Aba-aba dari pembawa acara yang sangat kencang itu membuat Anna melepaskan pelukannya dari Alex. Dari semua peserta yang menyelam, pandangan Anna hanya berfokus pada dayangnya, Julie.
“Waaahhhh, ternyata Julie hebat sekali,” kata Anna.
Sekarang Julie berada di urutan kedua. Urutan pertama ditempati oleh pengawal pribadi putra mahkota kerajaan gurita, Leon. Festival olahraga ini tak hanya diikuti rakyat kerajaan naga. Bangsawan atau rakyat kerajaan lain selalu dipersilahkan untuk bergabung dalam festival ini.
“Julie adalah salah satu kesatria terbaik di kerajaan kita,” bisik Alex.
Istrinya yang belum selesai mengagumi labirin mirip sea world, kini dikejutkan dengan kemampuan dayang pribadinya. Otak Anna sedang tak diberi waktu untuk beristirahat.
"Julie adalah kesatria?" tanya Anna tak percaya.
"Tentu saja, apa kau pikir aku akan meletakkan orang-orang yang bahkan tak bisa melindungi istriku? Itu tidak akan te
Daisy Justin sudah memperhatikan pasangan suami istri itu sejak pagi tadi. Tentu saja, hanya rasa cemburu yang gadis itu dapatkan. Semua berawal dari peristiwa sarapan yang sangat Daisy benci.(Kilas Balik Sarapan)“Anda terlihat sangat bahagia pagi ini Yang Mulia,” kata Marchioness Justin pada Alex.“Apa terlihat sejelas itu?” tanya Alex sebelum meminum air putih.“Tentu saja, wajah anda tampak berseri-seri. Saya sampai bertanya-tanya apakah sebentar lagi akan ada hujan bunga,” canda Marchioness Justin.Mendengar candaan Marchioness, para bangsawan yang semula tak terlalu memperhatikan Alex pun menoleh ke arah raja naga.“Mungkin saja memang hujan bunga akan turun,” jawab Alex santai.Alex terus tersenyum dan menoleh ke arah istrinya. Jika saja senyum di bibir dapat melengkung tinggi hingga menggapai mata, bibir Alex pasti sudah menyentuh mata.“Sepertinya mereka berdua sed
“Ayoooo,” jawab Anna bersemangat.Anna pun melepaskan diri dari Alex. Dia juga menggandeng tangan suaminya tanpa malu."Sangat tidak baik untuk jantung jika Anna seperti ini setiap hari," batin Alex.Tempat untuk pertandingan adu sihir pemula dan estafet air ternyata sangat dekat. Anna merasa baru sebentar sekali berjalan, tiba-tiba mereka sudah berada di dalam lapangan tanding."Aku merasa seperti sedang berada di stadion bola," kata Anna sambil memperhatikan sekelilingnya.Lapangan ini terbilang cukup mirip dengan stadion bola meskipun terdapat perbedaan yang mencolok."Kau memang benar. Perbedaannya hanya terletak pada pasir dan kursi," ucap Alex.Di tengah lapangan tidak ada rumput, yang ada hanyalah pasir. Untuk penonton, tidak ada kursi, seluruh penonton akan menyaksikan pertandingan dengan tetap berdiri. Namun, sepertinya kursi tidak menjadi prioritas untuk kenayamanan atau apapun itu, terbukti dari orang-orang yang
Anna hanya bisa berteriak dengan kedua tangan menahan cahaya sihir yang datang untuk mengincar perutnya. Sejujurnya, Anna tidak tahu bagaimana cara menangkis serangan Daisy, monsternya sendiri masih terjebak.“Arrrggghhhhh!!” teriak Anna lagi. Anna benar-benar panik dan takut, serangan yang datang itu terasa sangat menyeramkan.Namun tanpa disangka-sangka, ularnya langsung bisa terlepas dari gurita dan langsung menangkis serangan Daisy.Tangkisan yang dilakukan ular menimbulkan angin yang sangat kencang sehingga Anna terdorong ke belakang.“Ck, sial, aku gagal,” gumam Daisy.Akan tetapi, melihat pandangan Anna yang tertutup oleh angin dan pasir membuat Daisy tersenyum manis.“Seranggg!!” teriak Daisy. Ini adalah kesempatan emas, Anna tak akan bisa berbuat apapun.Daisy pun kembali mengincar perut Anna. Dia menyerang Anna bertubi-tubi. Tak hanya perut, dia mengincar titik vital di tubuh Anna. Daisy b
