“Ada apa ini?” tanya Alex begitu memasuki ruang perawatan. Setelah sadar, Anna yang semula berada di ruang perawatan bersama pasien-pasien lain dipindahkan ke ruang perawatan pribadi sehingga tak ada pasien lain yang terlihat.
Dilihatnya Anna sedang duduk di tempat tidur dengan wajah yang sangat lelah, dengan Marchioness Justin yang sedang ditahan oleh suaminya dan juga Diego.
“Maafkan kami Yang Mulia, kami akan kembali ke ruang perawatan putri kami sekarang,” ucap Albert Justin masih memegangi istrinya.
“Apa? Kembali? Aku tidak akan kembali jika dokter Raymond tidak ikut dengan kita sekarang!” teriak Clara Justin.
“Saya akan kesana setelah selesai memeriksa Yang Mulia Ratu, nyonya. Untuk sekarang mohon nyonya kembali ke ruangan nona Justin terlebih dahulu,” kata dokter Raymond sabar.
Margareth yang ada di sana sudah habis kesabaran. Hampir saja ia mengatakan hal yang tidak sepantasnya pada bangsawan
Alex kaget sekali mendengar perkataan Anna. Anna sendiri memalingkan wajahnya, tak ingin melihat sang suami."Tunggu... tunggu... Apa kesalahan yang telah kuperbuat???!!!" teriak Alex dalam hati.“Na…” panggil Alex hati-hati.“Na, apa aku ada berbuat salah?” tanya Alex sambil memegang lembut tangan istrinya.Merasa tangannya sedang dipegang, Anna menoleh ke Alex dengan bibir yang mengerucut.“Ahhh, istriku sedang manja ternyata. Syukurlah dia tak benar-benar marah,” batin Alex.“Ada apa istriku? Kenapa kau tiba-tiba tak ingin kusentuh?” tanya Alex sembari mengambil tangan Anna untuk meraba pipinya sendiri.“Aku tak suka dengan titahmu yang meminta dokter Raymond untuk mengobati Daisy terlebih dahulu. Meski aku mengerti dia memang prioritas jika dibandingkan dengan kondisiku. Bila berada di posisimu mungkin saja aku melakukan hal yang sama. Namun tetap saja aku tak suka,&rdqu
“Kau benar, dia sedikit mirip ayah. Serta benar-benar mewarisi paras rupawan keluarga raja. Cukup dengan wajah itu saja, dia bisa meracuni seseorang,” ucap Sean.Dante tak mengerti apa yang atasannya itu maksud. Bagaimana bisa wajah meracuni seseorang?“Aku akan menghubungi ayah,” lanjut Sean.Sean memasukkan sihir ke dalam batu sihir yang ada di depannya.“Kau pasti memiliki sesuatu yang menarik hingga mengharuskanmu menghubungiku di waktu aku bekerja,” ucap Karl von Nottenhem dari layar yang ditampilkan oleh batu sihir Sean.Dante yang berdiri di belakang Sean hanya menunduk untuk memberi hormat kepada Rajanya.“Kau bisa keluar sekarang,” perintah Sean pada Dante.“Baik, Yang Mulia,” jawab Dante.Sekali lagi, pria itu membungkuk dan berjalan keluar kamar.“Ayah, apa anda berselingkuh?” tanya Sean langsung ke inti permasalahan.Karl mengernyi
Catherine pun menyingkirkan cangkir teh yang sedang dipegang Karl. Kemudian, ia dengan santai duduk di atas pangkuan suaminya. Dengan wajah datar, Karl menatap wajah istrinya dengan saksama. “Kau belum menjawab pertanyaanku semalam, mengapa kau masuk ke kamar dan menyerangku hingga dini hari? Bukankah aku sudah bilang padamu anak kita cukup lima saja?” ujar Catherine sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Karl dan menatap tepat di kedua bola mata suaminya itu. “Ada tangan menjijikan yang menyentuhku. Tentu saja harus kubersihkan.” Catherine langsung mengerti apa yang dimaksud suaminya, ada pekerja wanita rendahan yang merayunya kemarin. “Bagaimana jika benar bahwa ratu kerajaan naga adalah putriku?” tanya Karl sambil memegang pipi istrinya. “Tentu akan ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan, meskipun aku yakin 100% bahwa dia bukanlah putrimu,” jawab Catherine santai. “Mengapa kau begitu yakin?” tanya Karl mengernyitkan dahi. "Hmmm, firasat seorang istri?" "Catheri
