Beranda / Romansa / Pengantin yang Ditinggalkan / Menjadi istri yang baik

Share

Menjadi istri yang baik

Penulis: Anak_Dukun
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pukul tujuh lewat lima detik, Arini terbangun lagi dalam pelukan Dave. Wajahnya terlalu dekat dengan wajah lelaki itu. Sehingga dia merasakan hembusan napas lelaki itu. Dia terus memerhatikan wajah Dave. Jantungnya tiba-tiba berdetak tidak menentu. Gadis cantik itu kemudian membenamkan wajahnya di dada bidang Dave. Untuk sesaat gadis berparas cantik itu menikmati aroma mint. Aroma khas dari tubuh Dave. Untuk sesaat Arini terlena di dalam dekapan lelaki dingin yang begitu tampan, sebelum dia mulai tersadar kembali.

"Aargh!" Teriakan Arini membangunkan Dave.

Dave yang terbangun karena terkejut langsung kalang kabut. "Apa? Apa? Ada apa, apa yang terjadi?" Melihat gelagat Dave seperti itu, tawa kecil keluar dari bibir mungil gadis itu. "Hei, kenapa kau tertawa? Di mana malingnya?" tanya Dave menyapu pandang seluruh ruangan.

"Maling?"

"Bukankah kau berteriak karena ada maling?"

"Ops!" Arini menutup bibirnya. "Sorry, i was just shocked so i shouted."

"Kau ini. Padahal aku baru saja tertidur subuh tadi."

"Apa yang membuatmu sampai tidak bisa tidur?" tanya Arini.

"Semua ini karenamu, Arini."

"Karenaku?" Arini mengerutkan kening, "Apa yang aku lakukan?" lanjutnya.

"Ah, sudahlah. Aku akan mandi kemudian berangkat ke kantor." Dave beranjak dari tidurnya lalu hendak untuk mandi.

"Apakah malam ini Mas Dave akan pulang?" tanya Arini menghentikan langkah lelaki itu.

Dave berbalik menatap gadis itu. Dia seakan tidak percaya bahwa gadis itu berani bertanya padanya.

"Ya," jawab Dave singkat.

Baru kemudian masuk ke kamar mandi. Berlalunya Dave membuat Arini mengembuskan napas lega. “Apa yang salah terhadapku? Mengapa aku bersikap seolah-olah kami adalah pasangan yang saling mencintai? Apa aku sudah jatuh hati kepadanya? Tidak. Itu tidak mungkin,” gumamnya sambil melamun.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Arini membuyarkan lamunannya. Dia segera membaca isi pesan itu.

“Arini, Minggu depan Morgan mengadakan acara ulang tahunnya di sebuah Bar xx. Kamu harus datang, ya?” Isi pesan dari Keysia.

Setelah membaca pesan itu, Arini berpikir daripada memikirkan Dave yang tidak begitu penting baginya, dia lebih memilih untuk pergi berbelanja. Tidak lama Dave selesai mandi. Arini yang sudah tidak sabar untuk berbelanja, meraih bathrobe. Dia berlari masuk ke kamar mandi. Bahkan dia sempat menyambar Dave dan tidak memperdulikannya.

"Cih!" Dave mengerutkan kening. "Tidak punya sopan santun."

Tidak mau ambil pusing, Dave lebih memilih untuk berbenah. Sebab, sebentar lagi dia akan ke perusahaan. Namun, baru saja dia mengencangkan dasinya, tiba-tiba lelaki dingin itu dikejutkan oleh suara yang datang dari kamar mandi.

'Apa lagi sekarang?'

"Mas ... help me please," teriak Arini. Tapi Dave mengabaikannya dan terus merapikan pakaian. Hingga beberapa saat, tidak ada lagi suara dari dalam kamar mandi. Ada sedikit rasa khawatir pada diri Dave. Dia mendekat lalu mengetuk daun pintu.

