Andin menyambut suaminya di teras depan rumahnya. Ia sangat bahagia karena sang suami tidak tergoda dengan wanita cantik dan seksi seperti temannya itu.
"Bee, kamu nunggu aku dari tadi?" Haidar memeluk tubuh sang istri yang semakin seksi menurutnya.
Laki-laki itu langsung melumat bibir sang istri yang semakin menggoda. Andin merangkulkan tangannya di leher sang suami dengan kaki yang sedikit berjinjit.
Ciuman hangat penuh cinta antara dua anak manusia yang tidak mengenal waktu dan tempat. Sang bodyguard yang melihat Tuan dan istrinya bercumbu di depan mereka langsung membalikkan badan membelakangi pasangan panas itu.
"Aku mencintaimu, Bee," ucap Haidar setelah ciuman mereka berakhir. "Sangat mencintaimu. Jangan pernah meragukan cintaku," tutur Haidar yang membuat Andin membulatkan matanya.
'Apa dia tahu kalau cempaka orang suruhanku." Andin bertanya-tanya dalam hatinya.
Haidar mengusap bibir sang istri yang sedikit basah
Haidar dan Andin segera berangkat ke tempat tujuan mereka setelah mencium kedua juniornya yang sedang tertidur."Bee." Haidar menoleh sebentar kepada wanita cantik yang duduk di sampingnya itu. Kemudian, kembali fokus pada kemudinya.'Bilang nggak ya? Kalau nggak bilang, nanti dia tahu dari Baron bagaimana? Laki-laki itu sekarang lebih tunduk pada nyonya mudanya dari pada sama aku,' batin Haidar.Haidar bertanya-tanya dalam hatinya sendiri, apakah dia harus mengatakan tentang sekretaris barunya atau tidak. Kalau sang istri tahu, sekretarisnya cantik dan seksi pasti ibu dua anak itu berpikiran yang macam-macam."Ada apa, Boo?" Andin menoleh pada sang suami, menunggu laki-laki gagah itu untuk melanjutkan ucapannya. "Kenapa kamu diam? Tadi mau bilang apa?"'Aku bilang saja lah,' ucap Haidar dalam hati."Ada apa?" Andin kembali bertanya pada suaminya."Di kantor ada sekretaris baru, pengganti Tari untuk sementara waktu, selagi ia masih cu
"Itu pasti, Sayang." Haidar membelai lembut wajah Andin. Lalu, kembali melajukan kendaraannya menuju butik.Tidak lama kemudian mobil mewah itu sudah sampai di depan butik langganan sang mami. Mobil Baron dan papinya sudah terparkir di parkiran khusus butik itu.Haidar segera turun dari mobil, lalu berjalan bergandengan tangan dengan sang istri yang selalu terlihat cantik walau tanpa riasan di wajahnya."Kalian lama sekali," protes Mami Inggit saat anak dan menantunya baru datang. "Mami udah selesai," lanjutnya."Dia nih, lama jemputnya," tuduh Andin sembari melirik sang suami."Kita abis bercinta dulu, Mi," sahut Haidar asal sembari terkekeh.Andin memukul lengan sang suami dengan keras. "Bohong nggak, Mi," sahut Andin cepat.'Ternyata Tuan Haidar begitu hangat kalau bersama keluarganya,' ucap Tari dalam hatinya sembari tersenyum melihat kehangatan keluarga sang tuan yang ia kenal sebagai bos angkuh dan dingin.Haidar dan Andi
“Ehm ….” Haidar berdehem sembari melirik orang tuanya yang sedang berpelukan dengan mesra. “Kasihan Baron, Pi, kalau dia pengin bagaimana,” ucap Haidar yang membuat Baron dan Tari menundukkan pandangannya.Mami Inggit langsung melepas pelukannya. “Kalau sudah semua, ayo kita makan siang bersama dulu!” ajak Mami Inggit untuk mengalihkan pembicaraan.“Nanti dulu, Mi,” sahut Andin. “Aku mau bikin kebaya yang model lain aja, buat jaga-jaga. Aku nggak bisa ngejamin diriku sendiri, lima hari ke depan apa berat badanku masih stabil atau naik lagi,” ucapnya dengan pelan yang membuat Haidar menahan senyumnya melihat sang istri yang selalu mengkhawatirkan penampilannya.Andin pun segera masuk ke ruang designer lagi, ia meminta dibuatkan baju model lain yang berbeda dengan seragam keluarganya.Setelah selesai ia segera bergabung dengan keluarga dari calon istri Baron dan orang tua suaminya. “Ay