“Hubungan antar-keluarga kerajaan satu dengan kerajaan lain atau antara keluarga kerajaan dengan bangsawan,” jawab Chloe. “Benar sekali! Jika salah satu bukan bangsawan, tidak akan bisa mendapat kekuatan sebesar itu. Di kerajaan ini, kira-kira siapa yang berani mencari masalah denganku?” gumam Catherine sambil berpikir. Kemudian, Catherine menyeringai. Chloe yang sedang berdiri berhadapan dengan Catherine hanya bisa bergidik ngeri. Meski sudah lama bekerja untuk Catherine, Chloe masih tetap tidak terbiasa dengan tingkah atasannya. “Lanjutkan pekerjaanmu. Aku akan mandi terlebih dahulu sebelum mulai bekerja,” ucap Catherine pada Chloe. “Baik, Yang Mulia,” jawab Chloe membungkuk. Catherine berjalan keluar dari ruang kerjanya. Rasanya, udara di ruang kerja Catherine terasa lebih segar saat sang ratu keluar. *** Dokter Raymond hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskan kembali dengan kasar. Tangis Clara Justin kembali pecah melihat ekspresi wajah dokter Raymond. “Da..Daisy…
“Brrraaakkk!!” Begitu sampai di ruang kerja Alex, Clara Justin langsung membuka pintu dengan kencang. Alex sedikit terkejut saat pintunya didobrak. “Yang Mulia, anda harus menugaskan dokter Raymond untuk sepenuhnya merawat Daisy,” ucap Clara Justin tanpa sapaan, tanpa basa-basi. “Dokter Raymond memiliki pasien-pasien lain juga termasuk istriku, kurasa pasien lain juga tidak kalah penting untuknya. Mengapa aku harus meminta dokter Raymond untuk merawat anakmu saja Marchioness?” tanya Alex melepaskan pena bulu yang sedang ia genggam. Kemudian, pria itu menopang dagu dengan kedua tangannya. Sekarang ia dapat melihat wajah Clara Justin yang berantakan dengan jelas. “Tentu saja karena Daisy kritis, Yang Mulia. Bukankah pasien kritis harus didahulukan?” “Apakah menurutmu aku akan memenuhi permintaanmu itu? Jika saja dia tidak mengusik Anna, bisa saja aku mengabulkannya. Menurutmu aku akan bermurah hati pada orang yang mengincar nyawa istriku
Julie terkejut mendengar Alex berteriak. Dia dan Anna kini sudah berada di depan ruang kerja Alex. Menjadi pengawal Alex sedari kecil membuat Julie cukup mengetahui bahwa pria itu hampir tak pernah berteriak. Hanya ada satu pengecualian, ialah saat Alex memimpin pasukan. “Bawa aku masuk,” perintah Anna pada Julie. Julie terdiam sejenak. “Dia akan lebih menakutkan jika dibiarkan lebih lama,” kata Anna. Setelah terdiam beberapa saat, Julie akhirnya mendorong kursi roda Anna untuk masuk ke dalam. “Ada apa ini?” tanya Anna pelan. Dia masih belum bisa mengeluarkan suara dengan lantang. “Annaaaa, mengapa kau ada di sini?” Mendengar suara lemah Anna membuat fokus Alex beralih ke sumber suara. Alex juga langsung menghampiri istrinya. “Marchioness mampir ke ruang perawatanku tadi. Aku hanya menebak kemana beliau berlari, ternyata benar kemari,” ucap Anna. Anna diam menatap Marchioness. Ia menarik nafas dalam lalu
Lucy mengangguk pasrah. Wajah lelah seketika menghampiri Victoria. “Berarti aku harus bersiap untuk kerja hingga larut malam membersihkan pecahan kaca,” gumam Victoria. Lucy hanya menepuk-nepuk pundak Victoria pelan dan berjalan ke dapur untuk mengambil teh. Di tengah jalan, Lucy terhenti. Pemandangan taman kediaman Hillary di sore hari memang sangat indah. Bunga-bunga tumbuh dengan indah mengelilingi rumah kaca dan sekitarnya. Di samping itu, pemandangan paling menyejukkan itu tentu saja datang dari tuan rumah itu sendiri, Noah von Hillary. “Lucy!” panggil seseorang sambil menepuk pundak gadis itu pelan. Lucy yang terkejut telah dipanggil itu sedikit meloncat. Ternyata itu Claus, kepala pasukan kesatria Grand Duke Hillary sekaligus tunangannya. “Aaahh ternyata kau. Kau benar-benar membuatku terkejut, hampir saja aku menjatuhkan ini” kata Lucy mengangkat nampan tehnya persis di depan wajah Claus. "Mengapa hari ini banyak sekali hal yang membuatku terkejut," gumam Lucy. “Hehehe,
“Apa maksud anda, Yang Mulia?” tanya Medeline mengernyitkan dahi.Dia benar-benar terkejut mendengar pertanyaan Karl.“Aaahhh, maaf. Duduklah dulu Duchess Hillary,” ucap Karl.Karl sendiri refleks mengatakan itu pada adik iparnya.“Salam pada Yang Mulia Raja,” ucap Grand Duke Valkayr beserta ketiga istrinya saat memasuki ruangan.“Duduklah,” perintah Karl pada mereka berempat.Ketiga istri Grand Duke Valkayr memandang Medeline dengan sinis.“Dia masih diabaikan suaminya,” batin mereka.Setelah pelayan menghidangkan makanan dan minuman yang diperlukan, Catherine meminta mereka semua untuk keluar. Sekarang, yang tersisa di ruangan ini hanya anggota keluarga raja tanpa ada satu pun orang asing.“Pasti kalian bertanya-tanya mengapa aku mengundang kalian ke sini karena aku tak menyebutkan alasannya. Aku akan langsung ke intinya. Sean yang sedang menghadiri rese
Duuuuuaaaarrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Dave dan Julie yang masih memiliki kesadaran penuh itu menyerang Steven dengan tenaga yang tersisa.Duuuaaarrrrr!!!! Duuuuuaaarrrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Beberapa serangan mereka berhasil mengenai Steven hingga pria itu menjatuhkan Anna yang berada dalam genggamannya."Yang Muliaaaaaaa!!!" teriak Julie."SIAL!!" umpat Steven.Julie berusaha bangkit untuk meraih Anna. Namun, Steven yang seolah dirasuki setan menyerang Julie dengan membabi buta."Bangs*******ttttttttttttttttt! Beraninya kau menghalangiku!!" umpat Steven."Berani sekali kau!!""Mati kau!!"Umpatan pria itu sangat kencang hingga membuat penjaga yang tersisa di mansion berlari menghampiri mereka."SIAPA KAU?!" teriak salah seorang prajurit yang baru saja masuk.Prajurit yang masih sangat muda itu tentu saja tidak mengenali raja duyung.Akan tetapi, tanda sihir hitam yang menutupi wajah Steven cu
Usai kepergian Alex, Dave terdiam sejenak dan mengamati betapa kacaunya para wanita yang ada di ruangan ini. Dua pingsan dan satu berlutut ketakutan.Dave mengeluarkan alat komunikasinya dan meminta Julie kembali ke mansion Grand Duke secepatnya."Bangkitlah, tunjukkan padaku letak kamar Yang Mulia Ratu," perintah Dave pada Lucy.Akan tetapi, Lucy masih berlutut dan tertunduk ketakutan.Setelah ini aku tidak akan dibiarkan hidup kan? Aku akan mati kan?Memikirkan itu membuat badan Lucy bergetar hebat."Yang Mulia Raja sudah bilang tidak akan membunuhmu jika kau memberitahu keberadaan Yang Mulia Ratu. Kau sudah memberitahu beliau dan Yang Mulia Ratu ada di sini. Nyawamu aman. Cepatlah berdiri," ucap Dave sambil berjalan menggendong Anna."Kau ikat dan jaga dulu Grand Duchess. Aku akan kembali saat Julie sudah tiba," ucap Dave pada Vincent.Vincent hanya mengangguk dan menjalankan perintah.***Di sepanjang ja