"Arini ... Arini ..." panggil Dave dari luar kamar mandi. Tapi, dia tidak mendengar adanya jawaban dari dalam sana. "Shit! Persetan dengan semuanya," kata Dave lagi memaksa membuka pintu.

Ketika pintu terbuka, Dave sedah mendapati Arini tersungkur di lantai kamar mandi tanpa kain sehelaipun yang menutup tubuhnya. Membuat dia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Mas Dave. Sakit," ringis Arini.

Dave diam saja. Bukannya dia tidak mau membantu. Hanya saja dia merasa canggung. Betapa tidak, Arini saat ini sedang tidak memakai apa-apa.

Bukan hanya Dave yang canggung. Arini pun demikian juga merasakannya. Tapi harus sampai kapan dia akan terus seperti itu, sedangkan Arini terus merintih kesakitan. Dave Akhirnya tidak bisa menahan untuk tidak membantunya.

"Baiklah. Aku akan menutup mata," kata Dave sembari menggendong Arini ke tempat tidur, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Gadis itu sempat melihat Dave menelan salivanya dan terdapat beberapa butir tetesan keringat di dahi. Bahkan, wajah laki-laki itu sempat merona ketika dia membantunya.

"Thank you."

"No problem."

Dave kemudian meraih tas yang selalu dibawanya ke perusahaan. Belum sempat dia keluar dari kamar, Arini berusaha bangkit untuk menghentikan langkahnya. Tapi karena persendian lututnya masih sakit, gadis itu tersungkur ke lantai.

"Mas Dave," katanya mencoba menggapai tangan Dave.

"Sial. Apa lagi sekarang?"

"Aku ingin berbelanja," kata Arini yang masih berada di lantai.

Mendengar itu, Dave berbalik menatap gadis itu tajam. Tatapannya membuat gadis itu merinding, seakan hendak menerkamnya hidup-hidup. Lelaki itu melangkah ke arahnya. Dia berjongkok seraya meraih dagu gadis itu.

"Jangan menyebabkan banyak masalah. Tetap diam di rumah," kata Dave tegas.

"Tapi."

"Diam."

Dave berlalu meninggalkan Arini yang masih tersungkur di lantai. Sementara dia mulai meneteskan air matanya. Dia merasa sakit hati manakala Dave terus saja membentak. Sedangkan ayah dan bundanya saja tidak pernah melakukan hal yang seperti itu terhadapnya.

Malam hari, Dave kembali dari perusahaan. Nampak seorang gadis cantik berlari ke arahnya ingin membantu dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri untuk melayani suami.

"Mas Dave," sapa Arini senyum sembari menarik tas di tangannya. Senyumnya manis sekali.

Dave hanya diam saja. Tapi betapa terkejutnya dia manakala Arini bersimpuh di kakinya sesaat setelah dia merebahkan diri di sofa. Lebih terkejut lagi ketika gadis itu mengangkat kakinya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Dave menarik kakinya ketika Arini mencoba membantunya melepas sepatunya.

Arini tidak menghiraukan Dave. Gadis itu terus melakukan apa yang ingin dia lakukan. Meski dia tidak mencintai Dave, setidaknya dia ingin melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Jujur saja, gadis itu juga tidak ingin melakukan hal tersebut. Hanya saja, siang tadi Laudia menghubunginya dan memintanya supaya dia menjadi istri yang baik. Mau tidak mau, sebagai anak yang berbakti, dia harus menuruti apa yang dikatakan bundanya.

"Berhenti!" bentak Dave bangkit. "Berhenti bersikap seperti istriku. Kau harus ingat apapun yang terjadi, kau dan aku menikah hanya demi menyelamatkan nama baik keluarga. Dan sampai kapanpun tidak akan ada yang terjadi antara kita," katanya dingin.

