Di dalam kamar tempat Kaisar Gao menempatkan Feng Huang, Feng Huang tiba-tiba membuka matanya. Tapi, karena terlalu lemah, untuk sesaat ia hanya menatap langit-langit kamar sembari menyesuaikan matanya dengan kondisi kamar yang sedikit temaram karena hanya ada cahaya lilin yang berpendar di ruangan ini. Lilin itu cukup besar, ditempatkan dalam sebuah mangkuk tembaga yang terdapat di atas lemari yang berada di pojok kamar. "Di mana ini?" Feng Huang mengangkat tubuhnya dengan susah payah untuk duduk di atas dipan lalu mengedarkan pandangannya pada kamar yang sama sekali tidak ia kenali. Ketika ia terbangun pertama kali ia tidak terlalu memperhatikan kamar ini karena ia melihat sosok Jinlong berdiri di hadapannya. Tapi kini ia baru sadar kalau ternyata ia berada di suatu tempat yang sangat asing. "Di mana dia? Di mana si bodoh itu? Mengapa dia meninggalkanku di sini?" umpat Feng Huang sebal sembari mengerucutkan bibirnya. Sejenak ia hanya menyandarkan punggungnya pada sandaran dipan di
Asap dupa kembali memenuhi kamar pribadi Kaisar Gao, dan sebelum Gong Fai membawa dupa baru... Kaisar Gao menyempatkan diri untuk meminum pil yang telah diberikan oleh Gong Fai padanya, pil tersebut memiliki khasiat mampu membuatnya kebal terhadap efek asap dupa. Kini, Kaisar Gao tengah duduk di pinggir dipan setelah ia mengangkat Yu Jie dan meletakkan Yu Jie kembali ke atas dipan. Dengan lembut ia merapikan anak rambut Yu Jie yang jatuh menutupi wajah mungil Yu Jie. Ia kemudian menyisipkan anak rambut itu ke balik telinga Yu Jie, usai melakukan hal itu... Ia lalu menatap Yu Jie cukup lama dengan tatapan sayu. "Mengapa?" gumamnya lirih, "Mengapa kamu sangat ingin pergi dari tempat ini, Nona Yu?" lanjutnya lagi. Kaisar Gao benar-benar tidak mengerti mengapa Yu Jie seolah membenci dirinya, apa salahnya? Baik, mungkin ia memang pernah melakukan satu kesalahan dengan menempatkan Yu Jie di Paviliun Wangjile, tapi hal itu juga bukan sepenuhnya kesalahannya. Yang patut disalahkan di sini a
"Raja Iblis?!" Pria berjubah hitam terbahak senang. Sejak ia datang ke Benua Zhejiang, baru kali ini ia merasa sangat gembira hanya karena Hong Hu menyadari siapa dirinya. Dan ia yang merasa tidak perlu lagi menyembunyikan jati dirinya langsung membuka penutup kepalanya di hadapan Hong Hu. "Kamu pintar, Rubah Merah. Tidak sia-sia aku datang menemuimu!" teriaknya. Hong Hu bergeming, ia juga tidak merasa senang atas pujian yang diberikan oleh Raja Iblis kepadanya. Bahkan setelah mendengar pujian itu ia malah menggeram tatkala ia mengetahui bahwa tebakannya ternyata benar kalau pria hebat yang hanya ia anggap sebagai seorang Kultivator biasa itu rupanya adalah Raja Iblis yang selama ini dirumorkan telah dikirim ke sungai akhirat. "Untuk apa kau datang menemuiku?!"Raja Iblis menghentikan tawanya, netranya yang kelam menatap nyalang pada Hong Hu. "Aku membutuhkan bantuanmu." Ia pun lalu melompat turun dari atas helaian daun. Tepp!! Setelah kakinya menginjak tanah yang ditumbuhi ole
Malam mulai menjelang, hutan perbatasan telah pekat oleh aura siluman. Sementara di area pemakaman tempat tinggal Paman Lei, Dewa Kematian dan Dewa Tanah sedang mengunjungi petugas pemakaman itu. Sejak sore, semua keluarga Paman Lei dan Dewa Kematian telah merasakan guncangan dahsyat yang berasal dari hutan perbatasan. Namun hanya aura siluman yang terlihat oleh Dewa Kematian dari hutan tersebut. Dan malam ini ketika Dewa Tanah kembali ke area pemakaman setelah memberi laporan pada Raja Naga, Dewa Kematian dan Paman Lei baru mulai curiga kalau kemungkinan Raja Iblis telah mengunjungi hutan perbatasan sore ini. Sebagai manusia biasa yang tidak abadi, awalnya Paman Lei tidak mengetahui bahwa Raja Iblis pernah memiliki hubungan dekat dengan Hong Hu. Sedangkan Hong Hu sendiri ia sudah pernah bertemu dengan rubah merah itu beberapa kali. Terkadang Hong Hu berwujud manusia seutuhnya, terkadang juga berwujud setengah manusia dan setengah rubah. Dan dari Dewa Kematian dan Dewa Tanah lah akh
Di Sekte Burung Api, kelima Tetua Sekte masih berkumpul bersama Shu Haocun di aula. Pembicaraan yang awalnya membahas tentang bagaimana menangkap Raja Iblis sontak terhenti ketika Ming Hao dan Guan Lin memasuki aula. "Tetua Shu, kamu harus menghukum murid-murid mu ini," dengus Wang Dunrui. Bagaimana ia tidak merasa kesal, ketika pagi ini Ming Hao dan Guan Lin datang menjemput ia dan Tian Kong... Kedua murid Shu Haocun itu berkata bahwa Biksu Changyi dan Fu Yuxuan telah berada di Sekte Burung Api. Tapi setelah setengah perjalanan menuju Sekte Burung Api, Ming Hao baru ingat bahwa hanya Biksu Changyi yang berada di Sekte Burung Api. Gara-gara hal itu ia dan Tian Kong terpaksa mengikuti Ming Hao dan Guan Lin untuk menjemput Fu Yuxuan terlebih dahulu di Sekte Kaki Besi. Ming Hao dan Guan Lin yang menyadari kesalahannya tersenyum kaku di hadapan Guru Besarnya. "Maaf, Guru. Ta-tadi pagi karena terlalu bersemangat, murid lupa jika ternyata hanya Biksu Changyi yang berada di Sekte Burung A
Teriakan menggelegar itu yang berasal dari arah langit membuat Hong Hu dan Raja Iblis serta para Siluman yang terluka sontak menengadah. Dan di atas sana, di bawah cahaya bulan dan bintang, dua Jenderal Langit tengah berdiri tegak tanpa pijakan seakan mereka sedang berpijak pada udara yang lewat di bawah kaki mereka. Mereka adalah kedua Jenderal pemilik elemen api dan elemen air. Salah seorang dari kedua Jenderal Langit itu pernah berhadapan dengan Hong Hu ribuan tahun yang lalu. Nama Jenderal tersebut adalah Shui, pemilik bendera hitam dan penjaga gerbang langit bagian utara. Satu dupa sebelumnya, dalam pencariannya terhadap Raja Iblis, Jenderal Xiao menemukan kalau hutan perbatasan sedang terbakar. Namun api yang membakar hutan itu tampak tidak biasa dan menurutnya akan mustahil untuk dipadamkan begitu saja. Karena itu ia segera kembali ke Alam Langit lalu mengajak Jenderal Shui untuk turun membantunya memadamkan api di hutan perbatasan. Sebab ia sendiri tidak bisa melakukannya kar
"Jenderal Xiao!!" bentak Jenderal Shui, kini ia sudah bersiaga dengan mengangkat cambuk air miliknya. Berjaga-jaga jika dua kekuatan api akan meluluh lantakkan hutan perbatasan dan area pemakaman. "Jenderal Xiao, redakan kemarahanmu!!" Suara menggelegar terdengar dari balik awan. Ketika semua yang berada di hutan perbatasan menengadah, dari kejauhan terlihat titik berkilau berwarna keperakan yang semakin lama semakin tampak membesar hingga wujud dari titik itu pun terlihat sempurna. Wujud itu adalah seekor naga yang memiliki sisik berwarna perak dengan simbol keemasan di antara kedua matanya. Naga itu menggeliat di antara lapisan awan yang bergerak, tubuhnya yang besar seakan memenuhi langit di atas bukit perbatasan. Dan raungannya membuat para siluman menutup telinganya. "Raja Naga?!" Mata Raja Iblis membelalak, ia mundur beberapa langkah ke belakang. Merasa takut akan kehadiran musuh bebuyutannya selama ribuan tahun ini, musuh yang berhasil mengurungnya di sungai akhirat. "Jende
Nun jauh dari hutan perbatasan, murid dari keempat Sekte Besar telah berkumpul dengan dikomando oleh Ming Hao dan Guan Lin. Hampir seribu murid kini telah membentuk barisan dan bersiap untuk menuju hutan perbatasan. Dan rombongan berkuda yang tengah dipimpin oleh Shu Haocun, sebentar lagi akan mencapai tujuan akhirnya. Dari kejauhan, kelima Tetua Sekte telah bisa melihat kehadiran Jinlong, Jenderal Shui, Jenderal Xiao, dan Dewa Kematian yang mengambang di udara. Di bawah hamparan langit malam. Kibaran rambut Jinlong yang berwarna keperakan tampak berkilatan di bawah cahaya bulan dan bintang. "Gawat, Kaisar Langit akan segera memulai pertempuran di Benua Zhejiang!!" teriak Wang Dunrui cemas. Teriakan itu ditanggapi oleh keempat sahabatnya dengan anggukan dan rahang mengeras. Di saat yang sama kecemasan mulai mengisi benak kelima Tetua Sekte. Sebab apabila mereka tidak bisa tiba tepat waktu untuk membangun pembatas sebelum Raja Naga dan Raja Iblis bertempur. Takutnya Benua Zhejiang
Setelah Raja Iblis dikirim kembali ke Sungai Akhirat-- Feng Huang pun menjentikkan jarinya untuk mengembalikan Kaisar Gao yang sedang terluka ke kapal yang ditumpangi oleh Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte. Ia dan Jinlong tidak menghampiri para Kultivator di kapal itu, melainkan hanya melambaikan tangan saja dari atap Istana Jinlong. Di saat yang sama, Hong Hu juga berpamitan pada Feng Huang dan Jinlong untuk kembali ke rakyatnya yang masih berada di hutan perbatasan. Sepeninggal Hong Hu, Feng Huang dan Jinlong memutuskan untuk kembali ke Alam Langit demi menemui para Dewa dan Dewi yang selama lebih dari 500 tahun telah dibiarkan hidup tanpa Pemimpin mereka. ***Keesokan harinya, keadaan di Benua Zhejiang kembali seperti sedia kala. Di Istana Taiyang, dua Tabib Istana sibuk bolak-balik ke ruangan kerja Kaisar Gao untuk mengobati Kaisar mereka itu. "Bagaimana keadaan Yang Mulia?" tanya Gong Fai pada seorang Tabib yang baru keluar dari kamar pribadi Kaisar Gao.Tabib itu mengernyit
Tanpa Feng Huang duga, Jinlong yang sejak tadi telah mencoba untuk tidak tertawa keras-- Kini justru terbahak di sampingnya. Melihat tingkah Suaminya itu, ia pun menghela nafas gusar. "Huftt!" ia mengerucutkan bibirnya lalu melemparkan pandangannya pada Raja Iblis yang saat ini telah berdiri tegak di atas rerumputan sambil menatap ke arahnya.Sejak Feng Huang menampakkan wujudnya, semua yang berada di balik kabut tebal sudah mengetahui di mana ia berada, termasuk Raja Iblis."Sekarang kamu sudah muncul? Bagus, jadi terimalah pembalasanku!!" teriak Raja Iblis yang langsung menyerang Feng Huang dengan senjata andalannya, yaitu pemusnah raga Dewa.Feng Huang menghindari serangan tersebut hanya dengan memiringkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada Jinlong, membuat serangan Raja Iblis itu tidak berhasil menyentuhnya dan justru melewatinya begitu saja."Apakah dia pikir ini adalah pertempuran 515 tahun yang lalu?" dengusnya.Jinlong hanya tersenyum smirk mendengar ocehan Istrinya i
"Bukankah itu maksud kedatanganku ke sini?" "Jika kamu bertemu dengannya, apakah kamu akan melakukan pertarungan dengan jujur kali ini?!" tukas Jinlong sambil menatap Raja Iblis dengan sebelah alis terangkat naik. "Selain itu, aku juga masih ingat bahwa di pertempuran kita yang terakhir kali di Alam Langit-- Saat itu kamu telah melukai Permaisuriku secara diam-diam." Lanjutnya lagi, di saat yang sama salah satu sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyum sinis. Senyum Raja Naga itu yang seolah merendahkan kemampuannya, tentu saja membuat Raja Iblis menjadi geram. Ia bahkan berjanji di dalam hatinya akan membuat Raja Naga menyesali apa yang telah dilakukannya dengan cara membunuh Feng Huang di hadapan Raja Naga."Mengapa tidak perintahkan saja Istrimu untuk menampakkan wujudnya?!" cetus Raja Iblis lantang dengan kedua tangan yang terkepal dan rahang yang mengeras.Sesaat kemudian, suara pekikan pheonik memenuhi semua area di balik kabut tebal. Bersamaan dengan itu, seekor pheonik
Di dalam Istana Jinlong, saat ini Jenderal Shui sedang menahan lengan Jenderal Xiao yang sedang terbakar amarah agar tidak mengejar Raja Iblis. Dan sekeras apapun Jenderal Xiao memberontak, ia hanya terus menatap Sahabatnya itu. "Lepaskan, Jenderal Shui!!" teriak Jenderal Xiao garang sambil menyentakkan lengannya yang sedang dipegang oleh Jenderal Shui. Namun Jenderal Shui semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Jenderal Xiao hingga ia mendapatkan pelototan dari Jenderal Xiao. Beberapa saat yang lalu, sebelum mengejar Jenderal Xiao ke dalam Istana-- Jenderal Shui dan Hong Hu bekerja sama terlebih dahulu untuk menjatuhkan ketiga bawahan Raja Iblis. Sebab saat itu, Raja Naga sedang menghukum Jenderal Tiong dengan mengurung sebagian tubuh sebelah bawah Jenderalnya itu di dalam bongkahan batu es. Bahkan kedua kepalan tangan Jenderal Tiong ikut dibuat membeku.Setelah membuat ketiga bawahan Raja Iblis tak lagi berkutik, ia lalu menitipkan mereka pada Hong Hu untuk mengejar Jenderal
"Rajaku, hanya 3 Iblis yang masih bertahan sejauh ini. Dan dengan sisa kekuatan ini hamba pikir kita tidak akan bisa menghadapi Raja Naga juga kedua Jenderalnya. Jadi... Bagaimana jika kita..."Raja Iblis tidak menanggapi ucapan dari salah seorang bawahannya itu, ia justru melirik ke arah Istana Jinlong. Kebetulan kini ia telah berada sangat dekat dengan Istana tersebut, jika ia bisa secepat mungkin berkelebat ke dalam Istana untuk menemukan Feng Huang lalu membunuhnya-- Maka pengorbanan beberapa bawahannya kali ini tidak akan sia-sia.Hanya masalahnya, di bagian mana Istana wanita itu berada sekarang?Ketika pertanyaan ini berkelebat di dalam benaknya, Raja Iblis pun mendengus gusar.'Apakah aku benar-benar tidak bisa menemukan wanita itu?' ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah pembatas api dan air. Ada beberapa retakan tampak di bagian atas pembatas, melihat hal itu ia tersenyum licik.Namun, tanpa Raja Iblis duga-- Dari Langit tiba-tiba dua buah cincin emas melesat cepat ke arahn
Pertarungan di pulau terjadi dengan sengit, serangan demi serangan bahkan beberapa kali mengenai dinding pembatas api dan air. Saat itu terjadi, semua Kultivator yang berada di luar pembatas menahan nafas menyaksikan pertempuran antar Raja Naga dan Raja Iblis. Dan, di tengah-tengah kecemasannya akan nasib Benua Zhejiang, Kaisar Gao pun berpikir. Ia tidak bisa hanya diam saja mempertahankan pembatas sedangkan nasib semua penduduk di Benua Zhejiang dan sekitarnya sedang berada di ujung tanduk. "Te-Tetua Shu!" panggilnya pada Shu Haocun. Shu Haocun sontak berpaling setelah ia mendengar panggilan itu, netra tuanya nanar menatap Kaisar Gao. Mencoba mencari tahu apa yang ingin Kaisar Gao bicarakan padanya. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya dengan kening berkernyit. "Bisakah Tetua Shu menjelaskan padaku, di mana aku bisa menemukan Permaisuri Raja Naga?" tanya Kaisar Gao. Shu Haocun berpikir sejenak, kemudian ia berpaling ke arah Biksu Changyi. Setelah saling bertukar isyarat... Shu Haocun
Netra Raja Iblis yang tajam berkeliaran, meneliti satu persatu ruangan Istana Raja Naga. Apa yang dilakukan oleh Raja Iblis itu tidak luput dari pandangan Jinlong, ia bahkan tersenyum tipis kala menyadari apa yang sedang dicari oleh Raja Iblis. Hingga suara erangan tertahan menyentakkannya dari mengamati Raja Iblis. Caping telinganya bergerak pelan mencoba mencari asal suara, sementara netranya berputar mengamati sekitar pulau. Hingga netranya jatuh pada sesosok tubuh yang berada di atas pundak Raja Iblis. Tubuh itu bergerak, dari sanalah erangan yang baru ia dengar berasal. Bukan hanya Jinlong yang tersentak mendengar erangan tadi, Raja Iblis yang tengah fokus mencari Feng Huang juga sama terkejutnya di saat ia menyadari kalau Hong Hu mulai tersadar di pundaknya. Tidak ingin Hong Hu kembali berontak padanya, Raja Iblis pun mengangkat tangannya untuk menyentuh kepala Hong Hu. Namun, tanpa ia duga, tiba-tiba... Wussh!! Hembusan sedingin badai salju memukul pergelangan tangannya. M
"Jenderal Shui, pembatas air!" titah Jinlong. Dengan cambuk air di tangannya, Jenderal Shui berkelebat melewati Raja Iblis dan ke tujuh bawahannya. Ia mengambang 30 kaki dari permukaan Laut Xishi lalu memecutkan cambuknya ke atas permukaan air laut. Permukaan air bergemuruh, air bergolak mengelilingi pulau di balik kabut. Naik ke atas membentuk pembatas air setinggi 100 kaki. "Sekarang, Jenderal Xiao!" teriak JinlongDua tombak Jenderal Xiao beradu, percikan api besar pun meluncur ke angkasa dan membentuk sebuah kubah api raksasa. Dua perpaduan elemen yang saling bertolak belakang dalam membentuk pembatas ini, membuat kagum para Kultivator yang baru saja menembus kabut tebal dengan belasan perahu. "Hentikan perahu!!" teriakan Shu Haocun menggema. Para juru kemudi segera menarik energi kultivasi mereka yang mereka pergunakan untuk menggerakkan perahu agar perahu segera berhenti. Di saat perahu-perahu itu telah berhenti sempurna tak jauh dari pembatas, Shu Haocun segera mendekati
Di pulau di balik kabut, di Istana Jinlong. Prajurit-prajurit Alam Langit yang ditugaskan untuk menjaga Istana, kini sedang mengumpulkan para pelayan yang dulunya merupakan korban persembahan untuk Dewa Naga di dalam sebuah ruangan. Setelah semua pelayan berkumpul di ruangan tersebut, sekeliling ruangan itu langsung disegel dan diberi penghalang oleh Jenderal Xiao. Agar jika Raja Iblis benar-benar menyerang Istana ini nantinya, maka para pelayan itu akan tetap aman. Usai dengan tugasnya, Jenderal Xiao pun pergi menemui Kaisarnya yang menunggu kedatangan Raja Iblis di depan Istananya bersama dengan Jenderal Shui. "Bagaimana dengan tugasmu, Jenderal Xiao?" lontar Jinlong ketika ia menyadari kehadiran bawahannya itu. Jenderal Xiao mengangguk, "Semua sesuai dengan perintah Yang Mulia," sahutnya, sembari mengambil tempat di sisi kanan Jinlong. Seperti halnya Jenderal Shui dan Jinlong, ia ikut melemparkan pandangannya ke arah perairan, di mana saat ini dari kejauhan... Kedatangan Raja Ibl