Share

Terkejut

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2025-02-11 09:54:43

Gejala hamil yang kerap para calon ibu alami, juga Shania rasakan. Perempuan itu selalu mengalami masa-masa mual dan mabuk sesaat setelah sarapan pagi. Bahkan, terkadang makanan di atas piring belum habis ia santap.

Seperti di satu pagi saat ia sarapan bersama Alex, gejala morning sickness kembali Shania alami.

Dua hari lalu Alex pulang dan menginap di rumah. Setelah sebelumnya lelaki itu tak pulang, entah tidur di mana. 'Pasti bersama Maura, siapa lagi?' batin Shania merasa perih.

Tapi, Shania udah memutuskan untuk tak ambil pusing lagi atas apapun yang Alex lakukan dengan kekasihnya itu.

Sudah dua hari Shania sarapan bersama Alex, sebab suaminya itu mendadak ingin dibuatkan sarapan olehnya. Tak ada penolakan yang Shania lakukan. Selain karena senang, ia juga sudah tidak memikirkan apapun lagi selain menunggu momen pergi dari rumah.

"Mukamu terlihat pucat. Apa kamu sakit?" tanya Alex yang tiba-tiba perhatian.

Sudah sejak kemarin Alex perhatikan wajah Shania yang sembab dan layu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
nana lizt
up yg banyk donk thor....seru nie critanya gimna reasi ethan tw shania hamil
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Tebakan Tepat

    Ethan masih melongo di depan dokter. Ia masih belum bisa percaya dengan informasi yang dokter sampaikan barusan. "Apakah benar Shania hamil, Dok?" Ethan bertanya untuk lebih meyakinkan. Dokter tersenyum sembari mengangguk. "Kenapa Anda seperti tidak percaya dengan apa yang saya sampaikan?""Eh, bukan tidak percaya, Dok. Tapi, saya tidak tahu kalau karyawan saya itu sudah menikah."Tak ada sahutan dari dokter mengenai respon Ethan. Lelaki paruh baya berpakaian jas putih itu malah meminta Ethan untuk membawa Shania pulang dan beristirahat. "Pasien terlihat sangat lemah. Mungkin karena makanan yang masuk juga tidak tercerna sempurna. Gejala mabuk dan mual yang dialami, membuat pasien rentan mengalami hal seperti ini. Saran saya, berikan waktu untuk pasien istirahat. Bebaskan ia dari segala pekerjaannya. Minimal beri waktu seminggu hingga kondisinya kembali pulih."Ethan tak mungkin tidak menuruti saran dokter. Ia akan dengan senang hati memberi Shania waktu istirahat demi progress kes

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menutupi Fakta

    Mobil yang Ethan kendarai berhenti tepat di depan pagar rumah keluarga Rachel. "Ini rumahmu?" tanya Ethan tampak takjub dengan kemegahan rumah di depannya. "Bukan," jawab Shania menggeleng. "Itu rumah sahabatku."Shania tengah berbohong, sebab pada kenyataannya ia tak mau Ethan tahu di mana ia tinggal. Sudah cukup lelaki di sampingnya itu curiga akan status pernikahannya dengan Alex, jangan sampai kecurigaannya itu semakin menjadi kenyataan sebab keadaan rumah Alex yang lebih megah dari yang ada di depan mereka saat ini. "Siapa sahabatmu ini? Sepertinya bukan orang sembarangan." Ethan masih memandangi rumah berpagar tinggi berwarna hitam di depannya. "Ya, dia memang orang kaya. Papanya seorang pengusaha.""Benarkah? Siapa?""Bayu Wijaya.""Bayu Wijaya? Setahuku dia cuma punya seorang putri."Shania tersenyum. "Ya, dia sahabatku."Ethan mengangguk. "Aku tahu nama Bayu Wijaya karena waktu itu pernah magang di perusahan milik pengusaha tersebut.""Benarkah? Di bidang yang kamu geluti

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Ada yang Berbunga-bunga

    "Tapi, maaf sebelumnya, kenapa saya melihatnya lain, ya?" Tiba-tiba Rachel tersenyum jahil. "Lain kenapa?" Ethan menatap Rachel bingung. Sedikit mendekatkan kepalanya, Rachel tampak berbisik. "Apakah Anda sudah jatuh hati pada sahabat saya?"Ethan terkejut dengan pertanyaan Rachel. Ia tidak menyangka bahwa Rachel akan bertanya seperti itu padanya. Ia pun mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya."Apa maksud Anda?" tanya Ethan berusaha untuk tidak terlihat terkejut.Rachel tersenyum lagi. "Jangan berpura-pura, Pak Ethan. Saya bisa melihat dari cara Anda memandang Shania. Anda memiliki perasaan yang lebih dari sekadar atasan dan bawahan."Ethan merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan Rachel. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan."Tidak ada yang seperti itu, Mba Rachel. Saya hanya peduli pada kesehatan Shania karena mengkhawatirkan kondisinya yang sedang hamil," jawab Ethan berusaha untuk membela dirinya.Rachel mengangguk. "Baiklah, saya percaya Anda. Tapi,

