"Siapa yang cemburu," kilah Tari sembari melangkahkan kakinya menuju teras depan rumah meninggalkan anak dan calon suaminya. Ia merasa malu dengan ucapannya sendiri, maksud hati ingin bercanda malah dia yang jadi bahan ledekan.
"Nak, Ayah pulang dulu ya, kamu masuk kamar sana!" titah Baron pada anak kecil itu sembari mengusap rambutnya.
Setelah Merry masuk kamar, ia keluar rumah untuk menghampiri calon istrinya yang sudah lebih dulu keluar menuju teras depan rumah.
Baron duduk di kursi yang terbuat dari bambu hitam yang ada di depan teras rumah Tari. Sang calon istri juga duduk di sebelahnya.
"Besok pagi-pagi saya jemput. Bawa barang yang menurut kamu penting saja. Nanti seandainya kamu rindu dengan rumah ini dan mau menginap di sini, tidak perlu lagi membawanya kemari," ujar Baron pada Tari yang sedang menatap wajahnya dari samping.
Sementara dirinya terus menatap ke depan. Ada
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Baron sudah berada di kantor. Walaupun Haidar memberikannya cuti untuk mempersiapkan hari pernikahannya, akan tetapi laki-laki yang sudah lebih dari dua puluh tahun mengabdikan diri pada keluarga Mannaf tetap melakukan tugasnya seperti biasa.Ia menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu sebelum menjemput keluarga Tari untuk pindah ke rumahnya. Jam menunjukan pukul delapan pagi, dua jam sudah ia berada di dalam kantor untuk menyelesaikan tugasnya. Saat keluar dari ruangannya, ia berpapasan dengan sang tuan di depan ruangan.“Selamat pagi, Tuan,” sapa Baron pada Haidar sambil menundukkan kepalanya.Haidar terkejut melihat Baron keluar dari ruangannya. Padahal ia sudah membebastugaskan laki-laki itu selama menyiapkan persiapan pernikahannya.“Kenapa kamu masih ke kantor? Jangan mencemaskan kerjaan kantor, saya bisa mengatasinya sendiri. Kamu fokus pada pernikahan saja!” tita Haidar pada asistennya itu.
TOK TOK TOK TOKSuara ketukan pintu terdengar dari balik pintu ruangan sang CEO. Setelah ada sahutan dari dalam, seorang wanita cantik yang memakai kemeja berwarna putih dengan kancing atas yang dibiarkan terbuka hingga belahan dadanya yang montok terlihat menyembul.Wanita cantik itu memakai rok selutut dengan belahan yang sedikit lebih tinggi, memperlihatkan pahanya yang mulus. Dengan riasan wajah yang natural membuat penampilan wanita cantik itu semakin sempurna.“Selamat pagi, Tuan,” sapa wanita cantik itu sembari tersenyum manis pada sang CEO saat masuk ke dalam ruangan orang nomor satu di perusahaan itu.Wanita cantik itu berjalan dengan sangat anggun mendekati sang CEO. “Perkenalkan, nama saya Cempaka,” ucapnya dengan lembut sembari menyibak kerah kemejanya supaya gunung kembarnya semakin terlihat.‘Astaga, dari mana datangnya wanita ini? Dia terlihat sangat seksi dan menggoda. Ini merupakan ancaman bagi si Jago
Haidar membulatkan matanya saat gunung kembar milik wanita cantik itu hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Ia langsung memundurkan kursinya setelah sadar kalau itu tidak lah baik untuk jagoannya. Walau bagaimanapun dia adalah laki-laki normal yang bisa saja khilaf jika terus-terusan digoda seperti itu.Haidar bangun dari duduknya. “Silakan keluar dari ruangan saya!” tegas Haidar sembari menunjuk pintu ruangannya. “Di sini kantor bukan tempat untuk memamerkan tubuhmu. Kalau besok kamu masih ingin bekerja di sini, berpakaian lah yang sopan,” ucapnya dengan tegas.Wanita bernama cempaka itu terkejut mendengar nada bicara tuannya yang berubah. Ia langsung membenarkan posisi berdirinya dan mengancingkan kancing kemeja hingga gunung kembarnya tertutup. “Maaf, Tuan, saya permisi,” ucap sang sekretaris baru. Lalu, bergegas melangkahkan kakinya keluar dari ruangan sang CEO.“Jangan pernah masuk ke ruangan saya lagi.&rdquo
Baron dan keluarga calon istri telah sampai di kediamannya. Pagi ini mereka pindah ke rumah Baron, di mana resepsi pernikahan mereka akan dilangsungkan dalam beberapa hari lagi.“Ayah, rumah ini gede banget.” Merry berlari masuk ke dalam rumah mewah itu. “Aku sangat suka rumah ini,” ucapnya dengan senyum yang mengembang sempurna di wajah polosnya.“Ini rumahmu juga, Nak,” sahut laki-laki yang menenteng koper milik anaknya dan sang istri.Kedua pelayan di rumah itu langsung menghampiri tuannya dan meyambut penghuni baru rumah mewah itu.“Biar saya yang bawa, Tuan.” “Pak Edi, seorang pelayan yang berusia hampir setengah abad itu menghampiri tuannya.Baron menyerahkan dua koper itu kepada Pak Edi. “Tolong taruh di kamar Merry!” titahnya kepada pelayan itu.“Baik, Tuan,” jawab Pak Edi.Sementara istrinya yang juga bekerja di rumah itu membawakan koper calon mert
