Setelah hening beberapa saat, akhirnya Alex membuka suara.
“Kau memiliki banyak hal, Lex. Banyak nyawa yang harus kau lindungi di sini,” jawab dokter Raymond.
Pria itu berusaha menguatkan hati untuk mengeluarkan kalimat tak berperasaan tersebut.
“Aku tahu, Ray. Aku tahu itu,” ucap Alex sambil mengacak-acak rambutnya. Dia benar-benar tak bisa menyembunyikan kesedihan dan kegelisahannya.
“Istrimu akan sadar dan sembuh, dia akan kembali padamu.”
Raymond sangat tahu bahwa selama ini Alex tak pernah tenang. Duka yang ia alami belum usai. Ratu Jasmine yang terbunuh, disusul oleh kepergian raja Chandra belasan tahun kemudian. Hingga saat ini, putri Elena pun belum diketahui keberadaannya.
“Apa menjadi raja berarti aku harus kehilangan keluargaku? Aku benar-benar tak meminta untuk terlahir dengan posisi ini.”
Raymond diam. Pria itu tak menemukan kalimat yang tepat untuk menghibur sahabat sekalig
"Sssshhhhh... Hhhuufffff..."Saat ditanya oleh dokter Raymond, tiba-tiba dada Anna terasa sakit.Mendengar rintihan Anna, wajah Alex kembali pucat.“Dada…kaki…” jawab Anna pelan. Dada Anna makin sakit saat mengeluarkan suara.“Untuk yang lain, silahkan keluar sebentar. Saya akan memeriksa Yang Mulia Ratu,” ucap dokter Raymond.Terdengar helaan nafas kecewa dari Margareth.“Baik dokter, kami permisi,” kata Julie bersiap untuk keluar.Julie dan Margareth sedikit menunduk tanda pamit kepada Alex. Sedangkan Alex tetap berdiri di sisi Anna, berseberangan dengan tempat Raymond dan kedua asistennya berdiri.Pria yang belum berganti pakaian itu tetap berdiri tegak dan menatap Raymond dengan tajam tanpa suara seperti anak remaja labil yang sedang protes.Raymond pun tidak kalah tajam menatap Alex untuk menyuruhnya keluar."Rasanya aku bisa mendengar ‘aku tak akan
“Ada apa ini?” tanya Alex begitu memasuki ruang perawatan. Setelah sadar, Anna yang semula berada di ruang perawatan bersama pasien-pasien lain dipindahkan ke ruang perawatan pribadi sehingga tak ada pasien lain yang terlihat.Dilihatnya Anna sedang duduk di tempat tidur dengan wajah yang sangat lelah, dengan Marchioness Justin yang sedang ditahan oleh suaminya dan juga Diego.“Maafkan kami Yang Mulia, kami akan kembali ke ruang perawatan putri kami sekarang,” ucap Albert Justin masih memegangi istrinya.“Apa? Kembali? Aku tidak akan kembali jika dokter Raymond tidak ikut dengan kita sekarang!” teriak Clara Justin.“Saya akan kesana setelah selesai memeriksa Yang Mulia Ratu, nyonya. Untuk sekarang mohon nyonya kembali ke ruangan nona Justin terlebih dahulu,” kata dokter Raymond sabar.Margareth yang ada di sana sudah habis kesabaran. Hampir saja ia mengatakan hal yang tidak sepantasnya pada bangsawan
Alex kaget sekali mendengar perkataan Anna. Anna sendiri memalingkan wajahnya, tak ingin melihat sang suami."Tunggu... tunggu... Apa kesalahan yang telah kuperbuat???!!!" teriak Alex dalam hati.“Na…” panggil Alex hati-hati.“Na, apa aku ada berbuat salah?” tanya Alex sambil memegang lembut tangan istrinya.Merasa tangannya sedang dipegang, Anna menoleh ke Alex dengan bibir yang mengerucut.“Ahhh, istriku sedang manja ternyata. Syukurlah dia tak benar-benar marah,” batin Alex.“Ada apa istriku? Kenapa kau tiba-tiba tak ingin kusentuh?” tanya Alex sembari mengambil tangan Anna untuk meraba pipinya sendiri.“Aku tak suka dengan titahmu yang meminta dokter Raymond untuk mengobati Daisy terlebih dahulu. Meski aku mengerti dia memang prioritas jika dibandingkan dengan kondisiku. Bila berada di posisimu mungkin saja aku melakukan hal yang sama. Namun tetap saja aku tak suka,&rdqu
