"Kamu ingin bicara padaku?" Fu Jiazhen menganggukkan kepalanya, "Aku tahu ini sudah malam, tak pantas rasanya jika aku mengajakmu berbicara berdua, Nona Yu. Tapi aku janji ini tidak akan memakan waktu lama."Feng Huang berpikir sejenak sambil mengetuk hidung rampingnya yang tinggi sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Baik, tapi sebaiknya kita tidak berbicara di sini. Bisakah kamu mengikutiku, Tuan Muda Fu?" "Terserah Nona Yu saja," ucap Fu Jiazhen, ia mengulas senyum tipis di bibirnya lalu merentangkan salah satu tangannya ke depan. "Mari, Nona Yu!""Mari!" ajak Feng Huang. Tanpa menunggu jawaban Fu Jiazhen... Ia melambaikan tangannya pada Yueyin lalu berkelebat pergi. Fu Jiazhen yang semula hanya mengetahui bahwa Yu Jie tidak memiliki ilmu bela diri... Sempat terpaku menyaksikan kecepatan Feng Huang. Namun takut tidak bisa menemukan wanita yang ia sukai itu, Fu Jiazhen langsung bergegas menyusulnya. Meninggalkan Yueyin yang termangu di depan pintu kamar dengan mulut terb
Tengah malam kesibukan terlihat di Sekte Burung Api setelah kepergian Feng Huang dan Jinlong. Gara-gara bunyi ledakan yang berasal dari kamarnya dan menghancurkan sebagian ruangan itu... Para murid Sekte Burung Api yang tengah berjaga langsung berlari menuju asal suara. Tidak ada seorang pun yang mereka temukan ketika para murid itu tiba di tempat tersebut, yang terlihat hanyalah pintu kamar yang terbuka lebar juga api besar yang terus melahap dinding kamar yang masih tersisa. Di tempat lain, di dalam kapal yang pernah Jinlong pergunakan untuk membawanya dan Feng Huang ke Benua Zhejiang... Suara desahan samar terdengar dari dalam kapal itu. Suara itu bercampur dengan suara binatang malam yang terdengar bersahut-sahutan. "Cukup... Ssh.""Belum!" suara serak ini yang berasal dari seorang pria kemudian berganti dengan erangan beberapa saat kemudian. "Uh!" Wajah pria itu merona ketika ia mendapatkan pelepasan pertamanya. "Sudah, cukup!" geram si wanita sembari terengah-engah menahan le
Pagi hari suara para murid Sekte Burung Api yang ingin melaksanakan latihan pagi sontak riuh terdengar ketika mereka menemukan ruangan yang semalam telah terbakar kini telah kembali seperti sedia kala. Keriuhan itu bahkan memancing Fu Jiazhen dan Fu Yueyin untuk meninggalkan kamar mereka. Sebab semalam kedua Kakak beradik inilah yang telah membantu Shu Haocun untuk memadamkan api pheonik Feng Huang di saat para murid Sekte Burung Api sudah hampir kewalahan. "Aneh sekali!" bisik Yueyin pada Fu Jiazhen yang sedang berdiri di sampingnya. Fu Jiazhen mengangguk menyetujui ucapan adiknya itu. "Tapi di mana Nona Yu?" tanyanya. Semalam, di saat para murid Sekte Burung Api mengetuk dahan untuk memberitahukan tentang kebakaran yang terjadi pada salah satu ruangan... Ia dan Yueyin sempat bertanya ruangan apa itu? Dan salah satu murid Sekte memberitahukan padanya kalau ruangan tersebut adalah kamar tidur yang diperuntukkan untuk Yu Jie. "Lalu di mana Nona Yu?" tanyanya saat itu. Dan sejak ia
"Mengapa mengajakku ke Pusat Kota? Apakah kamu merindukan pria itu?""Apa maksudmu?" Feng Huang memutar bola matanya dengan jengah. Jika Jinlong menyindirnya karena cemburu, ia cukup senang menerimanya. Tapi haruskah suaminya ini terus menghubungkan setiap apa yang ia lakukan dengan beberapa pria yang sama sekali tidak menarik baginya? "Bukankah Pusat Kota sangat dekat dengan Istana Taiyang?""...""Pria yang datang ke Sekte kemarin...""Dia tidak lebih baik darimu!""Oh?""Aku ke sini bukan untuk bertemu dengannya, tapi..." Feng Huang melemparkan pandangannya ke Toko Obat di seberang jalan. Toko Obat tersebut adalah Toko Obat terbesar di Benua Zhejiang dan banyak menjual berbagai bahan obat dari yang mudah didapat hingga yang sangat langka. Dua tahun yang lalu Chun pernah ke sana ketika ia masih hidup sebagai Yu Jie demi membelikan obat untuk Neneknya sesuai resep dari Tabib keluarganya. Maka dari itu hari ini Feng Huang memilih untuk menunggu di seberang Toko tersebut. Jika ia cuku
Mendengar percakapan Tabib Ang dengan putranya... Feng Huang segera memasuki kamar di mana Tabib Ang dan putranya sekarang tengah berbicara."Katakan sekali lagi apa yang baru saja kamu katakan pada Ayahmu!" titahnya pada pria muda yang sedang duduk di atas dipan. Penampilan pria itu sedikit berantakan, seakan pria itu belum membersihkan tubuhnya selama beberapa hari. Karena dari hanfu berbahan katun yang melekat di tubuh pria itu tercium aroma keringat yang sangat pekat. Pria yang ditanya oleh Feng Huang mengangkat wajahnya dan menatap Feng Huang dengan wajah muram."Nona Yu," sapanya sungkan, meski ia jarang melihat Yu Jie sewaktu ia menemani Ayahnya untuk memeriksa keadaan Nyonya Besar Yu... Tapi ia pernah bertemu dengan wanita cantik ini sebanyak dua kali. Dan baginya wajah Yu Jie adalah satu-satunya wajah yang sulit untuk ia lupakan. "Maaf, aku tidak tahu apa maksudmu, dan sebaiknya kamu tidak perlu bertanya lagi padaku. Karena aku tidak akan pernah menjawabnya.""Kalau begitu t
Di selasar Istana Taiyang menuju aula Istana di mana Kaisar Gao sedang memimpin pertemuan dengan para Menterinya, seorang Panglima kini tengah berlari tergesa-gesa menuju aula Istana. Tiba di dalam aula, Panglima ini segera berlutut beberapa zhang di hadapan Kaisar Gao."Salam, Yang Mulia. Sun memberi hormat kepada Yang Mulia." Panglima yang menyebutkan namanya sebagai Sun tersebut menunduk sambil mengatupkan kedua tangannya di depan tubuhnya."Panglima Sun, ada apa? Mengapa kamu mengganggu pertemuanku dengan para Menteri Istana?" tukas Kaisar Gao yang merasa terganggu dengan kehadiran bawahan dari salah satu Jenderal terpercayanya itu. "Yang Mulia, ada sesuatu yang hendak hamba laporkan." Ucap Panglima Sun lagi. "Katakan!" titah Kaisar Gao sambil menatap Panglima Sun dengan wajah gusar. "Pagi ini, Yang Mulia. Seperti biasa hamba bersama dua bawahan hamba pergi untuk memeriksa penduduk setempat. Dan ketika hamba berhenti untuk beristirahat sebentar, hamba mendengar beberapa orang s
Sore hari, Feng Huang dan Jinlong sedang menyusuri jalan setapak menuju Sekte Burung Api ketika 3 ekor kuda melintas di samping mereka dengan kecepatan penuh."Hati-hati!" Jinlong menarik lengan Feng Huang ke arahnya agar Feng Huang tidak tertabrak oleh ketiga ekor kuda tersebut. Usai menyelamatkan istri kecilnya ia langsung menatap tajam pada ketiga penunggang kuda yang menurutnya sangat tidak tahu aturan."Jirah itu... Bukankah itu jirah perang milik Istana Taiyang!" celetuknya.Feng Huang sontak memperhatikan ketiga penunggang kuda yang baru saja melewati dirinya."Benar, jirah-jirah yang dikenakan oleh ketiga penunggang kuda itu sangat mirip dengan jirah yang dikenakan oleh kedua Jenderal yang pernah dibawa oleh Kaisar Gao ke Sekte Burung Api. Tapi... Mengapa sekarang mereka kembali ke Sekte Burung Api?" ia mengerutkan keningnya lalu berpaling pada Jinlong dengan wajah penuh tanda tanya."Mungkinkah kekasihmu itu belum menyerah padamu?" sindir Jinlong sinis."Ah, kamu masih cembur
Di tengah pengejaran kedua Jenderal dan Panglima Sun, tiba-tiba... Brakk!! Srett!! Suara barang jatuh yang sangat keras dan terseret rerumputan di belakang tubuh kedua Jenderal, membuat kedua Jenderal Kaisar Gao yang bertubuh kekar itu reflek menghentikan pengejaran dan membalikkan tubuh mereka. Sekitar 2 zhang di depan sana, mereka menemukan Panglima Sun sedang terduduk di atas rumput. Meringis sambil memegang perutnya, seolah seseorang baru saja menyerangnya. Namun penyerang tersebut sama sekali tidak terlihat di mana-mana. "Panglima Sun, ada apa?!" teriak salah seorang Jenderal dengan wajah cemas. Sementara Jenderal lainnya sibuk mengedarkan pandangannya, menyapu seluruh area di hadapan Sekte Burung Api dengan netranya. "Kedua Jenderal, berhati-hatilah. Ada seseorang yang sedang mengikuti kita saat ini," ujar Panglima Sun memperingatkan. Kedua Jenderal segera memasang sikap waspada, menunggu kemungkinan terburuk yang akan menghampiri mereka. Masalahnya saat ini mereka tidak