Home / CEO / Pengantin Tuan Haidar / Bab 44. Rasa Cinta Atau Rasa Nyaman?

Share

Bab 44. Rasa Cinta Atau Rasa Nyaman?

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2021-03-04 21:58:04

"Anggap aku anakmu," kata Andin pada Bi Susi sembari menyunggingkan sudut bibirnya.

Bi Susi terharu dengan ucapan majikannya. "Nona memang wanita berhati malaikat, semoga Nona selalu diberikan kebahagiaan yang berlimpah, aamiin." Bi Susi mengucap doa dalam hatinya.

"Sekarang Bibi bawa semua makanan ini ke rumah belakang, aku mau masak dulu," kata Andin setelah melepas rangkulan tangannya di lengan Bi Susi.

Andin langsung ke dapur, ia ingin memasak untuk suaminya. Senyum kebahagiaan di wajahnya terus merekah.

"Kenapa gue bahagia banget kayak gini, kayaknya gue udah jatuh cinta sama berondong alot. Wajahnya selalu ada di ingatan gue, bahkan gue lupa sama Roy. Tapi, apa dia juga merasakan hal yang sama," ucap Andin dalam hatinya.

Andin tersadar dari hayalannya. "Bodo amat ah, itu bisa diatur nanti, gue mau masak dulu untuk berondong alot," gumam Andin sembari tertawa pelan.

Bi Susi sej

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
riasani
kok upnya nanggung thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 45. Satu Kecupan

    "Sejak kapan Om ehmm maksudku Boo berdiri di situ?" tanya Andin ketika memutar tubuhnya ia melihat Haidar sedang berdiri sambil menyandarkan tubuhnya pada tembok sambil melipat tangan di depan dada.Haidar memerhatikan istrinya yang sedang narsis di depan cermin sembari menyunggingkan sudut bibirnya."Sejak kamu berbicara pada cermin," kata Haidar sembari tertawa pelan."Aku jadi malu," kata Andin, lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan."Sejak kapan kamu punya malu," cibir Haidar pada istrinya."Astaga, Boo, kamu jahat banget sama aku." Andin mengerucutkan bibirnya."Aku bicara fakta," sahut Haidar sembari menahan senyum."Aku sadar itu ... tapi jangan diperjelas juga," protes Andin terhadap ucapan suaminya."Aku udah lapar, kamu masak sana!" titah Haidar pada istrinya. Ia sengaja mengalihkan pembicaraan supaya Andin tidak memperpa

    Last Updated : 2021-03-04
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 46. Perubahan Sikap Haidar

    "Boleh satu kali lagi?" pinta Haidar sambil menunjuk pipi sebelahnya yang belum dikecup.Andin terkejut mendengar ucapan sang suami. "Aku kira kamu marah," kata Andin sembari tersenyum bahagia. Lebih bahagia lagi dari sebelumnya karena untuk pertama kali sang suami yang meminta cium lebih dulu."Apa mungkin dia juga merasakan apa yang gue rasa? Satu hal yang pasti, sekarang dia nggak pernah kumat lagi." Andin berbicara pada dirinya sendiri di dalam hati.Andin menangkup wajah sang suami. Lalu menghadiahi kecupan di mata, hidung, dan pipi sang suami sampai berkali-kali."Sekarang cepetan makan! Aku masak makanan enak ini khusus untukmu," titah Andin pada suaminya setelah memberi kecupan di wajah sang suami. Andin pun kembali duduk di kursinya.Haidar menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Bisa-bisanya aku berbicara seperti tadi. Bibir dan hatiku udah nggak bisa aku kontrol lagi kalau dekat denga

    Last Updated : 2021-03-05
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 47. Cemburu Artinya Cinta

    “Kenapa dia marah? Apa aku salah kalau aku nggak suka dia masak untuk orang lain?” gumam Haidar sembari menatap sang istri yang sudah pergi menjauh darinya.Haidar bangun dari duduknya, menyusul sang istri yang pergi ke halaman belakang. Ia yakin Andin pasti pergi menemui peliharaan kesayangannya.“Si Brondong alot nyebelin!” teriak Andin saat berada di taman kelinci.Joy dan Nancy yang sedang tidur jadi terbangun karena mendengar teriakan Andin.Andin mendekati Joy dan Nancy. Ia duduk bersila di atas rumput nan hijau. “Maafin aku ya,” kata Andin sembari mengelus-elus punggung Joy dan Nancy.Kedua kelinci peliharaannya memejamkan mata kembali karena merasa nyaman dengan sentuhan tangan Andin.“Kalian tahu nggak, aku lagi sedih nih. Aku butuh temen curhat, apa kalian mau mendengarkan curhatan aku.” An

    Last Updated : 2021-03-05
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 48. Calon Imam

