Semoga saja tak terjadi hal buruk pada Sean ya
"Kita temui Sean dulu. Dia pasti pengen banget sama kamu. Ayo," ujarnya sambil menarik tangan Daniel dan masuk ke dalam ruangan.Sean yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit itu seketika langsung menangis ketika melihat Nadia dan Daniel."Papa ... Kak Nadia..." panggilnya dengan suara yang parau. Daniel dan Nadia segera mendekati bocah lelaki itu. Nadia dengan cepat langsung meraih tangan Sean dan berkata, "Sean, ini Kakak. Kamu udah aman disini, Sayang." Wajah gadis itu terlihat begitu sendu, merasa sangat sedih dengan kondisi Sean. "Kamu baik-baik aja, kan?"Sean menganggukan kepalanya perlahan. Dia kembali menangis karena selama ini selalu merindukan Nadia dan Daniel. Akhirnya setelah sekian lama mereka berpisah karena Monica, kini kembali bertemu dalam keadaan yang baik.Martha yang sejak tadi melihat kebersamaan itu juga mulai menitikkan air matanya karena ini pertama kalinya dia melihat cucunya sangat merindukan seseorang yang bukan berasal dari keluarga intinya. "Ikatan k
"Terimakasih karena sudah mau menerima Nadia."Saat Daniel mendengar hal itu, dia langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan meraih tangannya. Dia menatap lekat Nadia, mencoba untuk masuk ke dalam isi pikiran gadis itu agar bisa membacanya."Mulai sekarang jangan pernah berpikiran buruk lagi, Nadia. Baik aku ataupun keluargaku, menerimamu sepenuhnya tanpa ada kata 'tapi'."Ketika Daniel bicara, matanya itu menunjukkan keseriusan. Keraguan di dalam hati Nadia, semakin pudar dan kini berganti menjadi kepercayaan."Aku percaya padamu," tuturnya.*"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang, Niel?" Hendrawan menatap lekat putranya itu karena dia penasaran dengan hukuman yang akan diberikan oleh Daniel untuk Monica.Meskipun Monica adalah mantan istri Daniel, dia sudah bertindak sangat keterlaluan sampai-sampai mau melukai anaknya sendiri demi memenuhi obsesi gilanya.Hanya dengan menebaknya saja, Hendrawan merasa sudah bisa memastikan kalau putranya itu tak akan memaafkan Monica."Me
"Sean kamu harus makan dulu," bujuk Martha. Cucunya itu sejak tadi tak mau membuka mulutnya sama sekali.Alhasil sarapan masih tertata dengan rapi dan tak berkurang sama sekali.Sean menggelengkan kepalanya, dia masih saja keras kepala.Martha yang melihat itu pun hanya bisa menghela nafasnya perlahan karena dia sudah mulai merasa lelah untuk membujuk cucunya itu. Bukannya merasa marah, namun dia justru khawatir karena Sean belum mengisi perutnya sama sekali. "Sean, cuma satu sendok aja, ya? Kamu harus makan."Lagi, Sean menolak. Namun di saat yang sama, pintu ruangan terbuka dan menampakan sosok Nadia serta Daniel.Sean dan Martha seketika langsung menoleh. Mata Sean langsung berubah berbinar senang ketika melihat Nadia, dia berniat untuk bangkit tapi langsung dicegah oleh neneknya.Mau tak mau, Sean hanya bisa berada di ranjang dan memanggil Nadia. "Kak, kenapa baru kesini?"Semalam, Nadia memang pulang ke rumah karena itu adalah perintah dari Daniel dan dia tak bisa membantahnya sa
"Ada Nenek, Kakek dan Papa kamu. Mereka semua akan menjaga kamu."Nadia tahu dengan jelas Bagaimana rasa trauma karena ternyata seseorang yang seharusnya menjaganya dengan baik justru berniat untuk melukainya.Wajar bagi Sean karena dia merasa tak nyaman dan takut jika dunia luar akan berbahaya untuknya.Nadia mengelus kepala bocah lelaki itu kembali. "Kamu mau, 'kan?"Perlahan, Sean mengangguk. Setelah membujuk susah payah dibujuk, akhirnya bocah lelaki itu menurut.Namun dia kembali menatap mata dan berkata, "Tapi Sean mau disuapi sama Kak Nadia."Martha yang menyadari hal itu dengan cepat langsung menoleh ke arah calon menantunya dan tersenyum tipis sambil menyerahkan sepiring makanan milik Sean. "Ini Nadia, tolong kamu suapi Sean, ya?""Iya, Tante." Tanpa menolaknya, Nadia langsung menerima dan kini duduk tepat di samping ranjang Sean, setelah wanita paruh baya itu beranjak berdiri.Dengan cekatan, dia mulai menyuapi Sean dan berusaha mencairkan suasana dengan mengajaknya bicara me