    Last Updated : 2025-02-13
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencoba Berdamai

    'Jangan macam-macam. Lelaki itu mencintai Shania, sahabatmu sendiri.''Tapi, Shania mencintai Alex. Tidak apa kalau hanya sekedar mengaguminya bukan?'Rachel menggeleng, tersenyum lagi —mencoba untuk mengusir pikiran yang tidak pantas itu. "Baiklah, Pak Ethan. Saya akan mengingatnya."Ethan tertawa. "Saya senang sekali bisa berbicara dengan Anda, Mba Rachel. Anda sangat menyenangkan."Rachel merasa sedikit terkejut dengan komentar Ethan, tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya. "Sama-sama, Pak Ethan. Saya juga senang bisa berbicara dengan Anda."Ethan kemudian meminta izin untuk menutup telepon, dan Rachel mengizinkannya. Setelah menutup telepon, Rachel tidak bisa tidak memikirkan tentang Ethan dan perasaannya yang terhadap Shania. Ia berharap bahwa Ethan tidak akan terlalu terluka jika mengetahui bahwa Shania tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya.Setelah berbicara dengan Ethan melalui sambungan telepon, Rachel kemudian meminta asisten rumah tangganya menyiapkan m

    Last Updated : 2025-02-14
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berencana

    "Aku yakin Alex akan melakukannya.""Kapan? Apakah setelah tahu bahwa kamu hamil anaknya, begitu?"Shania menggeleng. "Aku tak akan memberitahunya sampai kapan pun juga.""Lantas, kapan menurutmu?"Shania menatap Rachel yang sudah terbawa emosi. Keyakinan hatinya berkata bahwa Alex akan segera menjatuhkan talak kepadanya. Rachel menghela napas, merasa frustrasi dengan keputusan Shania. "Kamu terlalu percaya diri, Shania. Alex tidak akan pernah menceraikanmu. Ia hanya menggunakanmu untuk kepentingan dirinya sendiri."Shania menggeleng, masih yakin dengan keputusannya. "Aku tidak ingin membicarakan tentang ini lagi, Rachel. Aku sudah capek dengan semua ini."Rachel mengangguk, merasa sedikit bersalah karena telah memaksa Shania untuk membicarakan tentang masalah rumah tangganya. "Baiklah, aku tidak akan membicarakan tentang ini lagi. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada di sini untuk membantumu, tidak peduli apa pun yang terjadi."Shania tersenyum, merasa berterima kasih

    Last Updated : 2025-02-14
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengingkari Janji

    Kalender di atas nakas telah Shania tandai. Ia lingkari tanggal di mana rencananya ia akan pergi meninggalkan rumah yang ia tempati sekarang. Meninggalkan Alex dan menyudahi rumah tangganya dengan lelaki yang sangat ia cintai itu. 'Satu bulan dari sekarang. Setelah tanggung jawabku selesai, aku harus pergi dari sini. Menyudahi pernikahanku dengan Alex yang memang sejak awal tidak ditakdirkan bersama.'Pagi itu Shania bertemu dengan Alex di meja makan, tapi sang suami tidak memintanya untuk membuat sarapan. Alex yang acuh melihat Shania, mengambil sepotong roti saat istrinya itu lewat dan berjalan menuju dapur. "Kau masih di sini?" tanya Alex tiba-tiba. Terdengar nada menyindir yang begitu kentara. "Apa kamu mengusirku sekarang?"Alex melirik ke arah Shania dan tersenyum sinis. "Aku tidak pernah mengusirmu. Hanya saja beberapa hari kemarin kau tidak pulang ke rumah, aku pikir kau sudah benar-benar pergi."Beberapa hari Shania memang menginap di rumah Rachel. Demi menstabilkan kondis

    Last Updated : 2025-02-17
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kecurigaan Bertambah