"Annaaa!!!” teriak Alex panik. Pria itu pun menghentikan kudanya diikuti oleh pengawal dan dayang.“Uuuhhuuuukkkk... Uuuhhhuuukkkk…”Anna lanjut memuntahkan darah. Darah yang Anna keluarkan cukup banyak."Annaaaa!! Annaaaaa!!" teriak Alex panik sambil mengguncang badan istrinya. Setelah menyadari bahwa mengguncang tubuh istrinya itu tidak akan menghasilkan apapun, Alex meluruskan kembali niatnya untuk menuju istana. Anna harus segera mendapatkan perawatan.“Arrrggghhhh! Jalaaaannnnnn!!!” seru Alex memberi perintah pada kudanya.Alex yang panik itu melaju lebih cepat daripada tadi. Dia benar-benar berharap memiliki kemampuan untuk terbang agar bisa tiba di istana lebih cepat. Di belakang, Coutern dan Julie dengan sekuat tenaga mengikuti jejak raja mereka yang sudah melaju di luar batas normal.***“Raayyy… Raymooonnndddd!!!” teriak Alex kesetanan begitu sampai di ruang peraw
Setelah hening beberapa saat, akhirnya Alex membuka suara.“Kau memiliki banyak hal, Lex. Banyak nyawa yang harus kau lindungi di sini,” jawab dokter Raymond.Pria itu berusaha menguatkan hati untuk mengeluarkan kalimat tak berperasaan tersebut.“Aku tahu, Ray. Aku tahu itu,” ucap Alex sambil mengacak-acak rambutnya. Dia benar-benar tak bisa menyembunyikan kesedihan dan kegelisahannya.“Istrimu akan sadar dan sembuh, dia akan kembali padamu.”Raymond sangat tahu bahwa selama ini Alex tak pernah tenang. Duka yang ia alami belum usai. Ratu Jasmine yang terbunuh, disusul oleh kepergian raja Chandra belasan tahun kemudian. Hingga saat ini, putri Elena pun belum diketahui keberadaannya.“Apa menjadi raja berarti aku harus kehilangan keluargaku? Aku benar-benar tak meminta untuk terlahir dengan posisi ini.”Raymond diam. Pria itu tak menemukan kalimat yang tepat untuk menghibur sahabat sekalig
"Sssshhhhh... Hhhuufffff..."Saat ditanya oleh dokter Raymond, tiba-tiba dada Anna terasa sakit.Mendengar rintihan Anna, wajah Alex kembali pucat.“Dada…kaki…” jawab Anna pelan. Dada Anna makin sakit saat mengeluarkan suara.“Untuk yang lain, silahkan keluar sebentar. Saya akan memeriksa Yang Mulia Ratu,” ucap dokter Raymond.Terdengar helaan nafas kecewa dari Margareth.“Baik dokter, kami permisi,” kata Julie bersiap untuk keluar.Julie dan Margareth sedikit menunduk tanda pamit kepada Alex. Sedangkan Alex tetap berdiri di sisi Anna, berseberangan dengan tempat Raymond dan kedua asistennya berdiri.Pria yang belum berganti pakaian itu tetap berdiri tegak dan menatap Raymond dengan tajam tanpa suara seperti anak remaja labil yang sedang protes.Raymond pun tidak kalah tajam menatap Alex untuk menyuruhnya keluar."Rasanya aku bisa mendengar ‘aku tak akan
“Ada apa ini?” tanya Alex begitu memasuki ruang perawatan. Setelah sadar, Anna yang semula berada di ruang perawatan bersama pasien-pasien lain dipindahkan ke ruang perawatan pribadi sehingga tak ada pasien lain yang terlihat.Dilihatnya Anna sedang duduk di tempat tidur dengan wajah yang sangat lelah, dengan Marchioness Justin yang sedang ditahan oleh suaminya dan juga Diego.“Maafkan kami Yang Mulia, kami akan kembali ke ruang perawatan putri kami sekarang,” ucap Albert Justin masih memegangi istrinya.“Apa? Kembali? Aku tidak akan kembali jika dokter Raymond tidak ikut dengan kita sekarang!” teriak Clara Justin.“Saya akan kesana setelah selesai memeriksa Yang Mulia Ratu, nyonya. Untuk sekarang mohon nyonya kembali ke ruangan nona Justin terlebih dahulu,” kata dokter Raymond sabar.Margareth yang ada di sana sudah habis kesabaran. Hampir saja ia mengatakan hal yang tidak sepantasnya pada bangsawan
Alex kaget sekali mendengar perkataan Anna. Anna sendiri memalingkan wajahnya, tak ingin melihat sang suami."Tunggu... tunggu... Apa kesalahan yang telah kuperbuat???!!!" teriak Alex dalam hati.“Na…” panggil Alex hati-hati.“Na, apa aku ada berbuat salah?” tanya Alex sambil memegang lembut tangan istrinya.Merasa tangannya sedang dipegang, Anna menoleh ke Alex dengan bibir yang mengerucut.“Ahhh, istriku sedang manja ternyata. Syukurlah dia tak benar-benar marah,” batin Alex.“Ada apa istriku? Kenapa kau tiba-tiba tak ingin kusentuh?” tanya Alex sembari mengambil tangan Anna untuk meraba pipinya sendiri.“Aku tak suka dengan titahmu yang meminta dokter Raymond untuk mengobati Daisy terlebih dahulu. Meski aku mengerti dia memang prioritas jika dibandingkan dengan kondisiku. Bila berada di posisimu mungkin saja aku melakukan hal yang sama. Namun tetap saja aku tak suka,&rdqu
Duuuuuaaaarrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Dave dan Julie yang masih memiliki kesadaran penuh itu menyerang Steven dengan tenaga yang tersisa.Duuuaaarrrrr!!!! Duuuuuaaarrrrr!! Duuuuuaaarrrrr!!Beberapa serangan mereka berhasil mengenai Steven hingga pria itu menjatuhkan Anna yang berada dalam genggamannya."Yang Muliaaaaaaa!!!" teriak Julie."SIAL!!" umpat Steven.Julie berusaha bangkit untuk meraih Anna. Namun, Steven yang seolah dirasuki setan menyerang Julie dengan membabi buta."Bangs*******ttttttttttttttttt! Beraninya kau menghalangiku!!" umpat Steven."Berani sekali kau!!""Mati kau!!"Umpatan pria itu sangat kencang hingga membuat penjaga yang tersisa di mansion berlari menghampiri mereka."SIAPA KAU?!" teriak salah seorang prajurit yang baru saja masuk.Prajurit yang masih sangat muda itu tentu saja tidak mengenali raja duyung.Akan tetapi, tanda sihir hitam yang menutupi wajah Steven cu
Usai kepergian Alex, Dave terdiam sejenak dan mengamati betapa kacaunya para wanita yang ada di ruangan ini. Dua pingsan dan satu berlutut ketakutan.Dave mengeluarkan alat komunikasinya dan meminta Julie kembali ke mansion Grand Duke secepatnya."Bangkitlah, tunjukkan padaku letak kamar Yang Mulia Ratu," perintah Dave pada Lucy.Akan tetapi, Lucy masih berlutut dan tertunduk ketakutan.Setelah ini aku tidak akan dibiarkan hidup kan? Aku akan mati kan?Memikirkan itu membuat badan Lucy bergetar hebat."Yang Mulia Raja sudah bilang tidak akan membunuhmu jika kau memberitahu keberadaan Yang Mulia Ratu. Kau sudah memberitahu beliau dan Yang Mulia Ratu ada di sini. Nyawamu aman. Cepatlah berdiri," ucap Dave sambil berjalan menggendong Anna."Kau ikat dan jaga dulu Grand Duchess. Aku akan kembali saat Julie sudah tiba," ucap Dave pada Vincent.Vincent hanya mengangguk dan menjalankan perintah.***Di sepanjang ja
"Kau pergilah terlebih dulu, aku akan menyusulmu nanti," jawab Alex pada prajurit muda yang berlutut di hadapannya itu."Tapi Yang Mulia, anda harus pergi sekarang juga. Kondisi saat ini benar-benar genting," ucap lelaki itu.Lelaki itu benar-benar mengantar nyawanya untuk Alex. Ia benar-benar tidak peduli bahwa Alex akan membunuhnya saat itu juga. Hal terpenting baginya adalah ia harus menyelamatkan kerajaannya."Aku tak peduli segenting apa situasi istanamu sekarang. Karena saat ini, ada hal yang amat penting yang tengah aku kerjakan," ucap Alex.Setelah mendengar itu, sang prajurit muda memperhatikan sekitar. Lucy yang sedang berlutut ketakutan, serta Grand Duchess Hillary yang sudah sekarat."Tapi....." prajurit itu masih saja berniat memaksa Alex pergi."Aku akan pergi setelah urusanku di sini selesai. Sebaiknya kau tunggu atau pergi terlebih dulu. Sekali lagi kau berani membantahku, kau sendiri tau apa yang akan terjadi," jawab Alex.
