ujung kuku jarinya dengan cemas. Dia tahu dengan jelas bahwa masalah kali ini telah tersebar ke publik dan tentu saja namanya jadi tercoreng."Sialan! Padahal bukan ini yang kuinginkan …"Dia hanya ingin memiliki Daniel dan membuat pria itu berada di dalam genggamannya supaya bisa dikendalikan. Tapi apa-apaan ini?!Ternyata semuanya salah kaprah dan rencananya itu gagal.Kepribadiannya yang cukup buruk tentu saja membuatnya tak bisa menahan amarah dan Chloe sekarang langsung memporak-porandakan ruangan pribadinya itu hingga membuat benda-benda langsung berantakan.Nafasnya memburu naik turun bersamaan dengan emosinya menggebu-gebu. Kedua bola matanya yang berwarna coklat terang itu sekarang terlihat merah karena marah. "Daniel … kamu pasti akan membayar semuanya!"Ketika sedang marah seperti itu tiba-tiba saja ponselnya berdering nyaring. Chloe melongoknya dan ternyata itu adalah telepon dari sugar daddy-nya."Sialan, dia pasti sudah tahu mengenai masalah ini," desisn
"Kenapa marah-marah terus, sih? Nanti cantiknya ilang, lho!" Duk!Nadia yang sedang melangkahkan kakinya itu seketika langsung berhenti dan berhasil membuat pria yang berjalan tepat di belakangnya langsung menabraknya."Aduh!" Alvin memegangi ujung hidungnya yang terasa berdenyut nyeri. "Lo kenapa tiba-tiba berhenti, sih? Kan jadinya gue nabrak," rutuknya.Nadia saat ini tak memiliki belas kasih sedikitpun dan justru menatap pria menyebalkan ini dengan sinis. "Kak, berapa kali lagi harus memperingatkan supaya nggak mendekat?"Nadia telah merasa bosan karena sekarang dia menjadi bahan omongan para mahasiswa. Dan sudah jelas-jelas mereka begini malah menuduhnya. Nadia tak mau hubungan menjadi canggung dan dijauhi oleh teman-temannya.Alvin mengerutkan keningnya. "Gue tadi udah belain lo di depan mahasiswa lain loh. Kok lo nggak ada terima kasihnya sama sekali?""Terimakasih?" Nadia semakin merasa kesal dengan tingkah menyebalkan Alvin. "Aku mohon, Kak. Pergilah. Sebaiknya kita berdua ng
"Al, jaga mulut lo, ya!" Luna tak bisa membendung amarahnya lagi dan segera menodongkan jari telunjuknya itu tepat ke wajah Alvin. "Dari tadi omongan lo itu udah keterlaluan, apa lo nggak sadar udah buat kita berdua sakit hati, hah?!" Napas Luna memburu naik turun bersama dengan emosinya yang menggebu-gebu. Ketika Clarissa mencoba untuk menenangkan, dia langsung menolak secara mentah-mentah. "Nggak usah nyuruh gue sabar, Sa! Percuma aja kalau kita diam, Alvin bakalan nginjek kita terus!" ketusnya.Jauh di dalam lubuk hati Clarissa, dia juga sebenarnya merasa kesal dengan semua perkataan Alvin. Tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk marah."Lun, tenang! Udah, mendingan kita pergi aja," bisiknya.Luna mendengus dingin. Dia langsung berpaling dan pergi menjauh tanpa mengatakan sepatah kata pun. Clarissa yang melihat itu pun hanya bisa menghela nafas perlahan dan kini berbalik menatap Alvin, "Gue pergi dulu."Alvin hanya memandangnya tanpa kata. Dia justru memicingkan matanya denga
Rahang Luna terasa mengetat. Ini bukan saatnya untuk saling menghormati. Dia merasa kesal. "Terserah lo mau ngomong apaan, Sa. Gue beneran udah capek. Lo mungkin bisa diem aja pas dihina sama Alvin, tapi gue nggak. Kalau lo masih kayak gini juga, sorry … mending kita nggak usah sama-sama.""Apa maksud lo?" Clarissa mengerutkan keningnya tak percaya setelah mendengar perkataan Luna. "Lo mau pertemanan kita bertiga jadi hancur?" tanyanya lagi sambil menatap ke arah sosok perempuan berambut pendek lurus sebahu itu."Bukan gue yang mau, tapi lo sendiri yang bikin persahabatan ini jadi hancur." Luna tahu kalau ini bukanlah saat yang tepat untuk mengutarakan isi hatinya. Tapi selama ini dia selalu mencoba untuk memaklumi Clarissa dan membelanya meskipun salah. Clarissa tampak tak percaya dan kini justru memandang sahabatnya itu dengan arogan. "Kenapa lo malah jadi nyalahin gue? Lo sendiri yang mau ngancurin persahabatan kita bertiga dan sekarang malah memutar balikan fakta?""Mungkin lo sam