"Kau pergilah terlebih dulu, aku akan menyusulmu nanti," jawab Alex pada prajurit muda yang berlutut di hadapannya itu."Tapi Yang Mulia, anda harus pergi sekarang juga. Kondisi saat ini benar-benar genting," ucap lelaki itu.Lelaki itu benar-benar mengantar nyawanya untuk Alex. Ia benar-benar tidak peduli bahwa Alex akan membunuhnya saat itu juga. Hal terpenting baginya adalah ia harus menyelamatkan kerajaannya."Aku tak peduli segenting apa situasi istanamu sekarang. Karena saat ini, ada hal yang amat penting yang tengah aku kerjakan," ucap Alex.Setelah mendengar itu, sang prajurit muda memperhatikan sekitar. Lucy yang sedang berlutut ketakutan, serta Grand Duchess Hillary yang sudah sekarat."Tapi....." prajurit itu masih saja berniat memaksa Alex pergi."Aku akan pergi setelah urusanku di sini selesai. Sebaiknya kau tunggu atau pergi terlebih dulu. Sekali lagi kau berani membantahku, kau sendiri tau apa yang akan terjadi," jawab Alex.
18+Terdapat adegan kekerasan pada perempuan. Mohon kebijakan dari para pembaca sekalian."Mengapa harus di waktu seperti ini," ucap Noah geram.Noah terlalu familiar dengan hal ini, ketukan pintu yang agresif itu menandakan hal mendesak telah terjadi. Benar-benar di saat yang tidak tepat."Massuuukkkkkk!!" teriak Noah memerintahkan orang itu masuk.Ternyata, orang yang mengetuk adalah salah satu prajurit Karl."Yang Mulia Grand Duke... Haahhh... Haaaahhh..." ucap sang prajurit terengah-engah."Ada apa? Mengapa kau terburu-buru kemari?" tanya Noah kesal. Dia bahkan masih belum menemukan putrinya dan sudah harus mendengar kabar yang tidak diinginkan."Kita... Kerajaan kita diserang oleh para duyung... Yang Mulia Raja meminta anda segera ke sana untuk membantu," ucap prajurit itu."Apa katamu? Duyung? Arrrrggghhhh!! Mengapa harus di saat seperti iniiii!!!!" teri
"Bagaimana perkembangannya, Grand Duke?" tanya Alex pada Noah.Noah masih mencari di sekitar rumah karena ia yakin sekali bahwa pelakunya pasti Medeline dan wanita itu tidak pergi kemana pun.Tidak ada yang mungkin menculik Anna selain wanita itu.Noah langsung memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu. Pria itu bahkan belum sempat untuk tidur."Kau ada di mana istriku?" gumam Alex.Orang pertama yang juga Alex curigai adalah Medeline. Belum sempat Noah menjawab Alex, pria itu langsung pergi mencari Medeline ke ruang kerjanya.Namun belum sampai ke ruang kerja, ia langsung bertemu dengan Medeline."Salam pada Yang Mulia Raja Naga," ucap Medeline sambil membungkuk pada Alex."Di mana istriku?" tanya Alex tanpa basa-basi.Alex berusaha untuk menyembunyikan emosinya."Apa maksud anda, Yang Mulia? Saya tidak mengetahui keberadaan Yang Mulia Ratu," jawab Medeline yang menyembunyikan rasa takutnya.Meski bisa mengontrol ekspresi wajah, Alex tentu tidak dapat mengendalikan aura membunu
Alex diam. Tiga lelaki yang ada di ruangan itu hanya bisa diam. Banyak orang berkata, tidak ada yang bisa menggambarkan rasa sakit seorang ibu saat ditinggalkan oleh anak mereka.Kini sepertinya mereka bertiga mengerti. Rasa sesak dan sakit yang nyonya Ravina rasakan seolah ikut menghujam dada mereka. Vincent bahkan memejamkan matanya sesaat.Mereka membiarkan nyonya Ravina meluapkan air matanya."Jika anda merasa berat, tak masalah jika kita melanjutkan perbincangan kita saat matahari terbit nanti. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?" usul Dave pada Alex saat nyonya Ravina sudah mulai tenang.Alex mengambil tisu di meja yang tidak jauh dari mereka dan memberikannya pada nyonya Ravina."Terima kasih, Yang Mulia," ucap nyonya Ravina dengan suara yang kecil. Nyaris tidak terdengar.Karena Alex tak menjawab, Dave melirik Alex lagi meminta persetujuan.Sejujurnya, Alex tidak sabar. Namun, ia juga tidak bisa egois. Dia punya Anna, seorang