    Kekhawatiran yang Ethan tunjukkan, bisa Shania baca. Untuk itulah Shania berusaha bersikap santai dan mengangguk setuju ketika lelaki di depannya itu mengajak pergi ke kantor Alex. "Jam berapa kita berangkat?" tanya Shania tersenyum. "Eh, kira-kira sepuluh menit lagi. Masih ada beberapa data yang harus aku selesaikan." Ethan menatap wajah santai Shania dan itu membuatnya sedikit lebih tenang. 'Apa benar bukan Alex? Tapi, aku tidak mungkin salah. Interaksi keduanya terlihat lain setiap aku lihat,' batin Ethan masih menganggap bahwa suami Shania adalah pengusaha muda tersebut. "Baiklah. Kabari aku kalau sudah mau berangkat." Shania tersenyum menjawab. Ethan mengangguk, "Ya."Setelah itu Ethan masuk ke ruangannya, sedangkan Shania mulai memeriksa pekerjaannya yang sudah seminggu ini ia tinggalkan. "Sepuluh menit, setidaknya ada beberapa hal yang bisa aku selesaikan sebelum pergi.""Semangat, Shania?" teriak perempuan itu sembari mengangkat satu tangannya ke udara. Fiersa yang dudu

    Last Updated : 2025-02-19
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Bertemu Kembali

    Alex mungkin bisa tidak peduli dengan keberadaan Shania, begitu pun sebaliknya. Shania terlihat cuek dan santai ketika harus kembali berhadapan dengan suaminya yang pagi tadi telah berhasil membuatnya menangis. Ketika keduanya bersalaman, bahkan Alex melepaskan jabatan tangan mereka dengan cepat. Darren, asisten Alex, hanya bisa melongo melihat interaksi bos dan istri bosnya itu. Namun, lain dengan Ethan yang justru melihat situasi di depannya itu aneh. Tampak lain dan berbeda. Terlebih ketika keberadaan Maura yang kembali hadir di tengah-tengah meeting mereka siang itu, yang sempat membuatnya heran kalau saja Alex tidak memberi tahu ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh tim Maura. "Sebagai salah satu pemenang proyek, sama seperti kalian," Maura mulai berbicara setelah sebelumnya Alex menyampaikan salam, sapa dan pembukaan. "Saya hanya sedikit mau mengoreksi beberapa coretan desain dari tim kalian yang sudah tim teknisi mulai aplikasikan."Gaya Maura sudah seperti pemilik proyek

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Satu Keputusan

    Alex terjebak. Pertanyaan yang ia ajukan kepada Shania, dibalas dengan pertanyaan tentang kemunculannya ke kediaman Tita bersama sang kekasih. "Kami memang belum memutuskan untuk berpisah waktu itu. Meski aku sudah tidak pernah pergi atau bersama-sama dengannya lagi, hubungan kami belum berubah.""Tapi, apakah menurutmu itu pantas, Lex? Ya, meskipun aku tidak peduli juga." Shania menjawab cuek. "Kamu peduli," sahut Alex mendadak senang. "Tidak." Shania menggeleng, tertawa sinis. "Aku hanya merasa lucu. Entah apa yang kamu pikirkan waktu itu. Pergi mencari aku, tapi bersama wanita lain. Apakah tujuanmu sebenarnya, mau meminta maaf atau mau memaksa aku pulang?"Alex bukan tidak menyadari itu. Tapi, saat itu ia benar-benar dalam situasi yang serba salah. Ia telah mengakui kesalahannya terhadap Shania, tapi ia tidak bisa langsung memutuskan hubunganya dengan Maura tanpa ada alasan yang jelas. "Aku sadar, mau sampai kapan pun kamu dan Maura memang tidak bisa berpisah.""Aku sudah tidak

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mulai Bicara

    Shania akhirnya bisa kembali ke rumah. Rumah yang sudah hampir setahun tidak ia tinggali, kini bak istana megah yang begitu ia rindukan. Aromanya yang khas, mampu membuatnya terpukau hingga tanpa sadar air matanya menggenang di pelupuk mata. Baru ruang tamu dan keluarga yang Shania jelajahi, tapi ia seolah tak mampu lagi berjalan sebab keharuan yang dalam dadanya rasakan. Hampir sesak sebab penyesalan yang dirinya rasakan setelah pernikahan yang terjadi bersama Alex. Nina melihat keharuan pada wajah putrinya itu. Bayi yang tampak nyaman dalam gendongannya, ia berikan pada Lian untuk diambil alih. "Ibu dan ayah senang akhirnya kamu bisa kembali lagi ke rumah ini," ucap Nina setelah menghampiri anak perempuannya itu seraya memeluk bahu yang tampak bergetar. "Maafin aku ya, Bu?" Shania menatap sang ibu dalam raut wajah penuh penyesalan. "Tidak ada yang salah di sini, tidak ada juga yang harus Ibu dan ayah maafkan."Keduanya kemudian saling berpelukan. Jauh di belakang mereka, berdir

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pandangan Berbeda

    Sudah tiga hari sejak Shania dirawat, sejak itu juga ia ditemani oleh Hanum atau Nina secara bergantian. Lian dan Jimmy juga datang, tapi keduanya hanya datang di saat jam makan siang atau pulang kantor. Dua kakek itu seolah tak mau kehilangan satu hari pun demi melihat perkembangan harian si kecil.Lantas, kemana Alex yang katanya akan mengubah sikapnya demi mempertahankan biduk rumah tangganya dengan Shania? Apakah Alex berdusta sebab tak bisa melupakan sosok Maura di dalam pikiran dan jiwanya? Jawabannya tidak. Ternyata sosok lelaki itu juga setia berada di ruang perawatan VVIP di rumah sakit milik kerabat keluarga Sebastian tersebut. Alex —meski keberadaannya tak dianggap, tak pernah pulang ke rumahnya dan tetap menjaga serta menemani Shania juga bayinya. Sejak Shania melahirkan, Alex tidur, makan, dan melakukan semua kegiatannya di ruangan tersebut. Ia hanya akan pergi saat bekerja. Setelahnya ia akan kembali mengunjungi sang istri dan putranya. Namun, apakah Shania setuju? Ap

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Satu Pukulan

    "Aku yang tidak akan izinkan!" Suara bariton terdengar menggema di ruang tempat Shania dirawat. Sosok lelaki paruh baya dengan wajah sedikit bule berdiri di ambang pintu menahan amarah.Bukan hanya Alex saja yang kaget dengan kemunculan lelaki tersebut di tengah-tengah mereka. Tapi, semua orang terutama Jimmy Sebastian yang tak lain adalah mertua Shania, papanya Alex, juga merasakan perasaan yang sama. "Ayah," lirih Shania berkata. Lian Harrison. Lelaki yang tak lain adalah ayah Shania, muncul tepat di saat semua orang tengah membahas mengenai hubungan Shania dan Alex selanjutnya. Pengusaha bertubuh tegap itu berjalan menghampiri sang putri untuk kemudian memeluknya. "Selamat, Sayang. Terima kasih karena kamu sudah berjuang untuk cucu Ayah.""Terima kasih juga, Yah. Karena Ayah mau berjuang menahan emosi Ayah untuk tidak menemui Alex selama ini."Ketika nama Alex disebut, lelaki itu terhenyak kaget. Ia yang sejak tadi menunduk, tampak mendongak dan mencoba menatap sang ayah mertu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Ketegangan yang Berlanjut

    Jimmy terperangah kaget, tak percaya dengan apa yang besannya katakan barusan. "Jadi, Lian sudah tahu?" Jimmy menatap Nina dengan ekspresi panik. Terlihat sekali berbeda dari saat ia datang. "Tentu saja. Sejak Hanum memberi tahu saya tentang Shania dan segala masalahnya, saya langsung memberi tahu suami saya. Tidak ada yang saya tutupi darinya. Saya ceritakan semuanya."Jimmy tampak syok. Sejenak ia menatap Hanum yang menunduk. "Beruntunglah Anda, Pak Jimmy. Karena Shania menahan papanya untuk tidak menyambangi Anda. Padahal ia sudah bersiap dengan segala kemarahannya untuk menemui Alex, putra kesayangan Anda itu." Sekarang Nina yang marah. Wajahnya tak bisa menutupi betapa perihnya ia demi mengetahui masalah rumah tangga yang menimpa anak semata wayangnya. Sebagai seorang ibu, ia tentunya akan mendukung apapun keputusan sang putri, termasuk memintanya untuk tidak 'membunuh' Alex meski hal itu akan sangat mungkin keduanya lakukan. "Andai saya tahu masalah yang menimpa Shania, say