Baru kemudian meninggalkan Arini sendiri. Sebentar setelah Dave berlalu, Arini menatap jari-jarinya. Matanya terasa hangat. Sedetik kemudian butiran bening jatuh membasahi pipinya. Gadis itu merasa tidak seharusnya Dave seperti itu padanya. Biarpun pernikahan mereka memang hanya untuk menyelamatkan nama kedua keluarga. Gadis itu tentunya juga tahu kalau Dave tak sedikitpun tertarik padanya. Itu dapat disimpulkannya saat Dave tertidur, Arini sering kali mendengar lelaki itu menyebutkan nama seorang perempuan yang Arini tidak tahu siapa perempuan itu. Dia hanya tahu perempuan itu bernama Marissa.

Tidak mau larut dengan kesedihannya, dia beranjak ke kamar. Gadis itu kemudian meminta Dave untuk menjadi imamnya ketika hendak mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.

"Mas Dave," katanya pelan. "Tuntun Arini menuju syurganya."

Bergetar hati Dave mendengar apa yang dikatakan Arini. Tanpa ragu, lelaki yang selalu bersikap dingin itu mengindahkan apa yang diinginkan Arini.

"Baiklah."

Dave menuntun dan menjadi imam Arini untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

"Mas Dave," kata Arini menjulurkan tangannya.

Dave meraihnya, membuat gadis itu tersenyum hangat. Manis sekali. Jantung Dave berdetak lebih kencang. Wajahnya yang dingin dan kaku tapi tampan berubah. Dia bahkan salah bertingkah dan nampak begitu kikuk. "Mas, mau makan bersama Arini?" tanya Arini masih dengan senyum hangatnya.

"Boleh."

Arini bangkit, tetapi hal yang tidak terduga terjadi. Gadis itu tidak sengaja menginjak kakinya dan sepersekian detik kemudian, dia sudah berada di pelukan Dave yang belum beranjak. Keduanya saling menatap. Bola mata yang sedikit kecoklatan milik Dave nampak wajah Arini di dalamnya. Begitupun sebaliknya. Ada sedikit getaran yang mengalir di setiap pembuluh nadi. Yang membawa sebuah rasa masuk ke hati. Ada debaran-debaran dari dada keduanya.

******

Bab terkait

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Terpesona

    "Ma-maafkan Arini, Mas," kata Arini segera menjauh dari Dave. Sedangkan Dave yang terkejut hanya diam mencoba menata kembali detak jantungnya yang tidak karuan.Namun, semuanya berlalu begitu saja ketika Dave dan Arini kini sudah berada di meja makan untuk makan malam dibantu Mbok Ijah. Selama makan malam berlangsung, keduanya hanya diam dan saling mencuri pandang satu sama lain. Tidak lama, Arini selesai makan terlebih dulu. Gadis cantik itu beranjak dari tempat duduknya bergegas ke kamar tidur.Di dalam kamar Arini merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Rupanya ada pesan yang masuk, pesan dari Keysia mengingatkan Arini tentang ulang tahun Morgan. "Hmm ... besok ulang tahun Morgan. Hadiah, bahkan pakaian pun aku belum sempat memilihnya. Semua itu karena lelaki brengsek itu."Puas bermain dengan ponselnya, Arini meletakannya di meja samping pembaringan, lalu mencoba memejamkan matanya. Sesaat berlalu, daun pintu kamar terbuka. Nampak Dave masuk, lalu duduk di sofa sudut kam

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Pertengkaran

    Sebuah tamparan mendarat di wajah seorang gadis cantik. Dia terpaku, tubuhnya bergetar. dia tidak menyangka seseorang akan menamparnya di hadapan banyak orang. Matanya tidak bisa berkutik, hanya air mata yang perlahan menetes dipipinya.Keysia dan Morgan yang melihat kejadian itu tidak berani ikut campur. Mereka takut pada Dave. Ya, siapa yang tidak takut dengan Dave, seorang Presdir dingin, kejam dan mendominasi yang tidak akan mengampuni lawannya.Saat ini, Dave sudah diselimuti amarah, dia menyeret Arini keluar dari Bar itu. Semua yang melihat hanya terdiam tidak dapat menolong lantaran takut terhadap Dave Nero sang Presdir kejam.Beberapa saat berlalu. Dave telah sampai di rumah dan mengendong Arini. Gadis itu meronta dan memukul pundak Dave."Lepaskan, lepaskan aku." Arini meronta.Mbok ijah yang melihat kejadian itu hanya mampu melihat saja. Ingin sekali rasanya dia menolong Arini, tetapi Mbok Ijah takut pada tuannya."Masalah apakah gerangan yang membuat tuan muda Dave dan nona

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Pengakuan

    Sebuah mobil ferarry berwarna hitam memasuki pekarangan rumah keluarga Nero. Arini mendengar suara mobil berlari ke pembaringan, lalu meringkuk di sana. Bertambah takutnya gadis itu ketika pintu kamar terbuka dan seorang lelaki masuk menghampirinya."Tidak, jangan mendekat," teriak Arini."Arini, Maafkan aku," ucap Dave."Maaf? Setelah kau berlaku sedemikian kepadaku, kau dengan mudah meminta maaf?"Deve mendekat, lalu duduk di sisi tempat tidur. Sedangkan Arini memundurkan dirinya menjauh dari laki-laki itu."Arini dengarkan aku," kata Dave. Namun, gadis itu hanya diam. Dave kembali mencoba memberi penjelasan. "Arini, sejujurnya aku mulai mencintaimu?"Terbelalak mata Arini mendengar apa yang keluar dari mulut Dave barusan. Jantungnya berdegup kencang, ingin rasanya dia mengucapkan sesuatu. Tapi, itu tertahan di kerongkongannya. Gadis itu sungguh tidak menyangka kalau orang yang hampir memperkosanya menyatakan cinta padanya. Meskipun memang sudah tugasnya melayani suaminya."Arini, i

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Kebahagiaan Marvin

    AmerikaLangit begitu cerah di langit Amerika. Di sebuah taman Central Park, seorang pemuda sedang merayu kekasihnya, "Dailyn, I love you," ucap lelaki itu."I love you to, Marvin.""Will you marry me?" tanya Marvin bersimpuh di lutut Dailyn."Yes, i will.""Terimah kasih, Dailyn. Tidak sia-sia aku mengejarmu ke Negri ini," kata Marvin bahagia.Sepasang kekasih yang tengah berbahagia itu kembali ke apartemen mereka, bersiap-siap untuk menikah di sebuah mesjid terdekat yang terdapat di kota itu. Mereka menikah tidak dihadiri oleh kedua orang tua Marvin, hanya kedua orangtua Dailyn yang hadir di saat itu sebagai saksi bersatunya dua insan yang saling mencintai."Marvin Nero, I will marry you to Dailyn Arabella Binti Farhan with a dowry and a set of prayer tools to be paid in cash?""I accept that the marriage of Dailyn Arabella Binti Farhan with the dowry was paid in cash"Setelah ijab kabul selesai kedua orang tua Dailyn memeluk putrinya, berganti memeluk menantunya. Saat itu Marvin be

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Ingin kembali ke Amerika

    "Mas ... Mas Dave," kata Arini lembut membangunkan lelaki yang sudah dua bulan menjadi suaminya. Suami yang awalnya hanyalah lelaki pengantin pengganti. Tetapi lelaki pengantin penggnti itu juga yang sudah mencuri hatinya, membuatnya bisa melupaknan rasa sakit di awal pernikahan. Pernikahan yang hampir gagal dan mencoreng nama baik keluarga."Aghh ...," leguh Dave."Mas Dave," kata Arini kian lembut. Dave membuka matanya pelan, lalu memberi senyuman selamat pagi pada Arini. "Mas ... Bangunlah. Kita sarapan bersama, Arini ingin ke rumah Ayah dan Bunda," lanjut gadis itu lagi.Dave hampir saja lupa bahwa semalam dia berjanji untuk mengunjungi mertuanya. Lelaki itu langsung bergegas dan berbenah. Begitupun dengan Arini. Baru keduanya sarpan, lalu seperti yang dijanjikan Dave, setelah sarapan dia membawa Arini ke rumah keluarganya.Gemercik suara kerikil terlindas ban mobil terdengar ketika mobil Dave sudah berada di depan pagar rumah orangtua Arini. Arini dan Dave disambut hangat oleh k

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Map yang di bawa Diandra

    Pagi hari Dave cepat-cepat ke perusahaan dan tidak sempat sarapan meski Arini sudah menawarinya. Dave hanya memberikan satu kecupan yang melayang di kening Arini.Entah apa yang membuat Dave begitu terburu-buru seperti itu, Arini juga tidak bertanya, 'mungkin hanya masalah pekerjaan yang mendesak,' pikir Arini.~Love is the way you want me, jangan kau pergi jauh, L.o.v.e is the way yo want me, tak perlu kau ulang-ulang lagi.~ (Dering ponsel Arini)."Assalamualaikum, Umi,' sapa Arini ketika panggilan tersambung."Waalaikumsalam, Apa kabar, Arini. Arini sehat?" sahut Lina di ujung telfon."Arini sehat, Umi!""Bagaimana? Bahagia kah, tidak kah, Arini menikah dengan anak Umi?""Arini bahagia, Umi. Mas Dave baik terhadap Arini.""Umi minta maaf pada Arini""Sudahlah, Umi. Tidak perlu dibahas lagi. Arini tidak mempermasalahkannya. Kapan Umi dan Abah kembali?""Umi belum tahu, Abah dan Umi berencana tinggal lebih lama sampai anak Umi yang kabur itu ditemukan."Arini terdiam sejenak, dan perc

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Meraba

    Malam hari, seperti biasa Arini menunggu kedatangan Dave dari perusahaan sambil menyiapkan makan malam, lalu Arini duduk di meja makan. Namun, beberapa waktu berlalu, Dave tidak kunjung datang. Arini juga sudah menghubungi Dave, tetapi tidak ada jawaban.Malam kian larut. Dave belum juga pulang. 'Mas Deve, ke mana kamu, kenapa belum pulang?' Batin Arini begitu khawatir. Gadis itu melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 22:10 malam.Mbok Ijah yang melihat Arini menunggu merasa prihatin, terlebih makanan di meja juga sudah dingin."Mbok, nanti kalau Mas Dave kembali, panaskan saja makanannya. Arini ngantuk, Mbok. Sudah kepengen tidur," kata Arini kepada mbok Ijah."Baik, Nona Arini," jawab mbok Ijah.Arini beranjak dari duduknya lalu masuk ke kamar. Sungguhpun dia sudah lelah menunggu begitu lama. Namun, Dave tidak juga muncul. 'Semoga suamiku dalam lidungan Sang Pencipta,' ucap Arini dalam hati sembari menghela napas, baru dia merebahkan diri di pembaringan.Sementara itu, di w

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Amarah Dave

    "Mas Dave," kata Arini lembut seperti biasa."Ada apa, Arini?""Boleh Arini bertanya?""Apa itu, Arini.""Mas Dave," kata Arini sedikit ragu. "Siapa tamu itu?" tanyanya kemudian."Bukan siapa-siapa," jawab Dave singkat dengan nada datar."Tapi.""Arini, aku sudah selesai, Arini lanjut sarapan sendiri." Dave beranjak meninggalkan Arini sendiri. Sedangkan mbok Ijah yang sejak tadi menunggu di di pintu masuk ruang dapur segera menghampiri Arini setelah memastikan kalau Dave sudah pergi. Wanita paruh baya itu mendekati Arini seraya meraih jemari Arini, dia tahu kalau Arini sedikit kesal lantaran Dave menjawab pertanyaannya dengan nada datar. Laki-laki itu bahkan meninggalkannya sendiri di meja makan."Sabar, Nona Arini," ucap mbok Ijah."Mbok." Arini mendongak menatap mbok Ijah. "Memangnya siapa yang datang, Mbok? Kenapa Mas Dave tiba-tiba berubah seperti itu?" tanyanya kemudian."Maafkan Mbok, Non. Mbok tidak berani, sebaiknya nona Arini jangan bertanya lagi." Mbok Ijiah tidak ingin ikut

Bab terbaru

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Keindahan Arini

    Di perusahaan Dave bekerja seperti biasanya. Tiba-tiba daun pintu ruangan terbuka, Arvin masuk dan menyapa Dave. Dave membalasnya. Namun, laki-laki itu tetap sibuk dengan dokumen-dokumen yang ada di tangannya."Apa yang membwamu kali ini?" Dave menghentikan pekerjaannya, lalu bertanya pada Arvin."Hanya ingin berkunjung saja," jawab Arvin sembari langsung duduk di sofa yang ada di ruang kerja Dave."Oo ...." Dave kembali bertanya "Bagaimana dengan rumah sakit ayahmu?""Sebagai satu-satunya pewaris perusahaan, tentunya rumah sakit Damian akan menjadi tanggung jawabku." Arvin Damian menjawab sambil menghela napas panjang. Sebenarnya laki-laki itu datang untuk mencurahkan keluh kesahnya pada Dave. Dan sebagai sahabat, Dave menjadi pendengar yang setia.Sebentar, Arvin pamit setelah puas meluahkan isi hatinya, terlebih saat ini Arvin adalah salah satu dokter terkenal dan juga satu-satunya pewaris perusahaan Damian. Perusahaan itu juga memiliki sebuah rumah sakit terbesar di kota Metropoli

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Menjadi istri yang sebenarnya

    Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Dave, Arini tersipu. Wajahnya semakin merona, jantungnya berdetak tidak menentu."Tapi, jika Arini tidak mengijinkan Mas, Mas akan ber-." Arini memotong perkataan Dave. "Huss! Arini istri Mas, Mas berhak atas Arini," ucap Arini seraya membungkam bibir Dave dengan telunjuknya."Sungguh Arini tidak keberatan?" tanya Dave. Arini tidak menjawab, dia hanya tersenyum sambil mengangguk pelan menandakan bahwa dia mengijinkan Dave untuk melakukan apa saja yang Dave inginkan. Toh dia adalah seorang istri, dan harus melakukan tugas dan kewajibannya. "Jika Arini terpaksa, Mas tidak akan melakukannya.""Mas, lakukanlah. Arini ikhlas sepenuh hati."Setelah mendapat persetujuan Arini, Dave yang sudah berusaha menjaga kewarasannya sejak tadi akhirnya jatuh juga. Laki-laki itu, menjatuhkan ciuman di bibir Arini. Gadis itu hanya diam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Ada sebuah desiran yang mengalir di aliran darahnya."Pertama kali Mas Deve menyentuh bibir

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Berusaha menelah saliva

    Perkataan Arini membuat Dave tersadar akan prilakunya. Dave mengatur napas dan meredam emosinya, baru berbalik menatap gadis di sampingnya yang terlihat seperti kebingungan bahkan sedikit takut padanya.Saat Dave mencoba meraih pipi Arini, gadis itu sedikit mundur."Ma-Mas Dave," ucap Arini terbata-bata."Maafkan Mas, Arini." Kata maaf yang keluar dari bibir Dave tidak membuat Arini berdelik sedikitpun. Gadis itu diam dan terus menatap Dave dengan tatapan seolah takut terhadap laki-laki itu.Dave sendiri tidak igin larut dalam situasi yang seperti itu, maka dia langsung saja mengemudikan mobil untuk pulang ke rumah. Dan selama di perjalanan, Arini tidak berucap apapun. Dia hanya menatap wajah Dave yang begitu serius mengemudi seakan mencari tahu mengapa Dave tiba-tiba marah.Setibanya di rumah, Arini langsung turun dari mobil tanpa mengucap sepata kata pun pada Dave. Meski Dave mencoba untuk mamnggilnya, tetap saja gadis itu berlalu.Di kamar Arini merabahkan tubuhnya. Gadis itu masih

