Pagi ini Feng Huang meninggalkan kamarnya sambil menekuk wajahnya. Di belakang Feng Huang, Jinlong mengikuti istri kecilnya itu sembari tersenyum tipis. ia sangat bahagia pagi ini karena telah berhasil bercocok tanam dengan giat demi menumbuhkan benih calon pewarisnya di rahim Feng Huang. "Feng?""Jangan ganggu aku!""Hmmm...""Jie?!"Feng Huang dan Jinlong sontak mengangkat wajah dan melemparkan pandangan ke arah seseorang yang baru saja berteriak itu. Sekitar 5 zhang dari tempat mereka melangkah Shu Haocun tampak berdiri di hadapan para murid Sekte Burung Api. "Mau apa si tua itu?" dengus Jinlong gusar ketika ia mengetahui siapa yang baru saja berteriak memanggil istri kecilnya. "Ada apa dengan Tetua Shu? Mengapa pagi ini wajahnya cerah sekali seperti bulan purnama?" celetuk Feng Huang, ia berpaling ke arah Jinlong dan menatap suaminya itu dengan wajah penasaran. "Jangan menatapku!""Mengapa?""Karena bukan aku yang telah memanggilmu.""Cih." Sungut Feng Huang sebal, kemudian m
Hari ini di Sekte Burung Api empat ketua sekte besar datang mengunjungi Shu Haocun untuk bertanya tentang kembalinya Yu Jie ke Benua Zhejiang setelah pengorbanan yang dilakukannya di Laut XishiSaat keempat Ketua Sekte tersebut datang, Feng Huang dan Jinlong sedang berbicara dengan Shu Haocun dan juga beberapa muridnya. "Tetua Shu, mengapa tidak menyambut kami?" tegur Fu Yuxuan dengan wajahnya yang arogan sambil berjalan bersama ketiga Tetua Sekte lainnya ke arah Shu Haocun dengan diantar oleh salah seorang murid Sekte Burung Api yang hari ini mendapat tugas untuk menjaga gerbang sekte. "Itu benar, Tetua Shu. Kamu bahkan tidak menghormati Biksu Changyi yang sengaja datang untuk menjengukmu di sini!" kali ini yang angkat bicara adalah Wang Dunrui. Mendengar celetukan dari para Tetua Sekte itu, baik Shu Haocun, Feng Huang, maupun Jinlong dan beberapa murid Sekte Burung Api yang tadinya sedang terlibat percakapan sontak berpaling ke arah asal suara.Para murid Sekte Burung Api memberi
Mendengar penjelasan dari Feng Huang, keempat Tetua Sekte sangat terkejut. Mereka tidak pernah menduga bahwa Kaisar Langit yang telah dirumorkan menghilang selama 515 tahun itu ternyata menyembunyikan dirinya di Laut Xishi hanya demi menunggu kelahiran kembali istri tercintanya. Dan setelah mendengar hal itu, baik Tian Kong, Wang Dunrui, dan Fu Yuxuan langsung beranjak dari kursi lalu menjatuhkan tubuhnya dalam posisi berlutut di hadapan Jinlong dan Feng Huang."Kami memberi salam kepada Yang Mulia Kaisar Langit dan Permaisuri Langit," ucap Tian Kong, Wang Dunrui, dan Fu Yuxuan bersama-sama sambil mengatupkan kedua tangan di depan tubuh."Para Tetua, bangkitlah!" titah Jinlong. Tian Kong dan Wang Dunrui berdiri kembali, tetapi masih memancarkan rasa hormat yang kuat. Mereka masih sulit mempercayai bahwa mereka sedang berada di hadapan pasangan Penguasa Alam Langit yang selama ribuan tahun ssebelumnya belum pernah menampakkan wujudnya di hadapan manusia biasa.Hal itu berbeda dengan F
Usai berbicara dengan para Tetua Sekte, di dalam aula sekte Burung Api... Feng Huang dengan terpaksa menerima penobatan dirinya untuk menjadi Tetua baru dari Sekte Burung Api atas usul dari Shu Haocun dan keempat Tetua Sekte lainnya. Setelah penobatannya, siang harinya Feng Huang pun menuju kediaman Yu. Ia pergi seorang diri. Namun Jinlong terus mengikutinya, mengawasinya dari kejauhan. Meski Jinlong telah setuju untuk mengikuti keinginan Shu Haocun agar mengijinkan Feng Huang untuk pergi sendiri ke kediaman Yu. Tapi ia tetap secara diam-diam mengikuti Feng Huang. Saat mendekati kediaman Yu, Feng Huang sempat berhenti sejenak tak jauh dari pintu gerbang kediaman Yu. Ia bisa merasakan ketegangan di udara saat ini ketika ia menatap gerbang kediaman Yu. Tapi ia tidak bisa mundur. Karena itu ia kembali melanjutkan langkahnya dengan kepala tegak. Kini ia telah tiba tepat di depan pintu masuk, ada dua orang pelayan pria yang berjaga di sana. Mata kedua pelayan itu menatapnya dengan tata