Nadia tampak keluar dari ruangan Sean. Di dalam sana, Martha sudah menemaninya.Gadis itu tampak mengangkat wajahnya dan berbalik menatap Daniel. Namun dia tak mengatakan sepatah kata pun.Hendrawan yang bersama putranya tampak menepuk pelan pundak Daniel dan memberikan kode pada pria itu untuk mengajak bicara calon istrinya.Daniel yang memahami kode itu pun segera menganggukkan kepalanya dan beralih mendekati Nadia yang kini sudah duduk di kursi.Pria itu duduk tepat di sampingnya, dia menatapnya lekat sebelum akhirnya bicara, "Nadia," panggilnya. Ketika gadis itu menoleh, dia kembali menambahkan, "Ada yang ingin aku bicarakan."Nadia mengerutkan ke dunia tak mengerti. Tapi dia juga merasa sangat penasaran dengan hal yang ingin dikatakan oleh Daniel."Mengenai pernikahan kita--""Untuk masalah pernikahan seperti nyata etis rasanya kalau kita memikirkan hal ini sekarang," potong Nadia, ketika dia sadar hal yang ingin dikatakan oleh Daniel.Ada banyak hal yang saat ini menjadi pertimba
"Aku nggak mungkin berpikir mesum kayak gitu! Jangan menuduhku yang nggak jelas!"Nadia memalingkan wajahnya karena marah. Namun, Daniel justru tersenyum tipis.Disaat yang sama, tiba-tiba saja ada telepon yang masuk ke ponsel Daniel. Mau tak mau, pria itu harus mengangkatnya. Sedangkan Nadia masih saja memasang tatapan kesal karena diejek.Dia segera berdiri setelah meraih ponselnya itu dan meletakkannya tepat di telinga kanannya. "Halo, Dion. Ada masalah?"Dion yang berada di ujung telepon sana tampak cemas. Bagaimana tidak? Ternyata masalah belum selesai dan kini nenek sihir yang dibencinya kembali melakukan trik licik."Bos, ada masalah besar. Lihat berita dari link website yang saya kirim," ujarnya.Ting!Pesan Dion akhirnya masuk ke ponsel Daniel. Dengan cepat, dia langsung membuka isi pesan itu dan seketika matanya membulat dengan sempurna. Sebuah berita konyol telah diterbitkan dan sudah jelas pelakunya adalah Monica."Wanita ini masih saja berpikir untuk mencari celah," desis
"Bisa-bisanya dia memutar balikan fakta dan membuat berita seolah kamu sengaja memisahkan dia dengan Sean." Siapapun yang melihat berita itu pasti akan beranggapan buruk mengenai Daniel. Nadia mengepalkan tangannya dengan erat, merasa semakin kesal karena Monika tak berhenti setelah tabiat aslinya itu diketahui oleh keluarga Aditama.Daniel yang melihat kemarahan di wajah Nadia, justru tersenyum tipis. Dia menghela nafas perlahan dan langsung mengelus pelan pundak Nadia. "Kamu nggak perlu melakukan hal seperti itu karena aku yang akan menyelesaikan masalahnya sendiri.""Tetap aja kamu butuh bantuan," sela Nadia. "Ungkapkan saja semua buktinya ke publik, dengan itu kita bisa membungkam mulut orang-orang yang saat ini sedang membicarakan kamu."Daniel yang berdiri tepat di depan Nadia, bisa merasakan kemarahan yang membara di dalam hati gadis itu. "Aku memang berniat untuk melakukan itu," ujar Daniel tenang. Sorot matanya itu bagaikan sungai yang mengalir dengan lembut. "Tapi sebelum it
"Kamu sendiri juga tahu dengan siapa saat ini kita berurusan, bukan?"Monica merasa merinding ketika mendengar penuturan ayahnya. Dia tahu bahwa keputusannya itu kurang tepat untuk mencari masalah dengan Daniel. Tapi tetap saja, dia tak ingin disalahkan oleh apapun yang telah terjadi sekarang. Wanita itu melipat kedua tangannya tepat di depan dada, "Kalau dia nggak tergoda dengan gadis kampungan itu dan berniat untuk menikahinya, aku juga nggak akan melakukan hal seperti ini." Dia berbalik menatap Bagaskoro dan kembali berkata, "Ayah sudah tahu soal ini."Selama ini dia tak pernah melihat sikap putrinya yang begitu terang-terangan membenci seseorang. Ada perasaan aneh yang kini mulai muncul di dalam hati Bagaskoro. 'Dia memang darah dagingku,' batinnya.Semua orang tahu bagaimana tabiatnya. Bagaskoro memang terkenal sebagai pria yang keras, bahkan pada keluarganya sendiri.Itulah sebabnya dia tak memiliki hubungan yang dekat dengan Monica, karena sejak lama memang saling bertentangan d