Share

Konfrontasi Alex

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2025-02-20 22:17:13

"Rupanya sudah ada penggantiku? Cepat sekali berpindah ke lain hati." Suara sinis dari Alex tiba-tiba Shania dengar saat ia sedang membaca buku di taman belakang rumah.

Shania menoleh, menatap wajah Alex yang kesal. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti apa yang suaminya katakan.

Alex berdiri di ambang pintu yang menghubungkan dapur bersih dengan area taman. Penampilannya masih sama seperti saat Shania bertemu dengan lelaki itu di kantor siang tadi. Jas hitam yang membalut kemeja biru muda, dengan aroma parfum yang Shania tahu bukan milik Alex.

'Tentu saja parfum milik wanita itu. Secara mereka berinteraksi sangat dekat. Tidak mungkin kalau tetesan parfumnya tidak menempel padanya.' Shania membatin dalam hati. Mau kesal, tapi itu sudah hal yang sangat biasa semenjak ia tahu jika kekasih suaminya itu telah kembali.

"Jadi, kamu berkoar-koar ingin menyudahi pernikahan ini karena lelaki itu?"

Shania menautkan kedua alisnya. "Berkoar-koar? Lelaki?"

"Ya. Kamu sejak awal ingin menyudahi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ummu Hana
cerita seperti ini sdah bnyk sekali di novel heran jg ya perempuan klau laki-laki nya gk mau kenapa msih brtahan satu rumah dg alasan anaklh ortulh atau pekerjaan kyk gk pnya harga diri gitu maksain tinggal pdhal dh dihina direndahin...
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
terus... keguguran baru deh nyesel".....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sore Kelabu

    Kamar tamu mendadak terasa mencekam bagi Shania saat melihat seringai di bibir Alex. Ia yang sempat terbaring, mencoba bangun demi melihat gerakan lelaki di depannya itu. "Jangan macam-macam, Lex!" seru Shania khawatir akan aksi Alex yang akan menyakitinya. "Tidak ada yang akan macam-macam. Apa yang akan aku lakukan, memang seharusnya aku lakukan. Sebagai seorang suami, aku berhak melakukannya padamu."Kalimat Alex semakin menjurus. Terlebih saat ikat pinggang dengan brand ternama yang dikenakan di celananya, dilepaskan dan dilemparkan begitu saja ke sembarang arah. "Mungkin aku harus meminta maaf karena sudah membiarkan kamu hingga akhirnya berlaku kurang ajar, yakni menjalin hubungan dengan lelaki lain yang tidak sepantasnya kamu lakukan." Alex mulai berorasi. "Mungkin aku akan merutinkan kegiatan kita sebagai pasangan suami istri, supaya kamu tidak berlaku sembarangan lagi seperti sebelumnya," lanjutnya membuat Shania dilanda ngeri. Shania menggeleng, takut. "Tidak perlu. Kita

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mendapat Jawaban

    Sore itu Ethan pergi mengunjungi kedua orang tuanya. Sudah sebulan terakhir ia tidak datang berkunjung sebab pekerjaan yang begitu menyita waktunya sampai-sampai untuk bersalam sapa dengan orang-orang tersayangnya itu ia tidak mampu. Seorang gadis berusia remaja adalah sosok yang membukakan pintu untuknya. Tampak cantik dengan seragam SMA-nya dengan rambut panjang dikuncir kuda. "Wah, ada angin apa nih datang ke sini?" tanya remaja itu yang tak lain adalah Bella, adik Ethan. Ethan tidak menjawab, ia hanya mengucek rambut adiknya sebagai respon atas sindiran yang dilontarkan. "Ih! Berantakan tahu, Kak!" seru Bella kesal. Tak suka rambutnya yang baru saja dirapikan, harus kembali acak-acakan sebab ulah jahil kakaknya tersebut. "Ayah udah pulang?" tanya Ethan yang mendapat anggukan dari sang adik. "Baru atau dari tadi?" tanya Ethan lagi. Namun, bukannya mendapat jawaban, Ethan malah mendapat tatapan sinis dari Bella melalui ekor matanya. "Sebulan enggak ke sini, jangan sampai lupa

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kesal dan Terusik

    Alex masuk ke sebuah klub malam di mana Maura mengajaknya bertemu. Di sebuah bangku yang posisinya sedikit ke pojok, Maura duduk bersama sepasang kekasih yang sedang memadu cinta. Pemandangan tersebut membuat Alex memalingkan mukanya jengah. "Alex! Di sini?" seru Maura tersenyum sembari melambaikan tangannya. Alex berjalan pelan menuju sang kekasih. Beberapa meja yang ia lewati juga menunjukkan pemandangan yang sama di mana para pasangan tua atau pun muda yang beraksi tak mengenal malu. Mereka berciuman dengan tangan yang tidak tinggal diam diiringi musik dari disc jockey yang memainkan lagu di atas stage. "Hai, Lex! Apa kabar?" sapa seorang pria yang duduk di dekat Maura, yang saat itu sedang memangku kekasihnya dalam posisi yang sangat intim. "Hem, baik." Alex menjawab pertanyaan yang kawan Maura lontarkan. Sikapnya terlihat malas dan tak semangat. "Lama banget, Lex. Lagi pacaran, ya, sama istri kamu?" tanya Maura terdengar meledek. Tawa tersungging di bibirnya. Bahkan pasangan

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Masih Berlanjut

    Shania berjalan masuk ke kamarnya dalam kondisi rumah yang sudah gelap. Pelayan sudah mematikan lampu meski jam baru menunjukkan angka sembilan malam. Alhasil, ia harus berjalan dari ruang depan sampai naik tangga menuju kamarnya di lantai dua. Setibanya di kamar, Shania tidak langsung menyalakan lampu kamar. Ia hanya menekan lampu tidur yang ada di atas nakas. "Dari mana kamu?" Tiba-tiba terdengar suara seorang lelaki saat Shania hendak melepas pakaiannya. "A-Alex!" seru Shania, yang mengenal suara suaminya itu. Ia begitu terkejut karena lelaki itu ada di kamarnya. Sontak ia kembali mengenakan pakaiannya kembali. "Sedang apa kamu di sini?" tanya Shania kemudian menyalakan lampu kamar. Sosok lelaki yang begitu ia cintai itu tengah duduk di pojok ruangan, menatap tajam padanya di atas sofa tunggal berwarna silver yang kerap Shania duduki bila sedang santai membaca buku. Alex, dalam balutan piyama berwarna biru dongker, menatap Shania. Kaki yang disilangkan, saling menopang satu d

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Bersikap Lucu

    Shania tertawa. Ia kemudian berbalik dan meninggalkan Alex. Tapi, suaminya malah menahan dan mencengkeram tangannya begitu kuat. "Kamu ini kenapa sih?" tanya Shania menatap kesal sang suami. "Jangan bersikap kurang ajar. Bila aku sedang bicara, jangan pernah berani untuk menghindar apalagi pergi."Shania melepas cengkeraman Alex dengan mengibaskan tangannya kuat. "Kamu ini sepertinya benar-benar sudah mabuk. Setelah kamu berkata ingin kembali pada Maura dan membolehkan aku pergi pulang ke rumah orang tuaku, hari ini untuk kedua kalinya kamu menodaiku. Kamu melukai hatiku juga mengkhianati hubunganmu dengan Maura. Dan sekarang, tiba-tiba sekali kamu membutuhkan validasi bahwa kita adalah pasangan suami istri. Sebetulnya ada apa dengan dirimu ini?" tanya Shania menggeram kesal. Alex terdiam. Kata-kata yang terlontar dari mulut Shania membuatnya berpikir bahwa hari ini memang telah terjadi sesuatu pada dirinya. "Memang apa yang salah, kita masih suami istri 'kan? Tidak ada agama man

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Rasa Penasaran

    Semua karyawan memandang takjub saat kaki mereka berdiri di depan teras sebuah kafe yang terlihat eye catching. Sebuah kafe yang cukup luas dengan parkiran yang memadai, membuat anak buah Ethan, termasuk dirinya memandang tak percaya. Ethan yang bukan pribadi suka hang out, memang tidak tahu mengenai tempat yang ia kunjungi sekarang. Bahkan, dari sekian banyak karyawan Ethan, tak ada satu pun dari mereka yang mengetahui ada tempat tersebut. "Ini keren banget, sumpah!" seru Fiersa yang mendapat anggukan Mita di sebelahnya. Teman-temannya yang lain pun mengangguk setuju saat Fiersa memuji tempat tersebut. "Kok kita bisa enggak tahu ada tempat ini, ya? Gimana bisa!" seru mereka tak percaya. Tatapan kagum dan tak percaya semakin tampak di wajah anak-anak muda tersebut ketika sudah memasuki ruangan kafe. "Kamu tahu dari mana ada tempat kaya gini?" tanya Fiersa pada Shania. "Ehm, sebenarnya kafe ini belum lama launching, sekitar tiga bulan yang lalu-lah. Aku tahu tempat ini, karena p

