Tari keluar dari kamar mandi setelah sang suami menaruh ponselnya di atas nakas. Tari tidak ingin suaminya merasa malu karena terpergok sedang menciumi layar ponsel.
Wanita cantik itu keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang membungkus tubuh seksinya dari dada hingga setengah paha. Dan handuk kecil yang membungkus rambutnya yang masih basah.
Ia berjalan dengan sangat perlahan menuju ruang ganti sembari menundukkan pandangannya. Tangannya dengan erat memegangi lilitan handuk di dadanya.
Baron tersenyum sembari menggelengkan kepala melihat sang istri yang berjalan sambil mengendap-endap.
"Istriku sangat cantik dan seksi," gumam Baron dengan sangat pelan setelah istrinya masuk ke dalam ruang ganti.
Sudah beberapa menit berlalu, tapi sang istri belum keluar juga dari dalam ruangan itu. Baron kembali melirik jam dinding di kamarnya.
Dua puluh menit sudah istrinya berada di dalam ruang ganti, tapi belum keluar juga yang membuat
Detak jantung wanita cantik yang berbalut gaun transparan terasa lebih cepat, pipinya merona bagai tomat matang. Wanita cantik itu sudah mulai berkeringat dingin karena merasa sangat gugup.Walaupun melakukan hubungan seperti ini bukan lah yang pertama untuk Tari, tapi wanita cantik itu terasa sangat gugup.Kali ini ia akan melakukannya dengan laki-laki yang sudah halal dengannya. Hubungan yang dilakukan bersama pasangan yang sudah halal terasa lebih indah tanpa takut dikejar dosa seumur hidup.Tari memejamkan matanya, ia tidak berani menatap laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu. Walaupun dirinya sangat lelah, tapi ia tidak akan menolak untuk melayani hasrat laki-laki yang sudah halal untuknya.Baron berjalan ke sisi tempat tidur sebelahnya, lalu naik secara perlahan. Ia kembali mendekati istrinya . Laki-laki dingin yang angkuh kini berubah menjadi laki-laki baik dan penuh perhatian.Baron mulai memijat kaki istrinya yang membuat sekujur t
Tari membuka matanya saat sinar mentari masuk melalui celah-celah gorden. Ia tersenyum saat melihat tangan sang suami melingkar di tubuhnya.Wanita cantik itu menoleh ke samping kiri, di mana sang suami terbaring sembari memeluknya dengan erat. Wajah laki-laki yang begitu angkuh, laki-laki yang sangat ia benci karena sikapnya yang semena-mena.Kini laki-laki angkuh itu telah sah menjadi suaminya. Di balik sikapnya yang angkuh ada ketulusan yang tidak semua laki-laki memilikinya. Ia sangat bersyukur memilikinya.Dibelainya wajah tampan itu dengan lembut. "Terima kasih, Suamiku, sudah hadir dalam hidupku. Menerangi hati yang kelam ini, kamu adalah penerang hidupku, selamanya akan menjadi cahaya dalam kegelapan ini. Aku jatuh cinta padamu, Suamiku," gumam Tari dengan sangat pelan. Kemudian, wanita cantik itu mencium kening suaminya dengan mesra.Baron membuka matanya saat bibir lembut sang istri menyentuh kulitnya. "Boleh saya memintanya di sini," ucap Baron
Baron bangun dan terduduk, sehingga Tari duduk di pangkuannya. Laki-laki tampan itu kembali mencium bibir istrinya. Kali ini dia lebih agresif, tangannya menyusup ke dalam gaun tipis itu dan melepas pengait bra berenda berwarna hitam. Gaun tipis itu perlahan ia turunkan, hingga tubuh bagian atas sang istri polos tanpa ada yang menutupi gunung kembar milik istrinya. Perlahan bibir tipis itu mulai menyusuri leher jenjang sang istri. Tangan kekar laki-laki itu meremas bongkahan bemper wanita seksi yang masih terbungkus gaun yang menumpuk di pinggangnya. Tari merasakan panas di sekujur tubuhnya, kemudian tangannya ia lingkarkan di leher sang suami yang membuat gunung kembarnya menyentuh wajah laki-laki tampan itu. Baron meremas gunung kembar sang istri yang terasa penuh di cengkeramannya. Ia menyesapi puncak gunung itu dengan pelan yang membuat Tari mendesah, tubuhnya menggelinjang mendapat serangan mendadak dari laki-laki yang sudah menghalalkannya
Wanita cantik yang terbaring tanpa busana itu terkejut saat sang suami membuka boxernya. Laki-laki angkuh yang kini menjadi suaminya memakai celana dalam berwarna pink. Ingin sekali Tari terbahak-bahak melihat pakaian dalam yang dikenakan sang suami yang dikenal sebagai laki-laki angkuh dan dingin. Laki-laki berkarismatik, tapi memakai celana dalam berwarna pink yang terlihat begitu manis dan manja.“Kenapa kamu menutup mulutmu seperti itu?” tanya Baron kepada sang istri. Laki-laki yang mempunyai tubuh tegap itu menindih tubuh istrinya yang sedang terbaring dalam keadaan polos tanpa busana.Tari membuka tangannya yang menutupi mulut sembari berusaha menahan tawa. “Sayang, boleh aku minta sesuatu?” tanya Tari kepada suaminya. Wanita cantik itu berusaha keras menahan untuk tidak tertawa.Jarak wajahnya dengan wajah sang suami yang sangat tampan itu hanya berjarak beberapa sensti meter saja. Sehingga, embusan napas makhluk tampan itu terasa
