Baron dan keluarga calon istri telah sampai di kediamannya. Pagi ini mereka pindah ke rumah Baron, di mana resepsi pernikahan mereka akan dilangsungkan dalam beberapa hari lagi.
“Ayah, rumah ini gede banget.” Merry berlari masuk ke dalam rumah mewah itu. “Aku sangat suka rumah ini,” ucapnya dengan senyum yang mengembang sempurna di wajah polosnya.
“Ini rumahmu juga, Nak,” sahut laki-laki yang menenteng koper milik anaknya dan sang istri.
Kedua pelayan di rumah itu langsung menghampiri tuannya dan meyambut penghuni baru rumah mewah itu.
“Biar saya yang bawa, Tuan.” “Pak Edi, seorang pelayan yang berusia hampir setengah abad itu menghampiri tuannya.
Baron menyerahkan dua koper itu kepada Pak Edi. “Tolong taruh di kamar Merry!” titahnya kepada pelayan itu.
“Baik, Tuan,” jawab Pak Edi.
Sementara istrinya yang juga bekerja di rumah itu membawakan koper calon mert
Tari tersenyum manis pada calon suaminya itu. Ia merasa tidak enak hati sudah berburuk sangka pada calon suaminya. "Maaf, aku sudah berpikir jelek tentang kamu," ucap Tari pada Baron."Tidak apa-apa, saya yang kurang lengkap menginformasikannya," ujar Baron membalas senyum calon istrinya.'Informasi apa? Ya ampun kenapa ngomong sama aku aja, masih seformal itu,' ucap Tari dalam hati sembari menatap lekat calon suaminya."Silakan kamu istirahat dulu! Dua jam lagi kita pergi ke butik langganan Nyonya besar," ucapnya. Kemudian, keluar dari kamar calon istrinya yang akan menjadi kamar mereka bersama setelah menikah nanti.Setelah calon suaminya keluar dari kamar, Tari segera membuka koper dan menaruh baju-bajunya di tempat tidur. Sebelum dimasukan ke dalam lemari baju yang ada di ruang ganti."Apa dia juga seformal itu kalau ngomong sama temennya sendiri? Berasa orang penting kalau dia ngomong kayak gitu. Aku 'kan jadi canggung nyahutnya," gumam Tari s
Setelah selesai mengerjakan kerjaannya. Haidar segera membereskan meja kerjanya, bersiap menjemput sang istri untuk melakukan fitting baju di butik langganan sang Mami.Haidar menoleh pada meja kerja sekretaris barunya sebelum meninggalkan kantor.Cempaka langsung berdiri, lalu menundukkan kepalanya ketika tahu sang tuan sedang memerhatikannya.Pakaian wanita seksi itu sudah rapi, tidak seperti tadi yang memperlihatkan belahan dadanya. Cempaka kembali memakai blazer untuk menutupi tubuh seksinya yang memakai kemeja yang sangat ketat di tubuhnya yang sintal.Haidar melanjutkan langkah kakinya sembari mengancingkan jasnya."Ada yang aneh. Baron tidak biasanya melakukan kecerobohan seperti ini. Dia begitu selektif menerima pegawai baru di perusahaan ini," gumam Haidar setelah melihat sekretaris barunya.Ketika Haidar hendak masuk ke dalam lift, ponselnya berdering yang membuat ia menghentikan langkahnya. Haidar masuk ke dalam lift s
"Besok gue nggak mau kerja lagi di sini. Kapok gue ngikutin permainan lo. Untung laki lo setia, coba kalau dia brengsek, bisa abis gue," tukas Cempaka pada Andin. "Mau nggak mau, gue jadi madu lo," kata wanita cantik itu yang membuat Andin mengumpatnya."Kampret lo!" umpat Andin. "Ogah gue, dimadu."Cempaka tertawa terbahak-bahak saat mendengar reaksi sahabatnya saat bilang dia mau jadi madunya. Ia hanya bercanda mengucapkan semua itu untuk menggoda temannya.Wanita cantik yang menggoda Haidar adalah teman Andin. Wanita yang mempunyai tubuh super semok itu meminta bantuan temannya untuk menguji cinta sang suami. Andin selalu khawatir kalau suaminya berpaling jika melihat wanita yang lebih cantik dan seksi darinya.Ia berpikir kalau semua laki-laki sama saja. Hanya setia di mulut saja, tapi kalau disuguhkan daging kenyal di hadapannya pasti dilahap juga. Namun, tidak dengan Haidar, ia bisa menahan godaan dari wanita seksi yang dengan sengaja menggodanya.