18+Terdapat adegan kekerasan pada perempuan. Mohon kebijakan dari para pembaca sekalian."Mengapa harus di waktu seperti ini," ucap Noah geram.Noah terlalu familiar dengan hal ini, ketukan pintu yang agresif itu menandakan hal mendesak telah terjadi. Benar-benar di saat yang tidak tepat."Massuuukkkkkk!!" teriak Noah memerintahkan orang itu masuk.Ternyata, orang yang mengetuk adalah salah satu prajurit Karl."Yang Mulia Grand Duke... Haahhh... Haaaahhh..." ucap sang prajurit terengah-engah."Ada apa? Mengapa kau terburu-buru kemari?" tanya Noah kesal. Dia bahkan masih belum menemukan putrinya dan sudah harus mendengar kabar yang tidak diinginkan."Kita... Kerajaan kita diserang oleh para duyung... Yang Mulia Raja meminta anda segera ke sana untuk membantu," ucap prajurit itu."Apa katamu? Duyung? Arrrrggghhhh!! Mengapa harus di saat seperti iniiii!!!!" teri
"Bagaimana perkembangannya, Grand Duke?" tanya Alex pada Noah.Noah masih mencari di sekitar rumah karena ia yakin sekali bahwa pelakunya pasti Medeline dan wanita itu tidak pergi kemana pun.Tidak ada yang mungkin menculik Anna selain wanita itu.Noah langsung memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu. Pria itu bahkan belum sempat untuk tidur."Kau ada di mana istriku?" gumam Alex.Orang pertama yang juga Alex curigai adalah Medeline. Belum sempat Noah menjawab Alex, pria itu langsung pergi mencari Medeline ke ruang kerjanya.Namun belum sampai ke ruang kerja, ia langsung bertemu dengan Medeline."Salam pada Yang Mulia Raja Naga," ucap Medeline sambil membungkuk pada Alex."Di mana istriku?" tanya Alex tanpa basa-basi.Alex berusaha untuk menyembunyikan emosinya."Apa maksud anda, Yang Mulia? Saya tidak mengetahui keberadaan Yang Mulia Ratu," jawab Medeline yang menyembunyikan rasa takutnya.Meski bisa mengontrol ekspresi wajah, Alex tentu tidak dapat mengendalikan aura membunu
Alex diam. Tiga lelaki yang ada di ruangan itu hanya bisa diam. Banyak orang berkata, tidak ada yang bisa menggambarkan rasa sakit seorang ibu saat ditinggalkan oleh anak mereka.Kini sepertinya mereka bertiga mengerti. Rasa sesak dan sakit yang nyonya Ravina rasakan seolah ikut menghujam dada mereka. Vincent bahkan memejamkan matanya sesaat.Mereka membiarkan nyonya Ravina meluapkan air matanya."Jika anda merasa berat, tak masalah jika kita melanjutkan perbincangan kita saat matahari terbit nanti. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?" usul Dave pada Alex saat nyonya Ravina sudah mulai tenang.Alex mengambil tisu di meja yang tidak jauh dari mereka dan memberikannya pada nyonya Ravina."Terima kasih, Yang Mulia," ucap nyonya Ravina dengan suara yang kecil. Nyaris tidak terdengar.Karena Alex tak menjawab, Dave melirik Alex lagi meminta persetujuan.Sejujurnya, Alex tidak sabar. Namun, ia juga tidak bisa egois. Dia punya Anna, seorang