“Kau benar, dia sedikit mirip ayah. Serta benar-benar mewarisi paras rupawan keluarga raja. Cukup dengan wajah itu saja, dia bisa meracuni seseorang,” ucap Sean.Dante tak mengerti apa yang atasannya itu maksud. Bagaimana bisa wajah meracuni seseorang?“Aku akan menghubungi ayah,” lanjut Sean.Sean memasukkan sihir ke dalam batu sihir yang ada di depannya.“Kau pasti memiliki sesuatu yang menarik hingga mengharuskanmu menghubungiku di waktu aku bekerja,” ucap Karl von Nottenhem dari layar yang ditampilkan oleh batu sihir Sean.Dante yang berdiri di belakang Sean hanya menunduk untuk memberi hormat kepada Rajanya.“Kau bisa keluar sekarang,” perintah Sean pada Dante.“Baik, Yang Mulia,” jawab Dante.Sekali lagi, pria itu membungkuk dan berjalan keluar kamar.“Ayah, apa anda berselingkuh?” tanya Sean langsung ke inti permasalahan.Karl mengernyi
Catherine pun menyingkirkan cangkir teh yang sedang dipegang Karl. Kemudian, ia dengan santai duduk di atas pangkuan suaminya. Dengan wajah datar, Karl menatap wajah istrinya dengan saksama. “Kau belum menjawab pertanyaanku semalam, mengapa kau masuk ke kamar dan menyerangku hingga dini hari? Bukankah aku sudah bilang padamu anak kita cukup lima saja?” ujar Catherine sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Karl dan menatap tepat di kedua bola mata suaminya itu. “Ada tangan menjijikan yang menyentuhku. Tentu saja harus kubersihkan.” Catherine langsung mengerti apa yang dimaksud suaminya, ada pekerja wanita rendahan yang merayunya kemarin. “Bagaimana jika benar bahwa ratu kerajaan naga adalah putriku?” tanya Karl sambil memegang pipi istrinya. “Tentu akan ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan, meskipun aku yakin 100% bahwa dia bukanlah putrimu,” jawab Catherine santai. “Mengapa kau begitu yakin?” tanya Karl mengernyitkan dahi. "Hmmm, firasat seorang istri?" "Catheri
“Hubungan antar-keluarga kerajaan satu dengan kerajaan lain atau antara keluarga kerajaan dengan bangsawan,” jawab Chloe. “Benar sekali! Jika salah satu bukan bangsawan, tidak akan bisa mendapat kekuatan sebesar itu. Di kerajaan ini, kira-kira siapa yang berani mencari masalah denganku?” gumam Catherine sambil berpikir. Kemudian, Catherine menyeringai. Chloe yang sedang berdiri berhadapan dengan Catherine hanya bisa bergidik ngeri. Meski sudah lama bekerja untuk Catherine, Chloe masih tetap tidak terbiasa dengan tingkah atasannya. “Lanjutkan pekerjaanmu. Aku akan mandi terlebih dahulu sebelum mulai bekerja,” ucap Catherine pada Chloe. “Baik, Yang Mulia,” jawab Chloe membungkuk. Catherine berjalan keluar dari ruang kerjanya. Rasanya, udara di ruang kerja Catherine terasa lebih segar saat sang ratu keluar. *** Dokter Raymond hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskan kembali dengan kasar. Tangis Clara Justin kembali pecah melihat ekspresi wajah dokter Raymond. “Da..Daisy…