Setelah selesai makan siang, mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Haidar mengantar sang istri pulang, setelah itu ia kembali ke kantor.“Kamu istirahat saja, saya mau ke kantor dulu untuk mengurus pegawai baru yang menggantikan kamu,” ucap Baron pada calon istrinya.“Iya, Bang,” jawab Tari sembari tersenyum.Laki-laki itu pun membalas senyum manis calon istrinya sebelum pergi. Baron segera melajukan kendaraannya untuk mengurus kekacauan di kantor akibat rencana nyonya mudanya untuk menguji kesetiaan sang CEO.Baron segera meluncur ke kantor setelah berpamitan dengan calon istrinya. Di sepanjang perjalanan laki-laki itu terus memikirkan apa yang harus dikatakan pada sang tuan karena ia tidak bisa berbohong terlalu lama pada laki-laki yang sangat dihormatinya itu. Untuk hal ini dirinya harus benar-benar merahasiakan semua rencana sang nyonya muda.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di kantor Mannaf Group. Laki-laki tampan
“Maafkan saya, Tuan,” ucap Baron dengan tulus sembari menundukkan kepalanya.“Kenapa kamu minta maaf?” tanya Haidar lagi. Ia yakin kalau ada yang disembunyikan oleh orang kepercayaan keluarganya itu.“Karena sudah lalai dengan tugas,” jawab Baron dengan jujur karena memang benar itu semua kesalahannya. “Saya tidak menyelidiki dulu latar belakang wanita itu karena terlalu bersemangat menyambut keluarga baru saya.”Ucapan Baron seketika mengurungkan niat Haidar untuk bertanya lebih dalam lagi. CEO tampan itu tidak mau merusak hari bahagia orang yang sangat setia padanya.“Siapkan berkas-berkas untuk meeting nanti!” titah Haidar pada laki-laki yang duduk di hadapannya.“Baik, Tuan.” Baron segera bangun dari duduknya. Lalu, keluar dari ruangan sang tuan.Baron sangat bersyukur kalau sang tuan tidak bertanya lagi tentang sekretaris yang tidak punya etika itu, wanita suruhan n
‘Apa yang terjadi tadi pagi? Apa terjadi sesuatu anatara Tuan dan Cempaka?’ Baron bertanya-tanya dalam hatinya. Ia khawatir sang tuan lepas kontrol, tergoda dengan rayuan wanita suruhan istrinya.“Kenapa kamu diam?” tanya Haidar yang membuat Baron tersadar dari lamunannya.“Tidak apa-apa, Tuan,” jawab Baron dengan cepat.“Apa kamu tahu sesuatu?” tanya Haidar menyipitkan matanya.Haidar jadi semakin curiga pada laki-laki yang ia percaya sepenuhnya itu. Laki-laki tampan yang sedang duduk sembari memerhatikan asistennya itu semakin yakin kalau ada yang disembunyikan oleh Baron.“Tidak, Tuan. Saya hanya khawatir kalau tuan ….” Baron tidak jadi melanjutkan kata-lkatanya karena takut kalau rahasia sang nyonya terbongkar.Baron berusaha tetap tenang menghadapi tuannya supaya sang tuan tidak curiga. Ia harus mengalihkan pembicaraan untuk menghindari sang tuan bertanya banyak te
Andin tertawa pelan saat ia sadar ternyata bajunya belum dikancingkan setelah menyusui anaknya. Ia buru-buru menelpon sang suami supaya Haidar bisa bercengkrama dengan anaknya walau hanya melalui ponsel saja.Mereka tidak mau sang anak merasa kehilangan sosok daddy-nya yang selalu sibuk bekerja. Sebisa mungkin mereka menyempatkan untuk berkomunikasi di sela-sela jam kerja Haidar yang padat, semenjak perusahaannya semakin maju pesat."Maaf, Boo, aku sengaja," ujar Andin sembari terkekeh. Lalu, mengancingkan bajunya dengan satu tangan karena tangan yang satunya lagi sedang menggendong sang bayi."Dasar bidadari mesum," ucap Haidar sembari tersenyum. "Siap-siap menerima hukuman nanti malam."Bagaimana bisa ia berpaling dari sang istri kalau wanita cantik dan seksi itu selalu membuatnya berhasrat. Hanya melihat gunung kembarnya saja, sang jagoan Haidar sudah terbangun.Wanita cantik yang semakin seksi itu selalu melayani sang suami dengan b
Setelah selesai meeting dengan kliennya dari luar kota di restoran ternama, restoran milik keluarga sang istri, Haidar dan Baron kembali ke kantor.Diperjalanan menuju kantor, Haidar kembali bertanya tentang rekaman CCTV di ruangannya."Apa semua rekaman di ruangan saya tadi pagi sudah dihapus?" tanya Haidar pada Baron yang sedang mengemudikan mobil mewahnya."Sudah, Tuan," jawab Baron dengan cepat."Kamu yakin tidak menyimpannya untuk kamu berikan pada nyonya mudamu?" tanya Haidar pada sang asisten.Laki-laki tampan yang menggunakan setelan jas berwarna hitam itu sudah tahu kalau sang asisten lebih tunduk pada istrinya."Tidak, Tuan," jawab Baron dengan yakin. 'Kenapa Tuan berbicara seperti itu? Apa dia tahu kalau Cempaka adalah wanita suruhan Nyonya?' Baron bertanya-tanya dalam hatinya."Aku tidak yakin," sahut Haidar sembari menarik satu sudut bibirnya.Baron masih bersikap tenang walau dalam hatinya ia merasa kh