Setelah adu debat yang cukup sengit dengan Li Mei dan sedikit menyenangkan Ibu tiri Yu Jie itu, Feng Huang akhirnya berhasil tinggal di kediaman Yu atas seijin Li Mei. Tanpa tahu jika Li Mei melakukan hal itu agar Li Mei bisa kembali menyiksanya yang Li Mei anggap sebagai Yu Jie. Meski berhasil mendapatkan persetujuan dari Yu Zhuting untuk tinggal di kediaman Yu selama beberapa hari, baik Feng Huang mau pun Chun tidak diberi makan di dalam kediaman Yu. Semua pelayan yang berada di kediaman Yu juga menatap sinis dan tidak bersedia memberi makanan pada Chun ketika Chun pergi ke dapur kediaman demi mengambilkan makanan untuk Feng Huang. "Kalian..." Dengan tubuh bergetar menahan amarah, Chun menunjuk salah seorang pelayan yang telah berani mengusirnya dari dapur. "Sepertinya kalian lupa apa status kalian di sini!!" hardiknya."Lupa?" pelayan wanita yang ditunjuk Chun tersenyum sinis, "Kami tentu saja kami tidak lupa. Memang benar kami semua yang ada di sini hanyalah pelayan dari kediama
Merasa malu atas penjelasan dari pelayan wanita itu, Li Mei memerintahkan pada dua orang pelayan pria yang mengikutinya untuk menyeret pelayan tersebut guna diberi hukuman yang setimpal karena telah mempermalukan dirinya di hadapan putri tirinya. Bahkan dengan wajah merah padam ia pergi meninggalkan kamar Yu Jie. Feng Huang yang menyaksikan kemarahan Li Mei itu melepas kepergian Li Mei sembari tersenyum sinis. Beberapa saat kemudian, tatkala Chun kembali dari pusat kota dengan membawa sebungkus bakpao hangat, Feng Huang langsung bertanya pada Chun perihal tentang kebakaran yang terjadi di dapur kediaman Yu. "Apakah kamu ada hubungannya dengan kebakaran yang terjadi di dapur kediaman Yu?" Feng Huang menatap Chun dengan tatapan menyelidik. Sebenarnya ia tidak terlalu yakin kalau kebakaran di dapur kediaman Yu karena ulah Chun, ia bahkan sempat berpikir seseorang telah melakukannya demi membalas kejahatan Li Mei. Namun saat ini hanya ia dan Chun yang paling pantas untuk dicurigai.
Keesokan paginya, kediaman Yu dihebohkan dengan sakitnya Li Mei. Dari Tabib hingga Biksu dipanggil untuk menyembuhkan Li Mei yang diduga telah diganggu oleh hantu Nyonya Besar Yu. Seorang Biksu yang diutus oleh Biksu Changyi bahkan tidak bisa menyembuhkan Li Mei.Dari taman kecil kediaman Yu, tempat di mana Li Qui dulu sering menghabiskan waktunya bersama Li Qi hanya untuk menunggu Yu Jie meninggalkan kamarnya. Kini menjadi tempat bagi Feng Huang dan Chun untuk bersantai ria sambil memperhatikan para Tabib dan Biksu yang datang silih berganti."Nona, sepertinya apa yang Nona lakukan semalam untuk menakuti Nyonya Li Mei sedikit keterlaluan, Nona. Lihatlah! Betapa takutnya Nyonya Li Mei sekarang, sampai-sampai hari ini dia jatuh sakit dan mengundang banyak Biksu." Chun berbicara pada Feng Huang seraya terkikik geli.Feng Huang sama sekali tidak peduli atas ucapan Chun itu, dan justru asik menikmati bakpao yang ada di tangannya. Bakpao dingin sisa dari bakpao yang Chun beli kemarin sore.
Setengah dupa setelah ia berhasil membuat Kaisar Gao terdiam membisu, Feng Huang mengajak Kaisar Gao untuk mencari tempat yang lebih aman untuk berbicara empat mata tanpa harus disaksikan oleh Li Qui, Li Qi, dan Yu Zhuting yang terus menatapnya dari depan kamar Li Mei. Kaisar Gao sama sekali tidak berbicara selama ia melangkahkan kakinya untuk mengikuti Feng Huang. Semua yang ingin ia bicarakan pada wanita cantik itu menguap ke udara seiring pernyataan Feng Huang yang mengaku padanya bahwa pria yang selalu mengikutinya adalah suaminya. Tak lama berselang, Feng Huang dan Kaisar Gao pun tiba di lahan kecil yang terdapat di sudut barat kediaman Yu. Daripada disebut taman, tempat tersebut lebih mirip sebagai tempat untuk menyimpan stok kayu bakar dan tempat untuk menjemur pakaian. Ada sebuah sumur yang terdapat tak jauh dari dinding bangunan sebelah kediaman Yu. Sumur itu menggunakan timba kayu dan katrol untuk mengangkat air ke atas. Di sanalah Feng Huang menyandarkan bokongnya lalu me