Tari tersenyum manis pada calon suaminya itu. Ia merasa tidak enak hati sudah berburuk sangka pada calon suaminya. "Maaf, aku sudah berpikir jelek tentang kamu," ucap Tari pada Baron."Tidak apa-apa, saya yang kurang lengkap menginformasikannya," ujar Baron membalas senyum calon istrinya.'Informasi apa? Ya ampun kenapa ngomong sama aku aja, masih seformal itu,' ucap Tari dalam hati sembari menatap lekat calon suaminya."Silakan kamu istirahat dulu! Dua jam lagi kita pergi ke butik langganan Nyonya besar," ucapnya. Kemudian, keluar dari kamar calon istrinya yang akan menjadi kamar mereka bersama setelah menikah nanti.Setelah calon suaminya keluar dari kamar, Tari segera membuka koper dan menaruh baju-bajunya di tempat tidur. Sebelum dimasukan ke dalam lemari baju yang ada di ruang ganti."Apa dia juga seformal itu kalau ngomong sama temennya sendiri? Berasa orang penting kalau dia ngomong kayak gitu. Aku 'kan jadi canggung nyahutnya," gumam Tari s
Setelah selesai mengerjakan kerjaannya. Haidar segera membereskan meja kerjanya, bersiap menjemput sang istri untuk melakukan fitting baju di butik langganan sang Mami.Haidar menoleh pada meja kerja sekretaris barunya sebelum meninggalkan kantor.Cempaka langsung berdiri, lalu menundukkan kepalanya ketika tahu sang tuan sedang memerhatikannya.Pakaian wanita seksi itu sudah rapi, tidak seperti tadi yang memperlihatkan belahan dadanya. Cempaka kembali memakai blazer untuk menutupi tubuh seksinya yang memakai kemeja yang sangat ketat di tubuhnya yang sintal.Haidar melanjutkan langkah kakinya sembari mengancingkan jasnya."Ada yang aneh. Baron tidak biasanya melakukan kecerobohan seperti ini. Dia begitu selektif menerima pegawai baru di perusahaan ini," gumam Haidar setelah melihat sekretaris barunya.Ketika Haidar hendak masuk ke dalam lift, ponselnya berdering yang membuat ia menghentikan langkahnya. Haidar masuk ke dalam lift s
"Besok gue nggak mau kerja lagi di sini. Kapok gue ngikutin permainan lo. Untung laki lo setia, coba kalau dia brengsek, bisa abis gue," tukas Cempaka pada Andin. "Mau nggak mau, gue jadi madu lo," kata wanita cantik itu yang membuat Andin mengumpatnya."Kampret lo!" umpat Andin. "Ogah gue, dimadu."Cempaka tertawa terbahak-bahak saat mendengar reaksi sahabatnya saat bilang dia mau jadi madunya. Ia hanya bercanda mengucapkan semua itu untuk menggoda temannya.Wanita cantik yang menggoda Haidar adalah teman Andin. Wanita yang mempunyai tubuh super semok itu meminta bantuan temannya untuk menguji cinta sang suami. Andin selalu khawatir kalau suaminya berpaling jika melihat wanita yang lebih cantik dan seksi darinya.Ia berpikir kalau semua laki-laki sama saja. Hanya setia di mulut saja, tapi kalau disuguhkan daging kenyal di hadapannya pasti dilahap juga. Namun, tidak dengan Haidar, ia bisa menahan godaan dari wanita seksi yang dengan sengaja menggodanya.
Andin menyambut suaminya di teras depan rumahnya. Ia sangat bahagia karena sang suami tidak tergoda dengan wanita cantik dan seksi seperti temannya itu."Bee, kamu nunggu aku dari tadi?" Haidar memeluk tubuh sang istri yang semakin seksi menurutnya.Laki-laki itu langsung melumat bibir sang istri yang semakin menggoda. Andin merangkulkan tangannya di leher sang suami dengan kaki yang sedikit berjinjit.Ciuman hangat penuh cinta antara dua anak manusia yang tidak mengenal waktu dan tempat. Sang bodyguard yang melihat Tuan dan istrinya bercumbu di depan mereka langsung membalikkan badan membelakangi pasangan panas itu."Aku mencintaimu, Bee," ucap Haidar setelah ciuman mereka berakhir. "Sangat mencintaimu. Jangan pernah meragukan cintaku," tutur Haidar yang membuat Andin membulatkan matanya.'Apa dia tahu kalau cempaka orang suruhanku." Andin bertanya-tanya dalam hatinya.Haidar mengusap bibir sang istri yang sedikit basah