Nyonya Ravina terdiam sejenak."Kau raja naga ternyata," gumam nyonya Ravina."Hormat kepada raja naga," ucap nyonya Ravina sembari menundukkan kepala sebagai tanda memberi hormat."Aku cukup terkejut karena kau tidak mengetahui wajahku," ucap Alex."Wanita tua ini sudah tidak pernah terlibat lagi dengan urusan di luar sana, Yang Mulia. Untuk pertanyaan anda, bagaimana jika kita berbicara di rumah saya saja? Kalian bisa sekalian menginap," ucap nyonya Ravina.Alex diam sesaat dan memandangi sekitar, suasana masih gelap.Dengan kondisi nyonya Ravina yang baru saja pulih, akan lebih nyaman baginya untuk berbincang di tempat yang hangat.Pria itu pun mengalah, "Baiklah, kita akan berbicara di tempat anda nyonya."Kemudian, Dave membantu nyonya Ravina untuk berdiri.***Rumah nyonya Ravina benar-benar terletak jauh di dalam hutan. Tidak ada tanda-tanda makhluk lain yang hidup di sana selain binatang hutan."Melihat keadaan di sini, aku jadi penasaran seberapa luas hutan di dunia kita ini.
"SIAPA ITUUU?" teriak Dave.Mereka bertiga berhasil menghindari serangan tepat waktu.Dduuuuaaaaarrr!! Ddduuuaaarrr!!Namun bukan jawaban yang terdengar, hanya serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi."Aku akan pergi mencari siapa yang menyerang kita," ucap Dave pada Vincent dan Alex.Dave langsung berlari menyusuri pepohonan. Sementara, Alex dan Vincent sibuk bertahan.Dddduuuuuaaarrr!!! Dddduuuuaarrrrr!!!! Dddduuuuuuaaaarrrr!!!!! Ddddduuuuuuaaarrr!!!!Serangan yang mereka dapat itu sangat cepat, kuat dan juga tepat. Hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang berpengalaman."SIAPA ITU? HEI! KELUARLAH! JANGAN JADI PENGECUT DAN HADAPI KAMI SECARA LANGSUNG!" teriak Dave lagi."HEEEIIIIII!!!!!"Dave benar-benar tak mendapat jawaban apapun. Ia terus berlari di antara suara keras dari serangan-serangan yang datang secara bertubi-tubi."Di mana kau?" gumam Dave.Lama kelamaan Dave sudah tidak lagi be
"Sampai kapan kau akan menghindariku?" tanya Medeline yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja Noah.Terlihat kekecewaan mendalam dari wajah wanita itu. Di samping itu, kantung mata besar dan hitam yang menghiasi wajahnya kian memperburuk penampilan Medeline. Wanita itu tidak tahan lagi karena Noah terus menghindar. Di sisi lain, Noah juga benar-benar tidak ingin berbicara dengan Medeline."Selanjutnya kau wajib mengetuk pintu. Karena ke depannya aku akan kembali menjalankan tugas-tugasku, ruangan ini akan segera ramai," ucap Noah menoleh pada Medeline sebentar.Kemudian, pria itu lanjut membaca berkas yang ada di tangannya.Dalam ruang kerja, Noah tidak sendiri. Ada Oswald di sana yang juga sedang memegang berkas. Pria itu baru selesai memberi laporan pada Noah."Saya permisi, Yang Mulia," ucap Oswald.Oswald langsung pamit pada Noah dan Medeline."Aaahhh, aku tidak menghindarimu. Hanya saja, tidak ada yang harus kita bicarakan," tambah Noah.Mendengar penuturan Noah membuat Medeline be