Nyonya Ravina terdiam sejenak."Kau raja naga ternyata," gumam nyonya Ravina."Hormat kepada raja naga," ucap nyonya Ravina sembari menundukkan kepala sebagai tanda memberi hormat."Aku cukup terkejut karena kau tidak mengetahui wajahku," ucap Alex."Wanita tua ini sudah tidak pernah terlibat lagi dengan urusan di luar sana, Yang Mulia. Untuk pertanyaan anda, bagaimana jika kita berbicara di rumah saya saja? Kalian bisa sekalian menginap," ucap nyonya Ravina.Alex diam sesaat dan memandangi sekitar, suasana masih gelap.Dengan kondisi nyonya Ravina yang baru saja pulih, akan lebih nyaman baginya untuk berbincang di tempat yang hangat.Pria itu pun mengalah, "Baiklah, kita akan berbicara di tempat anda nyonya."Kemudian, Dave membantu nyonya Ravina untuk berdiri.***Rumah nyonya Ravina benar-benar terletak jauh di dalam hutan. Tidak ada tanda-tanda makhluk lain yang hidup di sana selain binatang hutan."Melihat keadaan di sini, aku jadi penasaran seberapa luas hutan di dunia kita ini.
"SIAPA ITUUU?" teriak Dave.Mereka bertiga berhasil menghindari serangan tepat waktu.Dduuuuaaaaarrr!! Ddduuuaaarrr!!Namun bukan jawaban yang terdengar, hanya serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi."Aku akan pergi mencari siapa yang menyerang kita," ucap Dave pada Vincent dan Alex.Dave langsung berlari menyusuri pepohonan. Sementara, Alex dan Vincent sibuk bertahan.Dddduuuuuaaarrr!!! Dddduuuuaarrrrr!!!! Dddduuuuuuaaaarrrr!!!!! Ddddduuuuuuaaarrr!!!!Serangan yang mereka dapat itu sangat cepat, kuat dan juga tepat. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang berpengalaman."SIAPA ITU? HEI! KELUARLAH! JANGAN JADI PENGECUT DAN HADAPI KAMI SECARA LANGSUNG!" teriak Dave lagi."HEEEIIIIII!!!!!"Dave benar-benar tak mendapat jawaban apapun. Ia terus berlari di antara suara keras dari serangan-serangan yang datang secara bertubi-tubi."Di mana kau?" gumam Dave.Lama kelamaan Dave sudah tidak lagi be
"Sampai kapan kau akan menghindariku?" tanya Medeline yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja Noah.Terlihat kekecewaan mendalam dari wajah wanita itu. Di samping itu, kantung mata besar dan hitam yang menghiasi wajahnya kian memperburuk penampilan Medeline. Wanita itu tidak tahan lagi karena Noah terus menghindar. Di sisi lain, Noah juga benar-benar tidak ingin berbicara dengan Medeline."Selanjutnya kau wajib mengetuk pintu. Karena ke depannya aku akan kembali menjalankan tugas-tugasku, ruangan ini akan segera ramai," ucap Noah menoleh pada Medeline sebentar.Kemudian, pria itu lanjut membaca berkas yang ada di tangannya.Dalam ruang kerja, Noah tidak sendiri. Ada Oswald di sana yang juga sedang memegang berkas. Pria itu baru selesai memberi laporan pada Noah."Saya permisi, Yang Mulia," ucap Oswald.Oswald langsung pamit pada Noah dan Medeline."Aaahhh, aku tidak menghindarimu. Hanya saja, tidak ada yang harus kita bicarakan," tambah Noah.Mendengar penuturan Noah membuat Medeline be