    Andin dan Sisil saling pandang saat mendengar suara yang mereka kenal. Andin dan Haidar menoleh secara bersamaan pada sumber suara. Sisil terlihat salah tingkah dengan kedatangan seseorang yang namanya sudah ia ukir di dalam hatinya.“Abang, tumben ke sini?” tanya Andin pada saudara kembarnya. Ini adalah kali pertama Aldin berkunjung ke rumah suami sang adik.Seseorang itu adalah Aldin, saudara kembarnya Andin. Laki-laki yang begitu manis, walau sikapnya sedingin es, tapi di hati Sisil, Aldin adalah sosok calon imam yang sempurna. Sisil mencintai Aldin dalam diam, ia tidak mau merusak persahabatannya dengan Andin jika ia berhubungan dengan kakak sahabatnya itu.“Kamu susah banget dihubunginnya, Dek. Nenek sakit, manggilin kamu terus,” kata Aldin pada adiknya.Andin langsung bangun dan berdiri. “Nenek sakit apa? Kenapa aku baru dikabari sekarang?” cecar Andin pada a

    Last Updated : 2021-03-05
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 49. Pujaan Hati

    “Ehmm … kamu salah dengar kali,” kilah Sisil pada Aldin yang sedang menunggunya di balik pintu belakang rumah Haidar.“Aku nggak tuli,” kata Aldin pelan tapi penuh penekanan sembari mencondongkan kepalanya ke arah Sisil. Ia tahu kalau dirinyalah yang dimaksud gunung es oleh Sisil.Jantung Sisil terasa berdebar-debar saat wajahnya berada sangat dekat dengan wajah pujaan hatinya. “Biasa aja kali,” kata Sisil sambil mendorong wajah Aldin dengan telapak tangannya. Ia berbuat seperti itu untuk menutupi kecanggungannya.Aldin pun segera pergi dari hadapan Sisil untuk menemui adik iparnya yang berada di ruang keluarga. “Bang, aku pulang dulu ya,” pamit Aldin pada Haidar.Walaupun Aldin kakak ipar Haidar, tapi Aldin tetap memanggilnya abang karena umur adik iparnya yang jauh lebih tua darinya. Ia merasa tidak sopan kalau harus memanggil dengan sebu

    Last Updated : 2021-03-06
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 50. Si Tua Bangka

    “Kenapa? Kamu takut ketahuan kalau kamu hendak ketemuan dengan mantan kekasihmu itu?” tukas Haidar pada Andin. Ia curiga pada istrinya karena tidak mau ia ikut ke rumah orang tuanya.“Kamu kenapa sih, selalu membahas tentang Roy. Susah payah aku melupakannya, tapi kamu selalu membahas Roy dan Roy lagi!” bentak Andin pada suaminya.Andin sangat kesal dengan sikap sang suami karena akhir-akhir ini ia selalu menuduhnya yang tidak-tidak. Kemudian ia berlari keluar rumah dan langsung menancap gas kuda besinya.Haidar segera menyusul sang istri. Ia segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tapi, tetap ia tidak bisa mengejar istrinya. “Kemana dia? Kenapa cepat sekali dia menghilang,” kata Haidar sembari memukul setirnya.Di ujung jalan ia melihat sang istri yang sedang berjongkok di depan kuda besinya.“Sial!” Andin menendang ban motornya yang kempes. “Kenapa lo harus berm

    Last Updated : 2021-03-06
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 51. Tidak Mau Kehilangan

    “Lo pikir dengan menghentikan mobilnya, gue mau ngomong sama lo gitu. Silakan aja mau berhenti sampai kapan pun, gue nggak mau bicara sama lo, dasar Brondong alot, tua bangka, Singa jabrig. Gue juga tahu tujuan lo berhenti di sini.” Andin terus saja mengumpati sang suami di dalam hatinya. Lalu ia memejamkan matanya. “Mending gue tidur,” gumamnya dalam hati.Sudah beberapa menit berlalu, tapi Andin masih diam saja. Haidar membuka matanya karena tidak ada suara dari sang istri. Kemudian ia melirik sang istri yang duduk di sampingnya sedang memejamkan mata. Terdengar dengkuran halus yang menandakan Andin sudah benar-benar tetidur pulas.“Kenapa jadi aku yang dikerjain sama dia,” gumam Haidar sambil mengelengkan kepalanya. Rencanaku gagal total. Kurasa ia sudah tahu tujuanku menghentikan mobil ini. Haidar pun mengaku kalah dengan sang istri. Kemudian ia melajukan kembali mobilnya karena rencananya sudah tidak

    Last Updated : 2021-03-06
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 52. Drama Brondong Alot

    Haidar dengan susah payah memutar kenop pintu sembari menggendong sang istri. Andin yang merasa terusik, akhirnya membuka mata. Ia langsung turun dari gendongan sang suami.“Kenapa turun? Aku gendong lagi ya.” Haidar hendak menggendong Andin. Namun, tangannya ditepis oleh sang istri.“Kenapa? Tanya Haidar sembari menautkan alisnya.“Kamu mau ngebenturin kepalaku lagi,” tuduh Andin dengan sinis. Lalu ia masuk ke dalam sambil menutup pintu dengan keras. Sehingga kening sang suami terbentur daun pintu ketika ia melangkahkan kakinya.“Astaga … dia lebih menyeramkan dari singa lapar kalau lagi marah,” tukas Haidar sembari mengusap-usap keningnya.“Bee, buka dong pintunya,” kata Haidar sembari mengetuk pintu kamar sang istri. “Maafkan aku, Bee.” Haidar terus saja mengetuk pintu kamar sambil memanggil istrinya.“Tuh orang drama banget sih. Pintu ‘kan nggak gue kunci,” kata Andi

    Last Updated : 2021-03-07

Latest chapter

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status