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Momen Menegangkan

    Ruangan dengan dominan warna putih yang menjadi pemandangan Shania saat ini, tampak sibuk dengan orang yang berlalu lalang. Mereka sibuk dengan tugas masing-masing saat mengetahui menantu dari pengusaha kaya Jimmy Sebastian itu akan melahirkan. Ya, setelah usia kandungannya menginjak bulan ke tiga puluh sembilan, kontraksi yang Shania tunggu akhirnya datang. Sejak subuh ia sudah merasakan perutnya melilit. Minim pengalaman, Shania sangat bersyukur ketika Hanum dan ibunya setia menemani. Kedua wanita hebat itu membersamai Shania dari pembukaan pertama sampai pembukaan sembilan, di mana saat ini para dokter yang dipilih oleh Hanum mulai bersiap membantu persalinan. Sebagian dari mereka mungkin khawatir akan keselematan Shania dan calon bayi yang akan segera hadir itu. Tapi, sebagai petugas medis yang berpengalaman, karir mereka rela dipertaruhkan demi sebuah gengsi karena bisa membantu kelahiran sang calon pewaris dua keluarga konglomerat itu. Shania masih menggenggam tangan sang ibu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Keinginan Meminta Maaf

    Sepanjang hari libur, Alex memang hanya berdiam diri di rumah. Tak ada kencan apalagi berlibur bersama Maura seperti yang sebelumnya ia lakukan. Waktu Alex hanya diisi dengan bekerja dan bekerja. Hari liburnya ia isi dengan tidur dan bersantai di rumah.Hal itu sudah ia lakukan sejak sebulan kepergian Shania dari kehidupannya hingga kini sudah setengah tahun lamanya. Pertemuannya dengan sang mama beberapa waktu lalu, telah mengubah sebagian prinsip dan hidup seorang Alex. Kini ia jauh lebih sehat, baik dari segi fisik ataupun mental. Jimmy dan Hanum tentu senang dengan perubahan yang terjadi pada sang putra. Karena beberapa bulan lamanya dua orang tua itu harus berjuang membantu memulihkan kondisi mental Alex yang tiba-tiba drop. Entah apa yang membuat sang putra demikian, sebab tak ada kata atau penjelasan yang terlontar selain perkataan dokter yang mengatakan jika mental Alex terganggu.Jimmy bahkan menyerah dan hampir membawa Alex ke rumah sakit jiwa. Tapi, tidak dengan Hanum. Tak

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kekhawatiran Maura

    Maura menatap kesal pada sosok Alex yang sejak tadi mengabaikannya dan hanya terpaku pada ponsel di tangannya. "Lex? Apa kamu tidak mendengarku?" tanya wanita itu masih dengan nada setenang mungkin. Padahal hatinya sudah sangat kesal sebab sikap Alex yang semakin hari menyebalkan. Tapi, tetap saja Alex tak bereaksi. Sudah lebih dari setengah tahun sejak Alex memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama Maura, lelaki itu memilih untuk tinggal sendirian di rumahnya. Meski status mereka masih pacaran, tapi Alex sudah tidak terlalu mempedulikannya. Maura curiga kalau Alex tengah mencari keberadaan Shania. Wanita yang masih berstatus istri, tapi pergi karena hubungan perselingkuhan mereka. "Lex, lusa aku ada kerjaan ke luar negeri. Kamu mau ikut enggak?" tanya Maura kembali menanyakan hal yang sama.Lagi-lagi Alex diam dengan pandangannya yang melihat layar ponsel di tangannya. "Lex!" Kali ini Maura menaikkan volumenya. Ia sepertinya sudah tak tahan dengan sikap Alex yang tak lagi perh

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kembali Mengingatnya

    Shania terlihat santai saat menikmati sarapan pagi ditemani kecipak ikan dalam kolam. Duduk di balkon taman yang berhadapan dengan kolam ikan, sungguh suasana syahdu dengan udara pagi yang sangat sejuk, yang membuat jiwa dan pikiran Shania sehat. Kehamilan Shania sekarang yang sudah besar, sudah tidak lagi membuatnya mabuk. Tapi, membawa bayi di dalam perut, berjalan ke sana ke sini dengan perut besar, sungguh menjadi pekerjaan baru baginya. Meskipun begitu, Shania melakukannya dengan perasaan bahagia. Kesehatannya yang jauh lebih baik itu, tentu saja tak lepas karena campur tangan seseorang. Saat Shania selesai dengan roti dan makanan pendamping lainnya, indra pendengarannya menangkap suara mesin mobil masuk ke area garasi. Tak berapa lama, sosok wanita yang selama ini selalu ada membersamainya, muncul dengan wajah yang ceria dan bahagia. "Hai, Sayang. Sudah sarapan?" Hanum, mamanya Alex mencium dan memeluk sang menantu. "Sudah, Mah. Baru saja." Shania tersenyum saat membalas p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status