“Brrraaakkk!!” Begitu sampai di ruang kerja Alex, Clara Justin langsung membuka pintu dengan kencang. Alex sedikit terkejut saat pintunya didobrak. “Yang Mulia, anda harus menugaskan dokter Raymond untuk sepenuhnya merawat Daisy,” ucap Clara Justin tanpa sapaan, tanpa basa-basi. “Dokter Raymond memiliki pasien-pasien lain juga termasuk istriku, kurasa pasien lain juga tidak kalah penting untuknya. Mengapa aku harus meminta dokter Raymond untuk merawat anakmu saja Marchioness?” tanya Alex melepaskan pena bulu yang sedang ia genggam. Kemudian, pria itu menopang dagu dengan kedua tangannya. Sekarang ia dapat melihat wajah Clara Justin yang berantakan dengan jelas. “Tentu saja karena Daisy kritis, Yang Mulia. Bukankah pasien kritis harus didahulukan?” “Apakah menurutmu aku akan memenuhi permintaanmu itu? Jika saja dia tidak mengusik Anna, bisa saja aku mengabulkannya. Menurutmu aku akan bermurah hati pada orang yang mengincar nyawa istriku
Julie terkejut mendengar Alex berteriak. Dia dan Anna kini sudah berada di depan ruang kerja Alex. Menjadi pengawal Alex sedari kecil membuat Julie cukup mengetahui bahwa pria itu hampir tak pernah berteriak. Hanya ada satu pengecualian, ialah saat Alex memimpin pasukan. “Bawa aku masuk,” perintah Anna pada Julie. Julie terdiam sejenak. “Dia akan lebih menakutkan jika dibiarkan lebih lama,” kata Anna. Setelah terdiam beberapa saat, Julie akhirnya mendorong kursi roda Anna untuk masuk ke dalam. “Ada apa ini?” tanya Anna pelan. Dia masih belum bisa mengeluarkan suara dengan lantang. “Annaaaa, mengapa kau ada di sini?” Mendengar suara lemah Anna membuat fokus Alex beralih ke sumber suara. Alex juga langsung menghampiri istrinya. “Marchioness mampir ke ruang perawatanku tadi. Aku hanya menebak kemana beliau berlari, ternyata benar kemari,” ucap Anna. Anna diam menatap Marchioness. Ia menarik nafas dalam lalu
Karl agak keberatan dengan opini Alex. Akan tetapi, Karl coba mengukur pertempuran terakhir pasukannya dengan pasukan duyung."Kekuatan prajurit biasa sudah bertambah sekiranya tiga kali lipat. Satu kali pembasmian bisa menghabisi satu negara. Prajurit biasanya sudah jauh di atas prajurit-prajurit kami. Apa jangan-jangan kemampuan prajurit biasa mereka setara dengan wakil komandan?" ucap Karl dalam hati."Aku rasa hal itu tidak perlu, raja naga," ucap Jacob menyuarakan pendapatnya.Raja gurita juga kurang setuju dengan Alex."Meski kemampuan mereka berkembang, aku rasa tidak sampai berlebihan seperti itu," lanjut Jacob lagi.Tanpa bermaksud meremehkan lawan, Jacob hanya berpikir mereka mungkin tidak harus terlalu takut pada pasukan duyung saat perang. Mereka bisa menyelesaikan perang dengan cepat karena tiga kerajaan bergabung. Tak perlu sampai yang terkuat untuk turun secara bersamaan di medan perang.Noah memandang Jacob dan kemudian menol
"Apa kau sudah mengabari Noah?" tanya Karl pada Fredrick, ajudannya.Fred terlihat gugup. Ia ragu untuk menyampaikan jawabannya."Grand Duke memberi kabar bahwa beliau tidak bisa hadir, Yang Mulia," jawab Fredrick berusaha tenang.Wajah Karl merah padam mendengar jawaban Fred, "Kali ini apa? Apa yang membuat dia tidak bisa menghadiri rapat penting ini?"Gigi Karl bahkan gemeretak karena sangat marah, "Berani-beraninya Noah!""Cepat perintahkan dia kemari sekarang juga!" bentak Karl dengan suara sekecil mungkin."Ratu naga, sedang tidak sadarkan diri, Yang Mulia."Karl diam sebentar untuk mencerna informasi. Jujur saja, ia nyaris lupa dengan kondisi Anna mengingat Alexander yang merupakan suaminya hadir di rapat ini."Dunia tempat kita tinggal bisa hancuuurrr, apa yang lebih penting dari itu..." bisik Karl pada Fredrick.Kini Karl mengerti situasinya, Noah memang tidak akan menjadikan putrinya nomor dua lagi.Sialn