    Last Updated : 2025-02-26
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sikap Aneh

    Suasana kafe semakin malam semakin seru ketika Rachel sebagai pemilik, ikut serta dalam perayaan keberhasilan tim Ethan yang telah selesai dalam mengerjakan proyek di PT. A. Sebagai sahabat, Shania senang karena bisa berbagi kebahagiaan dengan perempuan yang malam itu berpenampilan formal sebab baru pulang dari kantor. Begitu juga dengan para karyawan Ethan, yang tidak sungkan bersikap santai hingga bercanda meski sang pemilik kafe ada beserta mereka. Mereka justru senang dan bergembira bersama karena sikap Rachel yang sangat ramah dan ceria. Semua bisa berbaur dengan asik membuat pesta tersebut berjalan seru, tapi tidak menghilangkan keakraban. "Apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" tanya Rachel pada Shania di tengah keseruan karyawan Ethan yang sudah mulai bernyanyi di ruang karaoke. "Ehm, beberapa udah aku cicil," jawab Shania santai. "Sudah nentuin kemana tujuan kamu?"Shania mengangguk. "Sudah.""Kemana?" Rachel terus bertanya karena penasaran. Namun, Shania malah tersenyum s

    Last Updated : 2025-02-26
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Apa Lagi Ini?

    "Kamu ini kenapa sih? Belakangan ini sikapmu aneh sekali!" Shania berseru kesal. Namun, Alex tampaknya mengabaikan ucapan Shania karena selanjutnya ia masih memaksa istrinya itu untuk segera pulang. "Aku akan pulang kalau sudah selesai." Shania menjawab santai. "Kalau begitu jangan salahkan aku kalau akan ada hal yang mengejutkan terjadi."Shania mengernyit. "Memang apa yang terjadi?""Bukan kejutan kalau aku memberi tahumu. Jadi, aku tanya sekali lagi, kamu mau pulang sekarang atau nanti?" Alex kembali bertanya. Shania pun tetap pada jawabannya. "Aku akan pulang kalau sudah selesai."Bukan Shania yang memutuskan panggilan, tapi Alex yang langsung mematikan ponselnya setelah Shania memberi keputusan. "Dia ini kenapa sih?" tanya Shania heran. Sejak tadi Alex bersikap aneh. 'Tidak! Tapi, sejak sepekan yang lalu,' batin Shania yang kemudian memilih tak peduli. Ia pun kembali ke ruangan karaoke. Bergabung dengan teman-temannya yang masih asik bernyanyi. "Ada apa?" tanya Rachel berb

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Curhat Tengah Malam

    Malam semakin larut ketika Shania masih belum bisa memejamkan kedua matanya. Cerita tentang Brian yang saat ini sedang menjalankan tugas dari Alex, membuatnya sulit untuk tidur. 'Alex meminta Brian untuk mencari tahu, apa saja yang kamu katakan kepada Om Jimmy tentang hubungannya dengan Maura.'Begitu informasi yang Rachel berikan sesaat sebelum menutup panggilan karena sudah sampai di rumah sakit tempat mamanya dirawat. 'Jadi, Alex mencurigai aku?' batin Shania bukannya kesal justru sedih. Lelaki itu bukan hanya membuatnya menderita dengan menjadikan pernikahannya sebagai umpan supaya sang mantan kembali, tapi kecurigaan tentang kabar yang sudah beredar luas di kantor, membuatnya hilang akal hingga menyalahkan siapa saja yang menurutnya turut andil dalam pusara hubungan terlarangnya."Apakah tak ada orang lain yang bisa ia curigai selain aku?" tanya Shania pada dirinya sendiri. "Bukan aku saja yang tahu hubungannya dengan Maura, tapi hampir seluruh orang di kantor tahu dan bisa m

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Batal Datang

    Hujan tengah menyapa semesta di waktu senja menjelang malam. Suara rintiknya menjadi melodi indah yang Tuhan ciptakan untuk manusia nikmati. Tidak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun ikut merasakan akan keagungan sang Maha Pencipta, sehingga tak ada yang bisa dilakukan selain mengucap syukur akan nikmat yang diberikan.Pun dengan yang Shania alami saat ini. Menatap jendela kamarnya di vila yang kini menjadi tempat tinggalnya, perempuan itu berkali-kali mengucap syukur akan nikmat yang Tuhan berikan seiring takdir hidup yang tengah dijalani. Dua hari lagi —terhitung dari hari ini, Shania sudah akan berpindah tempat. Tujuannya nanti adalah rumah tantenya, adik kandung sang ibu. Gunawan, suami dari tantenya menghubunginya siang tadi untuk menanyakan kesiapan Shania. Jam berapa take off dan landing, sehingga sang paman bisa memperkirakan jam berapa harus sudah berada di bandara, menjemputnya. "Jangan banyak-banyak membawa barang. Semua keperluanmu bisa dibeli di sini."Begitu pesan ya