Andin menyambut suaminya di teras depan rumahnya. Ia sangat bahagia karena sang suami tidak tergoda dengan wanita cantik dan seksi seperti temannya itu."Bee, kamu nunggu aku dari tadi?" Haidar memeluk tubuh sang istri yang semakin seksi menurutnya.Laki-laki itu langsung melumat bibir sang istri yang semakin menggoda. Andin merangkulkan tangannya di leher sang suami dengan kaki yang sedikit berjinjit.Ciuman hangat penuh cinta antara dua anak manusia yang tidak mengenal waktu dan tempat. Sang bodyguard yang melihat Tuan dan istrinya bercumbu di depan mereka langsung membalikkan badan membelakangi pasangan panas itu."Aku mencintaimu, Bee," ucap Haidar setelah ciuman mereka berakhir. "Sangat mencintaimu. Jangan pernah meragukan cintaku," tutur Haidar yang membuat Andin membulatkan matanya.'Apa dia tahu kalau cempaka orang suruhanku." Andin bertanya-tanya dalam hatinya.Haidar mengusap bibir sang istri yang sedikit basah
Haidar dan Andin segera berangkat ke tempat tujuan mereka setelah mencium kedua juniornya yang sedang tertidur."Bee." Haidar menoleh sebentar kepada wanita cantik yang duduk di sampingnya itu. Kemudian, kembali fokus pada kemudinya.'Bilang nggak ya? Kalau nggak bilang, nanti dia tahu dari Baron bagaimana? Laki-laki itu sekarang lebih tunduk pada nyonya mudanya dari pada sama aku,' batin Haidar.Haidar bertanya-tanya dalam hatinya sendiri, apakah dia harus mengatakan tentang sekretaris barunya atau tidak. Kalau sang istri tahu, sekretarisnya cantik dan seksi pasti ibu dua anak itu berpikiran yang macam-macam."Ada apa, Boo?" Andin menoleh pada sang suami, menunggu laki-laki gagah itu untuk melanjutkan ucapannya. "Kenapa kamu diam? Tadi mau bilang apa?"'Aku bilang saja lah,' ucap Haidar dalam hati."Ada apa?" Andin kembali bertanya pada suaminya."Di kantor ada sekretaris baru, pengganti Tari untuk sementara waktu, selagi ia masih cu
"Itu pasti, Sayang." Haidar membelai lembut wajah Andin. Lalu, kembali melajukan kendaraannya menuju butik.Tidak lama kemudian mobil mewah itu sudah sampai di depan butik langganan sang mami. Mobil Baron dan papinya sudah terparkir di parkiran khusus butik itu.Haidar segera turun dari mobil, lalu berjalan bergandengan tangan dengan sang istri yang selalu terlihat cantik walau tanpa riasan di wajahnya."Kalian lama sekali," protes Mami Inggit saat anak dan menantunya baru datang. "Mami udah selesai," lanjutnya."Dia nih, lama jemputnya," tuduh Andin sembari melirik sang suami."Kita abis bercinta dulu, Mi," sahut Haidar asal sembari terkekeh.Andin memukul lengan sang suami dengan keras. "Bohong nggak, Mi," sahut Andin cepat.'Ternyata Tuan Haidar begitu hangat kalau bersama keluarganya,' ucap Tari dalam hatinya sembari tersenyum melihat kehangatan keluarga sang tuan yang ia kenal sebagai bos angkuh dan dingin.Haidar dan Andi
“Ehm ….” Haidar berdehem sembari melirik orang tuanya yang sedang berpelukan dengan mesra. “Kasihan Baron, Pi, kalau dia pengin bagaimana,” ucap Haidar yang membuat Baron dan Tari menundukkan pandangannya.Mami Inggit langsung melepas pelukannya. “Kalau sudah semua, ayo kita makan siang bersama dulu!” ajak Mami Inggit untuk mengalihkan pembicaraan.“Nanti dulu, Mi,” sahut Andin. “Aku mau bikin kebaya yang model lain aja, buat jaga-jaga. Aku nggak bisa ngejamin diriku sendiri, lima hari ke depan apa berat badanku masih stabil atau naik lagi,” ucapnya dengan pelan yang membuat Haidar menahan senyumnya melihat sang istri yang selalu mengkhawatirkan penampilannya.Andin pun segera masuk ke ruang designer lagi, ia meminta dibuatkan baju model lain yang berbeda dengan seragam keluarganya.Setelah selesai ia segera bergabung dengan keluarga dari calon istri Baron dan orang tua suaminya. “Ay
Setelah selesai makan siang, mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Haidar mengantar sang istri pulang, setelah itu ia kembali ke kantor.“Kamu istirahat saja, saya mau ke kantor dulu untuk mengurus pegawai baru yang menggantikan kamu,” ucap Baron pada calon istrinya.“Iya, Bang,” jawab Tari sembari tersenyum.Laki-laki itu pun membalas senyum manis calon istrinya sebelum pergi. Baron segera melajukan kendaraannya untuk mengurus kekacauan di kantor akibat rencana nyonya mudanya untuk menguji kesetiaan sang CEO.Baron segera meluncur ke kantor setelah berpamitan dengan calon istrinya. Di sepanjang perjalanan laki-laki itu terus memikirkan apa yang harus dikatakan pada sang tuan karena ia tidak bisa berbohong terlalu lama pada laki-laki yang sangat dihormatinya itu. Untuk hal ini dirinya harus benar-benar merahasiakan semua rencana sang nyonya muda.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di kantor Mannaf Group. Laki-laki tampan