"Akan saya laksanakan, Yang Mulia," jawab Dale.Dale terlihat seperti menunggu perintah selanjutnya."Akan sangat membantu jika bisa membuat senjata. Prajurit biasa tidak perlu menghadapi duyung secara langsung," batin Alex."Batu perekam terlebih dahulu. Saat kebutuhan batu perekam sudah terpenuhi, lanjutkan pembuatan senjata. Tak perlu terlalu dipaksa, namun berusahalah semaksimal mungkin.""Apa anda bermaksud menggunakan senjata agar tidak perlu berhadapan langsung dengan Steven?" tanya Dale hati-hati."Bukan aku, tapi para prajurit biasa. Prajurit biasa kita dan prajurit duyung biasa, kemampuannya kini sudah jelas berbeda. Dengan senjata, aku berharap korban jiwa dapat berkurang. Mereka juga punya keluarga yang menanti kepulangan mereka."Mendengar itu, semua yang ada di ruangan terdiam. Perang dan korban jiwa memang sudah tidak bisa dihindari.Satu hal yang mereka ketahui, Alex banyak meminta barang-barang yang ada di dunia manus
"Arabella... adalah keturunanku..."Amrita dan Margareth mulai berpikir bahwa rumor Alexander selingkuh hingga punya anak itu benar.Hanya saja, mereka tak berani bersuara. Benjamin yang dengan cepat menyadari kesalahpahaman itu langsung menginterupsi Alex."Yang Mulia, sepertinya anda mengatakan hal yang bisa membuat para dayang salah paham," ucap Benjamin sedikit tertawa.Alex mengernyitkan dahi, "Apa maksudmu, Benjamin?""Maksud Yang Mulia Raja, putri Arabella memang keturunan raja naga laut. Hanya saja, bukan dari Yang Mulia Raja, melainkan putri Elena," Benjamin memperjelas maksud ucapan Alex sebelumnya.Mendengar itu, Margareth dan Amrita tak bisa menahan ekspresi wajah mereka lagi.Bagaimana bisa putri Elena memiliki seorang anak?Alex baru paham yang Benjamin maksud, tapi ia tak punya banyak waktu sekarang."Aku tak punya cukup waktu untuk menjelaskan. Intinya kalian berdua harus menjaga Arabella. Arabella adalah
"Apa kita tidak bisa memindahkan arena perang? Bagi manusia, serangan kita cukup dahsyat. Saya tidak yakin bahwa kita bisa menghentikan pasukan duyung tanpa merusak bumi," ucap Benjamin.Kondisi Benjamin sekarang cukup berantakan. Rambut yang tidak terurus, ikat pinggang tidak sinkron, bahkan ia salah memakai kaos kaki. Kaki kiri dengan kaos kaki hitam, sementara kaki kanan dibiarkan tidak ada kaos kaki.Sejenak Alex berpikir apakah Benjamin sedang mencoba model fashion baru saat disambut tadi. Akan tetapi ia urungkan niatnya untuk berkomentar setelah melihat kantung mata Benjamin yang besar."Kita bisa menjebak Steven untuk masuk ke dalam portal. Isaac bisa memprovokasi para pasukan untuk ikut masuk ke dalam portal yang terhubung dengan dunia kita," usul Alex.Mendengar itu, Isaac tersenyum. Otaknya mulai memikirkan beragam strategi yang mungkin bisa dijalankan.Batu komunikasi yang Alex miliki bersinar terang. Sudah pasti Karl, Brent atau Jacob y