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Amarah Dave

    "Mas Dave," kata Arini lembut seperti biasa."Ada apa, Arini?""Boleh Arini bertanya?""Apa itu, Arini.""Mas Dave," kata Arini sedikit ragu. "Siapa tamu itu?" tanyanya kemudian."Bukan siapa-siapa," jawab Dave singkat dengan nada datar."Tapi.""Arini, aku sudah selesai, Arini lanjut sarapan sendiri." Dave beranjak meninggalkan Arini sendiri. Sedangkan mbok Ijah yang sejak tadi menunggu di di pintu masuk ruang dapur segera menghampiri Arini setelah memastikan kalau Dave sudah pergi. Wanita paruh baya itu mendekati Arini seraya meraih jemari Arini, dia tahu kalau Arini sedikit kesal lantaran Dave menjawab pertanyaannya dengan nada datar. Laki-laki itu bahkan meninggalkannya sendiri di meja makan."Sabar, Nona Arini," ucap mbok Ijah."Mbok." Arini mendongak menatap mbok Ijah. "Memangnya siapa yang datang, Mbok? Kenapa Mas Dave tiba-tiba berubah seperti itu?" tanyanya kemudian."Maafkan Mbok, Non. Mbok tidak berani, sebaiknya nona Arini jangan bertanya lagi." Mbok Ijiah tidak ingin ikut

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Meraba

    Malam hari, seperti biasa Arini menunggu kedatangan Dave dari perusahaan sambil menyiapkan makan malam, lalu Arini duduk di meja makan. Namun, beberapa waktu berlalu, Dave tidak kunjung datang. Arini juga sudah menghubungi Dave, tetapi tidak ada jawaban.Malam kian larut. Dave belum juga pulang. 'Mas Deve, ke mana kamu, kenapa belum pulang?' Batin Arini begitu khawatir. Gadis itu melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 22:10 malam.Mbok Ijah yang melihat Arini menunggu merasa prihatin, terlebih makanan di meja juga sudah dingin."Mbok, nanti kalau Mas Dave kembali, panaskan saja makanannya. Arini ngantuk, Mbok. Sudah kepengen tidur," kata Arini kepada mbok Ijah."Baik, Nona Arini," jawab mbok Ijah.Arini beranjak dari duduknya lalu masuk ke kamar. Sungguhpun dia sudah lelah menunggu begitu lama. Namun, Dave tidak juga muncul. 'Semoga suamiku dalam lidungan Sang Pencipta,' ucap Arini dalam hati sembari menghela napas, baru dia merebahkan diri di pembaringan.Sementara itu, di w

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Map yang di bawa Diandra

    Pagi hari Dave cepat-cepat ke perusahaan dan tidak sempat sarapan meski Arini sudah menawarinya. Dave hanya memberikan satu kecupan yang melayang di kening Arini.Entah apa yang membuat Dave begitu terburu-buru seperti itu, Arini juga tidak bertanya, 'mungkin hanya masalah pekerjaan yang mendesak,' pikir Arini.~Love is the way you want me, jangan kau pergi jauh, L.o.v.e is the way yo want me, tak perlu kau ulang-ulang lagi.~ (Dering ponsel Arini)."Assalamualaikum, Umi,' sapa Arini ketika panggilan tersambung."Waalaikumsalam, Apa kabar, Arini. Arini sehat?" sahut Lina di ujung telfon."Arini sehat, Umi!""Bagaimana? Bahagia kah, tidak kah, Arini menikah dengan anak Umi?""Arini bahagia, Umi. Mas Dave baik terhadap Arini.""Umi minta maaf pada Arini""Sudahlah, Umi. Tidak perlu dibahas lagi. Arini tidak mempermasalahkannya. Kapan Umi dan Abah kembali?""Umi belum tahu, Abah dan Umi berencana tinggal lebih lama sampai anak Umi yang kabur itu ditemukan."Arini terdiam sejenak, dan perc