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pertemuan Dua Sahabat Lama

    Suasana kafe tempat pertemuan Rachel dan Brian terlihat cukup ramai. Jam menunjuk ke angka lima sore di mana sudah banyak orang bubar kantor dan memilih nongkrong sebelum pulang ke rumah. Pemilihan tempat adalah tugas Rachel, seperti yang selalu ia lakukan dahulu ketika masih sering pergi dengan Brian. Seperti sore itu, tempat yang berada di sudut ibukota yang belum pernah keduanya kunjungi —sudah ada dalam list, tapi belum sempat mereka wujudkan. Brian sudah tiba lebih dulu dan menunggu Rachel di salah satu meja yang ada di pojok kafe. Lelaki itu tampak memainkan ponsel ketika gadis yang ia tunggu datang dan menyapanya. "Hai!"Brian memandang Rachel yang berdiri di sampingnya. "H-hai!" balasnya sedikit canggung. Sudah lama keduanya tidak bertemu, membuat suasana terasa kurang nyaman. Namun, seperti kebiasaannya, Brian tetap menyapa Rachel sembari mengecup pipi kanan dan kiri gadis itu. "Apakah aku membuatmu menunggu lama?" tanya Rachel yang kemudian memilih tempat duduk di depan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencari Tahu

    Setelah sampai ruangan, Alex bergegas memanggil Brian, sahabat sekaligus sekretarisnya. "Kamu tahu hubunganku dengan Maura sekarang bukan?""Ya. Bersenang-senang di atas tangisan wanita lain." Brian berkata sarkas. Tapi, hal tersebut tidak membuat Alex tersinggung. Alex hanya memutar bola matanya, malas. Ia seolah sudah tak lagi peduli dengan nyinyiran orang-orang tentang hubungan tak pantas yang ia lakukan bersama Maura. "Sepertinya papa sudah tahu. Orang-orang brengsek itu bicara saat meeting berlangsung. Sial sekali!" umpat Alex kesal. Teringat di benaknya saat salah seorang manajer mengeluh atas gosip para karyawan tentang interaksi antara dirinya dengan Maura yang dianggap berlebihan. "Tapi, aku setuju dengan keluhan itu. Kamu tidak mengaca, Lex. Seharusnya kamu tidak melakukan itu di sini."Alex mengernyit. "Kamu itu sahabatku atau bukan? Kok kamu malah membela mereka."Brian mengambil tempat duduk di depan Alex, yang terhalang meja kerja berukuran lumayan besar. "Dalam ha

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Terkena Mental

    Rachel tampak tak percaya dengan cerita yang baru saja Shania ceritakan. "Jadi, kamu pernah meminta dijodohkan dengan Alex?""Ya. Tapi, terlambat." Shania tersenyum miris. Pandangannya kembali menerawang. Bayangan pernikahan yang ia bayangkan akan indah, tercoreng dengan pemaksaan yang Alex lakukan dalam keadaan mabuk. Telah membuat hatinya sakit, Shania memilih untuk melupakan apa yang telah terjadi. Kini ia harus membuka lembaran baru dengan melupakan sosok Alex yang seharusnya sejak awal tidak pernah melamarnya "Pernikahanku dengan Alex adalah sebuah kesalahan. Aku yang terlalu bahagia sampai mengabaikan kebahagiaanku yang sebenarnya." Shania menatap Rachel yang tampak benderai air mata. "Alex tak pernah mencintaiku, seharusnya aku sadari itu sejak awal. Dan bukannya malah meminta ayah dan ibu melamarkannya untukku.""Tapi, waktu itu Alex menolak," sahut Rachel berusaha menghapus air mata di pipinya. "Ya, karena Alex menolak itu seharusnya aku tidak menerimanya saat ia gantian

