Home / Romansa / Pengantin yang Tak Diinginkan / Berita Tak Diharapkan

Share

Berita Tak Diharapkan

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2025-02-10 19:08:53

Rachel mengejar Shania, meninggalkan papa dan mamanya yang menatap pilu. Dua orang tua itu sepertinya tahu apa yang terjadi, yang membuat putri mereka memikirkan yang tidak-tidak.

Melihat kondisi Shania yang terlihat tak baik, Rachel akhirnya mengajak sahabatnya itu ke kamar.

"Apa Alex sudah melakukan itu padamu?" tanya Rachel kepada Shania di kamarnya.

"Melakukan apa?" tanya Shania tak mengerti akan pertanyaan Rachel.

"Jangan pura-pura bodoh, Shania! Apa Alex sudah mengambil kesucianmu?"

"Alex suamiku, Chel."

"Damn! Jadi, walau dia tidak menyukaimu, dia tetap meminta haknya sebagai suami, begitu?"

Suasana kamar mendadak menegang. Aura kedua sahabat itu terasa memanas setelah Shania muntah untuk kedua kalinya.

"Dia mabuk malam itu." Shania menjawab santai.

"What! Apa lagi ini?" Rachel tampak histeris. "Are you crazy, Shania? Dia mabuk dan mengambil mahkota-mu, tapi kamu masih bisa bersikap sesantai ini?" tanya Rachel dengan ekspresi tak percaya.

Shania hanya menatap sekilas sah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anugrah
terlalu lama up nya.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Terkejut

    Gejala hamil yang kerap para calon ibu alami, juga Shania rasakan. Perempuan itu selalu mengalami masa-masa mual dan mabuk sesaat setelah sarapan pagi. Bahkan, terkadang makanan di atas piring belum habis ia santap. Seperti di satu pagi saat ia sarapan bersama Alex, gejala morning sickness kembali Shania alami. Dua hari lalu Alex pulang dan menginap di rumah. Setelah sebelumnya lelaki itu tak pulang, entah tidur di mana. 'Pasti bersama Maura, siapa lagi?' batin Shania merasa perih.Tapi, Shania udah memutuskan untuk tak ambil pusing lagi atas apapun yang Alex lakukan dengan kekasihnya itu. Sudah dua hari Shania sarapan bersama Alex, sebab suaminya itu mendadak ingin dibuatkan sarapan olehnya. Tak ada penolakan yang Shania lakukan. Selain karena senang, ia juga sudah tidak memikirkan apapun lagi selain menunggu momen pergi dari rumah. "Mukamu terlihat pucat. Apa kamu sakit?" tanya Alex yang tiba-tiba perhatian. Sudah sejak kemarin Alex perhatikan wajah Shania yang sembab dan layu.

    Last Updated : 2025-02-11
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Tebakan Tepat

    Ethan masih melongo di depan dokter. Ia masih belum bisa percaya dengan informasi yang dokter sampaikan barusan. "Apakah benar Shania hamil, Dok?" Ethan bertanya untuk lebih meyakinkan. Dokter tersenyum sembari mengangguk. "Kenapa Anda seperti tidak percaya dengan apa yang saya sampaikan?""Eh, bukan tidak percaya, Dok. Tapi, saya tidak tahu kalau karyawan saya itu sudah menikah."Tak ada sahutan dari dokter mengenai respon Ethan. Lelaki paruh baya berpakaian jas putih itu malah meminta Ethan untuk membawa Shania pulang dan beristirahat. "Pasien terlihat sangat lemah. Mungkin karena makanan yang masuk juga tidak tercerna sempurna. Gejala mabuk dan mual yang dialami, membuat pasien rentan mengalami hal seperti ini. Saran saya, berikan waktu untuk pasien istirahat. Bebaskan ia dari segala pekerjaannya. Minimal beri waktu seminggu hingga kondisinya kembali pulih."Ethan tak mungkin tidak menuruti saran dokter. Ia akan dengan senang hati memberi Shania waktu istirahat demi progress kes

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menutupi Fakta

    Mobil yang Ethan kendarai berhenti tepat di depan pagar rumah keluarga Rachel. "Ini rumahmu?" tanya Ethan tampak takjub dengan kemegahan rumah di depannya. "Bukan," jawab Shania menggeleng. "Itu rumah sahabatku."Shania tengah berbohong, sebab pada kenyataannya ia tak mau Ethan tahu di mana ia tinggal. Sudah cukup lelaki di sampingnya itu curiga akan status pernikahannya dengan Alex, jangan sampai kecurigaannya itu semakin menjadi kenyataan sebab keadaan rumah Alex yang lebih megah dari yang ada di depan mereka saat ini. "Siapa sahabatmu ini? Sepertinya bukan orang sembarangan." Ethan masih memandangi rumah berpagar tinggi berwarna hitam di depannya. "Ya, dia memang orang kaya. Papanya seorang pengusaha.""Benarkah? Siapa?""Bayu Wijaya.""Bayu Wijaya? Setahuku dia cuma punya seorang putri."Shania tersenyum. "Ya, dia sahabatku."Ethan mengangguk. "Aku tahu nama Bayu Wijaya karena waktu itu pernah magang di perusahan milik pengusaha tersebut.""Benarkah? Di bidang yang kamu geluti

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Ada yang Berbunga-bunga

    "Tapi, maaf sebelumnya, kenapa saya melihatnya lain, ya?" Tiba-tiba Rachel tersenyum jahil. "Lain kenapa?" Ethan menatap Rachel bingung. Sedikit mendekatkan kepalanya, Rachel tampak berbisik. "Apakah Anda sudah jatuh hati pada sahabat saya?"Ethan terkejut dengan pertanyaan Rachel. Ia tidak menyangka bahwa Rachel akan bertanya seperti itu padanya. Ia pun mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya."Apa maksud Anda?" tanya Ethan berusaha untuk tidak terlihat terkejut.Rachel tersenyum lagi. "Jangan berpura-pura, Pak Ethan. Saya bisa melihat dari cara Anda memandang Shania. Anda memiliki perasaan yang lebih dari sekadar atasan dan bawahan."Ethan merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan Rachel. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan."Tidak ada yang seperti itu, Mba Rachel. Saya hanya peduli pada kesehatan Shania karena mengkhawatirkan kondisinya yang sedang hamil," jawab Ethan berusaha untuk membela dirinya.Rachel mengangguk. "Baiklah, saya percaya Anda. Tapi,

    Last Updated : 2025-02-13
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencoba Berdamai

    'Jangan macam-macam. Lelaki itu mencintai Shania, sahabatmu sendiri.''Tapi, Shania mencintai Alex. Tidak apa kalau hanya sekedar mengaguminya bukan?'Rachel menggeleng, tersenyum lagi —mencoba untuk mengusir pikiran yang tidak pantas itu. "Baiklah, Pak Ethan. Saya akan mengingatnya."Ethan tertawa. "Saya senang sekali bisa berbicara dengan Anda, Mba Rachel. Anda sangat menyenangkan."Rachel merasa sedikit terkejut dengan komentar Ethan, tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya. "Sama-sama, Pak Ethan. Saya juga senang bisa berbicara dengan Anda."Ethan kemudian meminta izin untuk menutup telepon, dan Rachel mengizinkannya. Setelah menutup telepon, Rachel tidak bisa tidak memikirkan tentang Ethan dan perasaannya yang terhadap Shania. Ia berharap bahwa Ethan tidak akan terlalu terluka jika mengetahui bahwa Shania tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya.Setelah berbicara dengan Ethan melalui sambungan telepon, Rachel kemudian meminta asisten rumah tangganya menyiapkan m

    Last Updated : 2025-02-14
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berencana

    "Aku yakin Alex akan melakukannya.""Kapan? Apakah setelah tahu bahwa kamu hamil anaknya, begitu?"Shania menggeleng. "Aku tak akan memberitahunya sampai kapan pun juga.""Lantas, kapan menurutmu?"Shania menatap Rachel yang sudah terbawa emosi. Keyakinan hatinya berkata bahwa Alex akan segera menjatuhkan talak kepadanya. Rachel menghela napas, merasa frustrasi dengan keputusan Shania. "Kamu terlalu percaya diri, Shania. Alex tidak akan pernah menceraikanmu. Ia hanya menggunakanmu untuk kepentingan dirinya sendiri."Shania menggeleng, masih yakin dengan keputusannya. "Aku tidak ingin membicarakan tentang ini lagi, Rachel. Aku sudah capek dengan semua ini."Rachel mengangguk, merasa sedikit bersalah karena telah memaksa Shania untuk membicarakan tentang masalah rumah tangganya. "Baiklah, aku tidak akan membicarakan tentang ini lagi. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada di sini untuk membantumu, tidak peduli apa pun yang terjadi."Shania tersenyum, merasa berterima kasih

    Last Updated : 2025-02-14
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengingkari Janji