“Bang ….” Tari berusaha menjauhkan wajah Baron dari daerah sensitifnya. Wanita itu sudah tidak kuat menahan gejolak kenikmatan yang bertubi-tubi menghantamnya. Namun, laki-laki itu malah lebih rakus menyesapi lembah yang sudah basah itu.“Aargh … Bang … aku nggak bisa menahannya lagi. Lakukan sekarang!” Tari menggelinjangkan tubuh polosnya, kedua paha montok itu menghimpit kepala sang suami yang terbenam di lembah kenikmatan. Tangannya merenggut sprei berwarna putih itu, sehingga ranjang pengantin sudah sangat berantakan.Senjata tumpul milik laki-laki bertubuh tegap itu segera memasuki lembah kenikmatan yang sudah sangat basah. Senjata itu masuk tanpa hambatan karena sudah tidak ada lagi penjaga gawang yang menghalanginya. Walau begitu baik Tari ataupun Baron mereka sangat menikmati hubungan wajib bagi suami isti itu.Baron menghentakkan pinggul maju mundur dengan gerakan yang sangat cepat sembari berpegangan kepada
Tari menggeleng pelan. "Harusnya aku yang minta maaf ... orang pertama yang menyentuhku harusnya kamu, tapi mahkotaku sudah diserahkan kepada laki-laki yang tidak bertanggung jawab," ucap Tari sembari terisak.Wanita cantik yang masih polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh seksinya terus saja menangis dalam dekapan suaminya. Wajahnya ia benamkan di bawah ketiak sang suami."Jangan pernah mengingat laki-laki yang tidak beruntung itu karena telah menyia-nyiakan wanita hebat seperti istri saya ini!" Baron mengusap-usap punggung sang istri yang belum berbusana itu."Aku sudah melupakannya, tapi aku merasa bersalah pada suamiku karena tidak bisa memberikan kesucianku padamu." Tari berucap sambil berurai air mata. Penyesalannya tidak bisa mengembalikan waktu."Kamu wanita suci, wanita yang hebat. Bisa melewati semua cobaan yang belum tentu orang lain sanggup melewatinya jika berada di posisimu. Saya sudah menyukaimu sejak lama, bukan karena cantik a
"Saya tahu itu, tidak ada yang bisa menolak pesona suamimu ini," sahut Baron dengan percaya diri."Astaga! Ternyata si robot kaku ini sangat percaya diri," balas Tari sembari tertawa pelan.Baron pun ikut tertawa mendengar ocehan istrinya. "Sayang, ayo kita mandi, kita lanjut malam saja! Saya sudah lapar, kamu juga pasti lapar 'kan?" Baron membelai pipi mulus sang istri dengan lembut, kemudian mengecup bibir seksi istrinya.Tari mengangguk sambil tersenyum. Ia akan berusaha menuruti semua keinginan suaminya. Kemudian, laki-laki yang masih polos tanpa busana itu segera turun dari tempat tidur, membopong istrinya menuju kamar mandi.Tari melingkarkan tangannya di leher sang suami dan membenamkan wajahnya di ceruk laki-laki tampan itu."Sayang, tolong kamu buka pintunya!" titah Baron pada wanita cantik dalam gendongannya ketika sudah berada di depan pintu kamar mandi.Tari membuka pintu itu dengan pelan, lalu kembali menutupnya setelah mereka m
Baron mengajaknya ke bawah pancuran shower. Mereka kembali menyalurkan hasratnya di bawah guyuran air. Pasangan pengantin itu bercinta untuk yang kedua kalinya di pagi itu setelah sah menjadi suami istri.Setelah selesai menuntaskan hasratnya, pasangan pengantin itu segera membersihkan dirinya. Baron menggendong sang istri setelah selesai mandi.Dengan dibalut handuk berwarna putih, wanita cantik itu bergelayut manja pada suami tercinta. Lelaki yang terlihat lebih segar setelah dua kali sarapan serabi hangat milik sang istri menurunkan istrinya di ruang ganti.Mereka memakai pakaian bersama tanpa ada rasa malu lagi. Setelah selesai berpakaian pasangan pengantin baru itu keluar dari kamarnya sembari bergandengan tangan."Ayah ... Ibu ...." Merry berlari ke arah Ibu dan ayahnya yang baru keluar dari kamar saat anak kecil itu hendak masuk ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar orang tuanya.Baron berjongkok di depan Merry untuk menyejajarkan tingg
Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m
“Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah
“Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr
"Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be
Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den
Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb
"Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa
"Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia
“Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha