Mendengar percakapan Tabib Ang dengan putranya... Feng Huang segera memasuki kamar di mana Tabib Ang dan putranya sekarang tengah berbicara."Katakan sekali lagi apa yang baru saja kamu katakan pada Ayahmu!" titahnya pada pria muda yang sedang duduk di atas dipan. Penampilan pria itu sedikit berantakan, seakan pria itu belum membersihkan tubuhnya selama beberapa hari. Karena dari hanfu berbahan katun yang melekat di tubuh pria itu tercium aroma keringat yang sangat pekat. Pria yang ditanya oleh Feng Huang mengangkat wajahnya dan menatap Feng Huang dengan wajah muram."Nona Yu," sapanya sungkan, meski ia jarang melihat Yu Jie sewaktu ia menemani Ayahnya untuk memeriksa keadaan Nyonya Besar Yu... Tapi ia pernah bertemu dengan wanita cantik ini sebanyak dua kali. Dan baginya wajah Yu Jie adalah satu-satunya wajah yang sulit untuk ia lupakan. "Maaf, aku tidak tahu apa maksudmu, dan sebaiknya kamu tidak perlu bertanya lagi padaku. Karena aku tidak akan pernah menjawabnya.""Kalau begitu t
Di selasar Istana Taiyang menuju aula Istana di mana Kaisar Gao sedang memimpin pertemuan dengan para Menterinya, seorang Panglima kini tengah berlari tergesa-gesa menuju aula Istana. Tiba di dalam aula, Panglima ini segera berlutut beberapa zhang di hadapan Kaisar Gao."Salam, Yang Mulia. Sun memberi hormat kepada Yang Mulia." Panglima yang menyebutkan namanya sebagai Sun tersebut menunduk sambil mengatupkan kedua tangannya di depan tubuhnya."Panglima Sun, ada apa? Mengapa kamu mengganggu pertemuanku dengan para Menteri Istana?" tukas Kaisar Gao yang merasa terganggu dengan kehadiran bawahan dari salah satu Jenderal terpercayanya itu. "Yang Mulia, ada sesuatu yang hendak hamba laporkan." Ucap Panglima Sun lagi. "Katakan!" titah Kaisar Gao sambil menatap Panglima Sun dengan wajah gusar. "Pagi ini, Yang Mulia. Seperti biasa hamba bersama dua bawahan hamba pergi untuk memeriksa penduduk setempat. Dan ketika hamba berhenti untuk beristirahat sebentar, hamba mendengar beberapa orang s
Sore hari, Feng Huang dan Jinlong sedang menyusuri jalan setapak menuju Sekte Burung Api ketika 3 ekor kuda melintas di samping mereka dengan kecepatan penuh."Hati-hati!" Jinlong menarik lengan Feng Huang ke arahnya agar Feng Huang tidak tertabrak oleh ketiga ekor kuda tersebut. Usai menyelamatkan istri kecilnya ia langsung menatap tajam pada ketiga penunggang kuda yang menurutnya sangat tidak tahu aturan."Jirah itu... Bukankah itu jirah perang milik Istana Taiyang!" celetuknya.Feng Huang sontak memperhatikan ketiga penunggang kuda yang baru saja melewati dirinya."Benar, jirah-jirah yang dikenakan oleh ketiga penunggang kuda itu sangat mirip dengan jirah yang dikenakan oleh kedua Jenderal yang pernah dibawa oleh Kaisar Gao ke Sekte Burung Api. Tapi... Mengapa sekarang mereka kembali ke Sekte Burung Api?" ia mengerutkan keningnya lalu berpaling pada Jinlong dengan wajah penuh tanda tanya."Mungkinkah kekasihmu itu belum menyerah padamu?" sindir Jinlong sinis."Ah, kamu masih cembur
Di tengah pengejaran kedua Jenderal dan Panglima Sun, tiba-tiba... Brakk!! Srett!! Suara barang jatuh yang sangat keras dan terseret rerumputan di belakang tubuh kedua Jenderal, membuat kedua Jenderal Kaisar Gao yang bertubuh kekar itu reflek menghentikan pengejaran dan membalikkan tubuh mereka. Sekitar 2 zhang di depan sana, mereka menemukan Panglima Sun sedang terduduk di atas rumput. Meringis sambil memegang perutnya, seolah seseorang baru saja menyerangnya. Namun penyerang tersebut sama sekali tidak terlihat di mana-mana. "Panglima Sun, ada apa?!" teriak salah seorang Jenderal dengan wajah cemas. Sementara Jenderal lainnya sibuk mengedarkan pandangannya, menyapu seluruh area di hadapan Sekte Burung Api dengan netranya. "Kedua Jenderal, berhati-hatilah. Ada seseorang yang sedang mengikuti kita saat ini," ujar Panglima Sun memperingatkan. Kedua Jenderal segera memasang sikap waspada, menunggu kemungkinan terburuk yang akan menghampiri mereka. Masalahnya saat ini mereka tidak
Di ruang baca Kaisar Gao, 3 Pengawal berlutut di hadapan Penguasa Benua Zhejiang itu yang tengah memeriksa sebuah gulungan yang baru ia terima sore tadi. Tidak satu pun dari ketiga pengawal yang menemui Kaisar Gao itu berani mengangkat wajahnya untuk menatap Kaisarnya. "Sudah hampir satu dupa kalian berlutut, tidak adakah satu orang pun yang bersedia menjelaskan mengapa kalian berani menggangguku di saat aku sedang bekerja?"Sebelum membuka mulutnya, ketiga pengawal yang sedang berlutut saling bertukar pandang dengan rekannya. Lalu, satu orang pengawal memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan dari Kaisar Gao yang terdengar dalam nada dingin itu. "Am-ampun, Yang Mulia. Ka-kami ingin melaporkan sesuatu pada Yang Mulia," ucap pengawal itu terbata dengang kedua tangan menangkup di depan tubuhnya. "Katakanlah!" Kaisar Gao menggulung kembali gulungan yang tengah ia pegang kemudian meletakkannya di sudut meja kerjanya. Di atas gulungan-gulungan lain yang terdapat di sana. "Ya-Yang Mul
"Tetua Shu hanya berbicara beberapa patah kata tadi sore. Tetapi mengapa Yang Mulia pergi begitu saja?" Feng Huang menatap Jinlong yang sedang melangkah memasuki kamar sambil memasang wajah datar. Sejak sore Jinlong telah menghilang setelah terakhir kali suaminya itu berbicara dengan Shu Haocun. Entah ke mana Jinlong pergi, tapi Jinlong baru kembali saat ini. Di saat jeritan binatang malam mulai terdengar. "Apakah kamu sudah memperingatkan si tua itu agar tidak lagi memanggilku dengan panggilan Tuan Muda Jin?""Sudah.""Lalu apa jawabannya?" Jinlong menghampiri Feng Huang yang tengah duduk di salah satu kursi, lalu menjatuhkan bokongnya di kursi lainnya yang terdapat tepat di samping Feng Huang. "Kata Tetua Shu, mulai besok dia akan memanggilmu dengan panggilan Tuan Muda Long." Ujar Feng Huang sembari terkikik geli. "Hmmm... Berani sekali dia," dengus Jinlong gusar. "Sekarang acuhkan dulu tentang Tetua Shu, bagaimana tentangmu, Yang Mulia? Apa saja yang telah kamu lakukan sore ini
Di dalam kamar, Feng Huang membuka matanya setelah satu dupa Jinlong meninggalkan kamar. Tidak sulit baginya untuk mengetahui kapan Jinlong masih ada di dekatnya ataupun kapan suaminya itu telah menghilang. Karena ia terhubung secara langsung dengan Jinlong apabila suaminya itu masih berada sangat dekat dengannya. "Ke mana dia? Apakah malam ini dia benar-benar akan menunggu utusan lainnya yang kemungkinan akan dikirim oleh Kaisar Gao ke sini?" Feng Huang mengangkat tubuhnya kemudian ia menurunkan kakinya dari atas dipan untuk berdiri tegak di samping dipan. "Haruskah aku mencarinya? Atau..."Syuhh!! Syuhh!! Tepp!! Tepp!! Mendengar suara tersebut, Feng Huang pun menajamkan pendengarannya. Suara samar-samar itu terdengar bak langkah kaki dua orang tengah mendarat di atas atap kamar. Dan hal itu membuatnya sontak mengangkat wajahnya untuk menatap langit-langit kamar. "Huh, mungkinkah tebakan Yang Mulia benar?" ia mengerucutkan bibirnya, sementara matanya nanar menatap ke arah asal sua
Brakk!! Gong Fai tersentak kebingungan ketika ia melihat Chang Fan jatuh dengan keras dan menggelinding menghampiri kakinya. "Dia..." Sama sekali tidak pernah ia duga bahwa wanita bertubuh kecil yang sejak tadi terus ia perhatikan mampu menjatuhkan Chang Fan yang bertubuh hampir dua kali lipat lebih besar dari wanita tersebut. "Wanita ini..." Sebelum Gong Fai sempat menyelesaikan kalimatnya... Syuh!! Sebuah tinju mendesing cepat ke arahnya, dan demi menangkis serangan tersebut Gong Fai dengan cepat meraih goloknya yang tersampir di belakang punggungnya. Kemudian menyilangkan golok besar itu di depan tubuhnya. Dukk!! Tringg!! Golok keras yang seharusnya tidak akan menekuk kala terkena pukulan, kini melenting ke belakang dan terkibas mengenai lengan Gong Fai. Bukan hanya goloknya saja yang tak mampu bertahan menghadapi pukulan itu, Gong Fai sendiri sampai terseret beberapa langkah ke belakang. "Tidak mungkin!" Gong Fai meringis sambil menyentuh lengannya yang baru saja tersabet g