"Tadi.... Tadi aku mendengar suara kakakku lagi..." jawab Steven berusaha tenang. Semua itu terjadi begitu cepat hingga ia meragukan dirinya sendiri."Apakah aku sedang berhalusinasi?" pikir Steven.Steven berusaha mengatur nafas dan kemudian menceritakan mimpinya pada Abigail dan Spitz, kecuali bagian ia dihajar oleh kakaknya habis-habisan.Tidak lupa dengan suara petir yang baru saja ia dengar."Ini... Ini adalah buktinya," ucap Steven menunjukkan kedua tangannya yang sudah bersih dari tanda kutukan itu. Steven berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua yang ia alami bukan hanya mimpi belaka.Abigail dan Spitz tak bisa mengatakan raja mereka berkhayal, bukti yang ia tunjukkan sudah memperjelas semuanya.Mereka berdua masih berusaha untuk mencerna penjelasan Steven. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sudah sejak lama kerajaan duyung mempelajari sihir hitam dan meneliti cara menyembuhkan efek kutukan.Namun tetap saja nihil
Alex merasa hatinya itu amat perih. Sembari tersenyum getir, ia menganggukkan kepalanya pelan.Pria itu pun mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, "Baiklah."Setelah berpamitan pada Noah, mereka bertiga berenang naik ke atas kolam.Kini hanya ada Noah dan Anna di kolam luas ini. Noah duduk bersila dan mengamati putrinya yang tertidur itu. Ia terus memandang Anna tanpa sekalipun mengedipkan mata."Aku... baru tahu kalau aku memiliki anak. Seorang anak perempuan cantik yang bahkan tidak mirip denganku, haha..."Noah tertawa getir."Namun jelas sekali Dewi ingin mempertemukan kita. Sulit sekali menemukan dua orang dengan tanda lahir sama. Kita... ditakdirkan untuk bertemu sebelum ajal menjemputku."Noah meraba tanda lahirnya dan tersenyum pedih."Aku pikir aku akan menghabiskan waktu yang membosankan di dalam mansion hingga akhir hayat. Mati dalam kesepian. Tak terhitung banyaknya aku menyerah akan hidupku. Namun, setiap aku men
"Apa kita bisa mulai pengobatannya hari ini?" tanya Alex pada Nancy.Alex terlihat tidak sabar. Dia bahkan sempat berpikir apapun akan ia setujui asal Anna bisa segera sembuh."Tentu bisa, Yang Mulia," ucap Nancy sembari mengangguk.Anna pun menoleh pada Alex dan Nancy bergantian, "Apa yang harus kulakukan?""Anda harus bersemedi di kolam selama tiga jam setiap hari dimulai hari ini. Setelah itu, saya akan memeriksa anda terlebih dahulu sebelum anda bisa mulai beraktivitas seperti biasa, Yang Mulia," jelas Nancy singkat.Nancy Graham setiap hari akan mengunjungi mansion Hillary melalui portal. Alexander sudah berkoordinasi dengan Benjamin tentang penugasan penyihir portal kerajaan mereka."Semedi? Aku harus duduk bersila dan memejamkan mata?" batin Anna.Terlihat raut bingung di wajah pucat Anna."Bersemedi? Semedi seperti apa yang anda maksud? Di atas air? Atau aku harus menenggelamkan diri di dalam air?" tanya Anna.An
Para hiu langsung menghilang dan Anna langsung terbangun."Uwwaaahhhhhhh...""Haaaahhh....""Haaaahhhhh...'"Haaahhhhhhhh..."Nafas Anna terengah-engah dan kondisi Anna masih buruk seperti biasanya."Mimpi apa aku tadi.." gumam Anna berusaha mencerna situasi.Anna mengatur nafas dan berusaha mengingat apa yang terjadi di dalam mimpinya itu. Ia bisa mengingat sedikit mimpinya itu, hanya saja kepalanya terasa sangat sakit setiap kali coba untuk mengingat."Aku benar-benar bisa ambruk jika terus seperti ini," gumam Anna lagi.Anna merasa ada yang aneh itu meraba dahinya."Handuk basah? Pantas saja dahiku berat. Kurasa tubuhku sedikit lebih baik dari sebelum tidur.""Meski masih tetap saja sakit, cih..."Anna melirik sebelah tempat tidurnya yang kosong. Ia meraba bantal dan ranjang sedikit lama.Dingin.Bibir Anna mengerucut, "Apa dia tidak tidur di sini?"Anna yang merasa kecewa lan