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Ingin kembali ke Amerika

    "Mas ... Mas Dave," kata Arini lembut membangunkan lelaki yang sudah dua bulan menjadi suaminya. Suami yang awalnya hanyalah lelaki pengantin pengganti. Tetapi lelaki pengantin penggnti itu juga yang sudah mencuri hatinya, membuatnya bisa melupaknan rasa sakit di awal pernikahan. Pernikahan yang hampir gagal dan mencoreng nama baik keluarga."Aghh ...," leguh Dave."Mas Dave," kata Arini kian lembut. Dave membuka matanya pelan, lalu memberi senyuman selamat pagi pada Arini. "Mas ... Bangunlah. Kita sarapan bersama, Arini ingin ke rumah Ayah dan Bunda," lanjut gadis itu lagi.Dave hampir saja lupa bahwa semalam dia berjanji untuk mengunjungi mertuanya. Lelaki itu langsung bergegas dan berbenah. Begitupun dengan Arini. Baru keduanya sarpan, lalu seperti yang dijanjikan Dave, setelah sarapan dia membawa Arini ke rumah keluarganya.Gemercik suara kerikil terlindas ban mobil terdengar ketika mobil Dave sudah berada di depan pagar rumah orangtua Arini. Arini dan Dave disambut hangat oleh k

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Kebahagiaan Marvin

    AmerikaLangit begitu cerah di langit Amerika. Di sebuah taman Central Park, seorang pemuda sedang merayu kekasihnya, "Dailyn, I love you," ucap lelaki itu."I love you to, Marvin.""Will you marry me?" tanya Marvin bersimpuh di lutut Dailyn."Yes, i will.""Terimah kasih, Dailyn. Tidak sia-sia aku mengejarmu ke Negri ini," kata Marvin bahagia.Sepasang kekasih yang tengah berbahagia itu kembali ke apartemen mereka, bersiap-siap untuk menikah di sebuah mesjid terdekat yang terdapat di kota itu. Mereka menikah tidak dihadiri oleh kedua orang tua Marvin, hanya kedua orangtua Dailyn yang hadir di saat itu sebagai saksi bersatunya dua insan yang saling mencintai."Marvin Nero, I will marry you to Dailyn Arabella Binti Farhan with a dowry and a set of prayer tools to be paid in cash?""I accept that the marriage of Dailyn Arabella Binti Farhan with the dowry was paid in cash"Setelah ijab kabul selesai kedua orang tua Dailyn memeluk putrinya, berganti memeluk menantunya. Saat itu Marvin be

  • Pengantin yang Ditinggalkan   Pengakuan

    Sebuah mobil ferarry berwarna hitam memasuki pekarangan rumah keluarga Nero. Arini mendengar suara mobil berlari ke pembaringan, lalu meringkuk di sana. Bertambah takutnya gadis itu ketika pintu kamar terbuka dan seorang lelaki masuk menghampirinya."Tidak, jangan mendekat," teriak Arini."Arini, Maafkan aku," ucap Dave."Maaf? Setelah kau berlaku sedemikian kepadaku, kau dengan mudah meminta maaf?"Deve mendekat, lalu duduk di sisi tempat tidur. Sedangkan Arini memundurkan dirinya menjauh dari laki-laki itu."Arini dengarkan aku," kata Dave. Namun, gadis itu hanya diam. Dave kembali mencoba memberi penjelasan. "Arini, sejujurnya aku mulai mencintaimu?"Terbelalak mata Arini mendengar apa yang keluar dari mulut Dave barusan. Jantungnya berdegup kencang, ingin rasanya dia mengucapkan sesuatu. Tapi, itu tertahan di kerongkongannya. Gadis itu sungguh tidak menyangka kalau orang yang hampir memperkosanya menyatakan cinta padanya. Meskipun memang sudah tugasnya melayani suaminya."Arini, i

DMCA.com Protection Status