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menjelang Pernikahan

    Pagi hari menjelang saat orang-orang yang Nyonya Sebastian pilih untuk mendandani Shania datang, sang calon pengantin wanita malah terlihat tak bersemangat. Shania tampak lesu dan tak bergairah. Alhasil, ia baru dirias saat hari sudah menjelang siang.Setelah semalam berbincang dengan Alex, Shania merasa ragu untuk melanjutkan pernikahannya dengan teman masa kecilnya itu. 'Tapi, sebelumnya tidak ada ucapanmu tentang bakti pada kedua orang tua kita, Lex.'Masih terbayang di benak Shania saat rasa terkejut hadir setelah Alex mengatakan alasan menikahinya. 'Lantas, apakah menurutmu kita tidak perlu berbakti kepada mereka?''Berbakti pada kedua orang tua tidak harus dengan cara ini. Masih ada cara lain.''Oke. Lantas, kalau kamu tidak mau melakukan apa yang aku katakan, apakah menggagalkan rencana pernikahan kita besok adalah solusinya?'Shania bingung harus menjawab apa. Satu sisi ia tidak suka alasan Alex menikahinya karena rasa ingin berbakti pada kedua orang tua. Tapi, di sisi yang

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Perubahan Menjelang Pernikahan

    Meskipun kaget, tapi nyatanya Shania senang mendapat lamaran dari Alex tersebut. Ia lupa bahkan mungkin tak peduli akan hubungan Alex dengan Maura. Sebab yang ia tahu, perempuan itu pergi ke luar negeri untuk meningkatkan karirnya di dunia desain. Shania tidak bertanya kepada Alex mengenai hubungannya dengan Maura. Ia kadung bahagia dan memilih untuk diam hingga pernikahan terjadi. "Baiklah, kalau kalian memang setuju. Kita tinggal cari tanggal pernikahan yang pas. Tapi, sebelumnya kami mau kamu dan orang tuamu datang langsung ke rumah ini secara resmi untuk melamar Shania. Kami mau lamaran dan pernikahan diselenggarakan secara terbuka agar semua masyarakat tahu bahwa kalian menikah bukan karena masalah.""Tentu saja, Om. Aku juga memang mau peristiwa sakral ini dilangsungkan secara terbuka. Biar semua orang tahu status aku dan Shania."Alex benar-benar meyakinkan Shania juga kedua orang tua temannya itu bahwa ia bersungguh-sungguh menjalin hubungan serius, yakni pernikahan. Bahkan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Berkisah

    Dua tahun sebelumnya. Shania berlari mencari ibunya setelah pulang dari tempatnya bekerja."Bu! Ibu!" teriak Shania ketika sudah berada di ruang tengah, yakni ruangan megah yang kerap dijadikan tempat berkumpulnya keluarga. "Ibu di dapur!" Teriakan wanita lainnya menggema di rumah besar tersebut. Shania tersenyum, ia lalu berlari menuju dapur di mana ibunya berada. Tapi, ia tidak menemukan sang ibu ada di sana. Merasa heran, Shania pun kembali berteriak. "Bu! Di dapur mana sih? Kok enggak ada.""Dapur belakang," sahut ibunya lagi. Menambah langkahnya sekian meter ke belakang, akhirnya Shania berhasil menemukan ibunya. Wanita itu terlihat berantakan dengan noda tepung menempel di muka dan tangannya. "Ada apa teriak-teriak? Kaya tinggal di hutan aja," sahutnya kesal —sama sekali tidak menyadari bahwa rumah yang ditempati itu memang seperti hutan kecil sebab memiliki luas area yang luar biasa. "Ibu lagi ngapain?" tanya Shania seraya berjalan mendekat, lalu mencium pipi kiri dan ka

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengungkap Satu Rahasia

    Suasana senja terlihat begitu memukau dalam pandangan Shania yang berdiri di jendela kamar. Pepohonan yang berdiri di luar menambah ketenangan yang perempuan itu sudah lama tidak rasakan. Mentari sudah mulai menurun mendekati garis horizontal yang tak tampak. Warna keemasan di balik pepohonan rindang, membuat Shania penasaran dan mencoba mendongak, mencari. Saat Shania masih menikmati pemandangan menakjubkan di luar sana, tiba-tiba terdengar pintu terbuka dari luar. "Ini cemilan yang kamu minta." Rachel muncul sembari membawa nampan yg cukup besar. Di atasnya terdapat banyak cemilan, juga minuman yang Shania pesan. Gadis itu meletakkan nampan di atas meja. Lalu, menghampiri sang sahabat, yang kembali menatap keluar setelah sempat menengok, menatapnya. "Kenapa kamu memilih tempat ini untuk pergi?" tanya Rachel kini berdiri di sebelah Shania. Tatapan keduanya sama-sama ke depan, memandang senja yang semakin lama semakin menghilang, berlabuh kembali ke peraduannya. "Menurut kamu b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status