    Kalender di atas nakas telah Shania tandai. Ia lingkari tanggal di mana rencananya ia akan pergi meninggalkan rumah yang ia tempati sekarang. Meninggalkan Alex dan menyudahi rumah tangganya dengan lelaki yang sangat ia cintai itu. 'Satu bulan dari sekarang. Setelah tanggung jawabku selesai, aku harus pergi dari sini. Menyudahi pernikahanku dengan Alex yang memang sejak awal tidak ditakdirkan bersama.'Pagi itu Shania bertemu dengan Alex di meja makan, tapi sang suami tidak memintanya untuk membuat sarapan. Alex yang acuh melihat Shania, mengambil sepotong roti saat istrinya itu lewat dan berjalan menuju dapur. "Kau masih di sini?" tanya Alex tiba-tiba. Terdengar nada menyindir yang begitu kentara. "Apa kamu mengusirku sekarang?"Alex melirik ke arah Shania dan tersenyum sinis. "Aku tidak pernah mengusirmu. Hanya saja beberapa hari kemarin kau tidak pulang ke rumah, aku pikir kau sudah benar-benar pergi."Beberapa hari Shania memang menginap di rumah Rachel. Demi menstabilkan kondis

    Last Updated : 2025-02-17
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kecurigaan Bertambah

    Kekhawatiran yang Ethan tunjukkan, bisa Shania baca. Untuk itulah Shania berusaha bersikap santai dan mengangguk setuju ketika lelaki di depannya itu mengajak pergi ke kantor Alex. "Jam berapa kita berangkat?" tanya Shania tersenyum. "Eh, kira-kira sepuluh menit lagi. Masih ada beberapa data yang harus aku selesaikan." Ethan menatap wajah santai Shania dan itu membuatnya sedikit lebih tenang. 'Apa benar bukan Alex? Tapi, aku tidak mungkin salah. Interaksi keduanya terlihat lain setiap aku lihat,' batin Ethan masih menganggap bahwa suami Shania adalah pengusaha muda tersebut. "Baiklah. Kabari aku kalau sudah mau berangkat." Shania tersenyum menjawab. Ethan mengangguk, "Ya."Setelah itu Ethan masuk ke ruangannya, sedangkan Shania mulai memeriksa pekerjaannya yang sudah seminggu ini ia tinggalkan. "Sepuluh menit, setidaknya ada beberapa hal yang bisa aku selesaikan sebelum pergi.""Semangat, Shania?" teriak perempuan itu sembari mengangkat satu tangannya ke udara. Fiersa yang dudu

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mendapat Jawaban

    Sore itu Ethan pergi mengunjungi kedua orang tuanya. Sudah sebulan terakhir ia tidak datang berkunjung sebab pekerjaan yang begitu menyita waktunya sampai-sampai untuk bersalam sapa dengan orang-orang tersayangnya itu ia tidak mampu. Seorang gadis berusia remaja adalah sosok yang membukakan pintu untuknya. Tampak cantik dengan seragam SMA-nya dengan rambut panjang dikuncir kuda. "Wah, ada angin apa nih datang ke sini?" tanya remaja itu yang tak lain adalah Bella, adik Ethan. Ethan tidak menjawab, ia hanya mengucek rambut adiknya sebagai respon atas sindiran yang dilontarkan. "Ih! Berantakan tahu, Kak!" seru Bella kesal. Tak suka rambutnya yang baru saja dirapikan, harus kembali acak-acakan sebab ulah jahil kakaknya tersebut. "Ayah udah pulang?" tanya Ethan yang mendapat anggukan dari sang adik. "Baru atau dari tadi?" tanya Ethan lagi. Namun, bukannya mendapat jawaban, Ethan malah mendapat tatapan sinis dari Bella melalui ekor matanya. "Sebulan enggak ke sini, jangan sampai lupa

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sore Kelabu

    Kamar tamu mendadak terasa mencekam bagi Shania saat melihat seringai di bibir Alex. Ia yang sempat terbaring, mencoba bangun demi melihat gerakan lelaki di depannya itu. "Jangan macam-macam, Lex!" seru Shania khawatir akan aksi Alex yang akan menyakitinya. "Tidak ada yang akan macam-macam. Apa yang akan aku lakukan, memang seharusnya aku lakukan. Sebagai seorang suami, aku berhak melakukannya padamu."Kalimat Alex semakin menjurus. Terlebih saat ikat pinggang dengan brand ternama yang dikenakan di celananya, dilepaskan dan dilemparkan begitu saja ke sembarang arah. "Mungkin aku harus meminta maaf karena sudah membiarkan kamu hingga akhirnya berlaku kurang ajar, yakni menjalin hubungan dengan lelaki lain yang tidak sepantasnya kamu lakukan." Alex mulai berorasi. "Mungkin aku akan merutinkan kegiatan kita sebagai pasangan suami istri, supaya kamu tidak berlaku sembarangan lagi seperti sebelumnya," lanjutnya membuat Shania dilanda ngeri. Shania menggeleng, takut. "Tidak perlu. Kita

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Konfrontasi Alex

    "Rupanya sudah ada penggantiku? Cepat sekali berpindah ke lain hati." Suara sinis dari Alex tiba-tiba Shania dengar saat ia sedang membaca buku di taman belakang rumah. Shania menoleh, menatap wajah Alex yang kesal. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti apa yang suaminya katakan. Alex berdiri di ambang pintu yang menghubungkan dapur bersih dengan area taman. Penampilannya masih sama seperti saat Shania bertemu dengan lelaki itu di kantor siang tadi. Jas hitam yang membalut kemeja biru muda, dengan aroma parfum yang Shania tahu bukan milik Alex. 'Tentu saja parfum milik wanita itu. Secara mereka berinteraksi sangat dekat. Tidak mungkin kalau tetesan parfumnya tidak menempel padanya.' Shania membatin dalam hati. Mau kesal, tapi itu sudah hal yang sangat biasa semenjak ia tahu jika kekasih suaminya itu telah kembali. "Jadi, kamu berkoar-koar ingin menyudahi pernikahan ini karena lelaki itu?"Shania menautkan kedua alisnya. "Berkoar-koar? Lelaki?""Ya. Kamu sejak awal ingin menyudahi

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Bertemu Kembali

    Alex mungkin bisa tidak peduli dengan keberadaan Shania, begitu pun sebaliknya. Shania terlihat cuek dan santai ketika harus kembali berhadapan dengan suaminya yang pagi tadi telah berhasil membuatnya menangis. Ketika keduanya bersalaman, bahkan Alex melepaskan jabatan tangan mereka dengan cepat. Darren, asisten Alex, hanya bisa melongo melihat interaksi bos dan istri bosnya itu. Namun, lain dengan Ethan yang justru melihat situasi di depannya itu aneh. Tampak lain dan berbeda. Terlebih ketika keberadaan Maura yang kembali hadir di tengah-tengah meeting mereka siang itu, yang sempat membuatnya heran kalau saja Alex tidak memberi tahu ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh tim Maura. "Sebagai salah satu pemenang proyek, sama seperti kalian," Maura mulai berbicara setelah sebelumnya Alex menyampaikan salam, sapa dan pembukaan. "Saya hanya sedikit mau mengoreksi beberapa coretan desain dari tim kalian yang sudah tim teknisi mulai aplikasikan."Gaya Maura sudah seperti pemilik proyek

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kecurigaan Bertambah

    Kekhawatiran yang Ethan tunjukkan, bisa Shania baca. Untuk itulah Shania berusaha bersikap santai dan mengangguk setuju ketika lelaki di depannya itu mengajak pergi ke kantor Alex. "Jam berapa kita berangkat?" tanya Shania tersenyum. "Eh, kira-kira sepuluh menit lagi. Masih ada beberapa data yang harus aku selesaikan." Ethan menatap wajah santai Shania dan itu membuatnya sedikit lebih tenang. 'Apa benar bukan Alex? Tapi, aku tidak mungkin salah. Interaksi keduanya terlihat lain setiap aku lihat,' batin Ethan masih menganggap bahwa suami Shania adalah pengusaha muda tersebut. "Baiklah. Kabari aku kalau sudah mau berangkat." Shania tersenyum menjawab. Ethan mengangguk, "Ya."Setelah itu Ethan masuk ke ruangannya, sedangkan Shania mulai memeriksa pekerjaannya yang sudah seminggu ini ia tinggalkan. "Sepuluh menit, setidaknya ada beberapa hal yang bisa aku selesaikan sebelum pergi.""Semangat, Shania?" teriak perempuan itu sembari mengangkat satu tangannya ke udara. Fiersa yang dudu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengingkari Janji

    Kalender di atas nakas telah Shania tandai. Ia lingkari tanggal di mana rencananya ia akan pergi meninggalkan rumah yang ia tempati sekarang. Meninggalkan Alex dan menyudahi rumah tangganya dengan lelaki yang sangat ia cintai itu. 'Satu bulan dari sekarang. Setelah tanggung jawabku selesai, aku harus pergi dari sini. Menyudahi pernikahanku dengan Alex yang memang sejak awal tidak ditakdirkan bersama.'Pagi itu Shania bertemu dengan Alex di meja makan, tapi sang suami tidak memintanya untuk membuat sarapan. Alex yang acuh melihat Shania, mengambil sepotong roti saat istrinya itu lewat dan berjalan menuju dapur. "Kau masih di sini?" tanya Alex tiba-tiba. Terdengar nada menyindir yang begitu kentara. "Apa kamu mengusirku sekarang?"Alex melirik ke arah Shania dan tersenyum sinis. "Aku tidak pernah mengusirmu. Hanya saja beberapa hari kemarin kau tidak pulang ke rumah, aku pikir kau sudah benar-benar pergi."Beberapa hari Shania memang menginap di rumah Rachel. Demi menstabilkan kondis

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berencana

    "Aku yakin Alex akan melakukannya.""Kapan? Apakah setelah tahu bahwa kamu hamil anaknya, begitu?"Shania menggeleng. "Aku tak akan memberitahunya sampai kapan pun juga.""Lantas, kapan menurutmu?"Shania menatap Rachel yang sudah terbawa emosi. Keyakinan hatinya berkata bahwa Alex akan segera menjatuhkan talak kepadanya. Rachel menghela napas, merasa frustrasi dengan keputusan Shania. "Kamu terlalu percaya diri, Shania. Alex tidak akan pernah menceraikanmu. Ia hanya menggunakanmu untuk kepentingan dirinya sendiri."Shania menggeleng, masih yakin dengan keputusannya. "Aku tidak ingin membicarakan tentang ini lagi, Rachel. Aku sudah capek dengan semua ini."Rachel mengangguk, merasa sedikit bersalah karena telah memaksa Shania untuk membicarakan tentang masalah rumah tangganya. "Baiklah, aku tidak akan membicarakan tentang ini lagi. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada di sini untuk membantumu, tidak peduli apa pun yang terjadi."Shania tersenyum, merasa berterima kasih

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencoba Berdamai

    'Jangan macam-macam. Lelaki itu mencintai Shania, sahabatmu sendiri.''Tapi, Shania mencintai Alex. Tidak apa kalau hanya sekedar mengaguminya bukan?'Rachel menggeleng, tersenyum lagi —mencoba untuk mengusir pikiran yang tidak pantas itu. "Baiklah, Pak Ethan. Saya akan mengingatnya."Ethan tertawa. "Saya senang sekali bisa berbicara dengan Anda, Mba Rachel. Anda sangat menyenangkan."Rachel merasa sedikit terkejut dengan komentar Ethan, tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya. "Sama-sama, Pak Ethan. Saya juga senang bisa berbicara dengan Anda."Ethan kemudian meminta izin untuk menutup telepon, dan Rachel mengizinkannya. Setelah menutup telepon, Rachel tidak bisa tidak memikirkan tentang Ethan dan perasaannya yang terhadap Shania. Ia berharap bahwa Ethan tidak akan terlalu terluka jika mengetahui bahwa Shania tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya.Setelah berbicara dengan Ethan melalui sambungan telepon, Rachel kemudian meminta asisten rumah tangganya menyiapkan m

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Ada yang Berbunga-bunga

    "Tapi, maaf sebelumnya, kenapa saya melihatnya lain, ya?" Tiba-tiba Rachel tersenyum jahil. "Lain kenapa?" Ethan menatap Rachel bingung. Sedikit mendekatkan kepalanya, Rachel tampak berbisik. "Apakah Anda sudah jatuh hati pada sahabat saya?"Ethan terkejut dengan pertanyaan Rachel. Ia tidak menyangka bahwa Rachel akan bertanya seperti itu padanya. Ia pun mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya."Apa maksud Anda?" tanya Ethan berusaha untuk tidak terlihat terkejut.Rachel tersenyum lagi. "Jangan berpura-pura, Pak Ethan. Saya bisa melihat dari cara Anda memandang Shania. Anda memiliki perasaan yang lebih dari sekadar atasan dan bawahan."Ethan merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan Rachel. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan."Tidak ada yang seperti itu, Mba Rachel. Saya hanya peduli pada kesehatan Shania karena mengkhawatirkan kondisinya yang sedang hamil," jawab Ethan berusaha untuk membela dirinya.Rachel mengangguk. "Baiklah, saya percaya Anda. Tapi,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status