Beranda / Fantasi / Pengantin Pilihan Raja / Membalut luka yang dilukai

Share

Membalut luka yang dilukai

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-13 09:36:15

Selamat membaca.

Ku Kira ia akan membunuhku malam itu, nyatanya tidak dan mungkin akan berlangsung cukup lama.

Atas permintaan Kafkan, Almosa dan Damor. Rantai yang mengikat kakiku di cabut, dan Baginda membawaku ke tempat yang tidak aku tau.

Dia—Baginda, seperti ingin mengobati luka di hatiku setelah menyakitinya.

Tap!

Tap!

Tap!

Lama berjalan, dengan bantuannya yang terpaksa ku terima. Akhirnya kami sampai di tempat dengan rumput hijau. Tunggu…rumput hijau.

Menyandarkan pandanganku ke depan.

"Ini?" sontak mataku membulat saat melihat pemandangan yang cukup menyegarkan mata. Taman, dengan kolam bundar di tengah-tengahnya. Aku bertanya-tanya apakah ada ikan yang hidup di sana? Di beberapa tempat, di buat taman bunga. Bukan bunga biasa, tapi bunga yang mengandung manfaat.

Di pinggir kolam, terdapat batang pohon tua dengan jamur berbagai macam jenis yang tumbuh subur.

"Jika kau bosan di kamarmu, datanglah!"

Aku terkejut dengan kata-kata itu. Ragu. Aku menoleh ke arahnya yang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Pilihan Raja   Kenikmatan untuk penyesalan pada waktu

    Selamat membaca. Selesai menaruh semua barang-barangku ke dalam kamar, mataku beralih pada pintu kamar mandi yang dilapisi emas. 'Hah' menghembuskan nafasku kasar, sebelum berjalan ke arah lemari berwarna hitam keemasan. Mengambil jubah mandi ku yang begitu mudah untuk dilepas. Bisakah aku memaki?! Setelahnya aku berjalan masuk. Membuka pintu perlahan-lahan, yang sambut oleh aroma semerbak dari wewangian yang tak pernah ku dapatkan saat tinggal di Clossiana Frigga. Sebab biasanya, aku hanya berendam dengan air mawar. Tapi aku melihat Baginda. "Apa aku mandi seorang diri?" aku bertanya dengan raut bingung, tapi mengapa hatiku seakan begitu senang. Seolah ada yang bersorak-sorak dalam diriku—Aku. "Terserahlah!"Menanggalkan pakaianku, ini pertama kalinya aku akan masuk ke dalam bak yang seperti kolam pemandian air panas pribadi. Karena biasanya, aku hanya mandi di pinggirnya saja dengan cara yang gila karena Baginda. Tap! BYURRR! Deg! Sesak… mataku membelalak saat kakiku tak meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-13
  • Pengantin Pilihan Raja   Nesesbula Safalis di utara

    Selamat membaca. Sampai pagi pun, aku hanya menunggu sampai ia pergi dari sisiku—benar, dia memang menyuruhku untuk tidur. Tapi coba bayangkan, apakah kamu bisa tidur dalam seperti itu. Aku hanya menutup mataku. Hingga matahari menyambar netra mataku yang berair— diatas tempat tidur, aku mencoba untuk bangkit. Krakkk! Seperti tubuhku ada yang patah! Dia benar-benar menghabisiku. "Kau tidak tidur?"DEG! Mataku sontak membulat saat melihat ke arah sofa yang menghadap langsung ke dalam kamar, dengan Baginda yang sedang duduk disana! "Ba-baginda…""Tidurlah!""Tapi aku…" ingin bangun—sambungku dalam hati. Tak berani melanjutkan kata-kataku, saat melihat tatapan tajam penuh peringatan yang ia layangkan padaku. Kembali berbaring, aku mencoba untuk menutup mataku sampai mataku berkerut. Memaksa otakku untuk segera tertidur….***"Emabell, Emabell!" Panggilan seseorang membuat aku tersadar dari tidurku. "Ba…" Bukan. Tapi, "Kafkan?!" "Sampai kapan kau akan tidur? Apakah kau begitu kel

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Pengantin Pilihan Raja   Kegilaan yang mematikan

    Selamat membaca. "Akhhh!" Aku meringis saat pria yang tak ku kenal mencekik leherku dengan sangat kuatnya. Mataku hampir tertutup dibuatnya, keringatku juga bercucuran menahan sakit. Pria di hadapanku ini siapa? "Ternyata kau memang sangat cantik!" sinisnya. Setidaknya lepaskan aku dulu baru bicara! "Tapi orang-orang dari utara, tidak mungkin hanya mengagumi kecantikanmu, 'kan?" ucapnya menatapku dari atas sampai bawah. Me-mereka dimana? A-aku mati kalau terus-terusan tergantung seperti ini. Bugh! Tiba-tiba saja Damor dan Kafkan datang, dan langsung menahan pria gila itu. Uhuk! Uhuk! Uhuk! "LARI!" seru Damor, itu membuatku mengerutkan kening ku bingung. Tak mengerti. "EMABELL!" Mungkinkah pria itu adalah musuh? Tak peduli, aku berlari keluar dari dalam kamar karena pria asing itu terlihat ingin sekali menghabisiku. Hosh! Hosh! Hosh! Aku berlari tanpa arah, tentu saja dengan darah yang menemaniku setiap langkahku. Leherku sakit, tapi ini bukan racun—pria itu jelas ingin me

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Pengantin Pilihan Raja   Kehangatan pada malam, dari utara

    Selamat membaca. Aku kembali dengan alasan lelah, sebab aku tak mau kalau nanti baginda melakukan sesuatu di tempat terbuka—oh ayolah, memikirkannya saja sudah membuatku merasa pusing. Di kamar, aku membuka kotak herbal. Tapi botol dengan surat didalamnya menghilang. "Aku tidak menyentuhnya? Bagaimana bisa tidak ada? Apa, aku menjatuhkan saat berlari tadi?" bingungku. Mencari ke arah bawah meja, dan sekitaran tempat tidur. Namun tak ada apa-apa disana, semuanya bersih. Bekas kekacauan tadi juga telah selesai. "Tidak ada!" kataku, melirik ke arah luar jendela—aku bisa dikurung kalau keluar tengah malam begini! Tapi. Aku menatap kembali ke arah kotak herbal. "Aku rindu kakak!"Dan ya. Berbekal kenekatan, aku kembali ke taman secara diam-diam. Gelap, dan menakutkan. Dan pikiranku mulai membayangkan kepala yang melayang. "Astaga Emabell, tenang saja. Tidak ada hantu disini!"Tap! Tap! Tap! Mengendap-endap, aku melangkahkan kaki telanjangku keluar. Sebab sepatu hanya akan membuat s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Pengantin Pilihan Raja   Sesuatu di antara mawar!

    Selamat membaca. Istana. Menghadap mereka, Baginda menatapku dengan tatapan sangarnya lagi. Itu membuat aku sontak menunduk. "Kamu?"Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat. "Bukan, itu bukan berasal dariku. Ku pi-pikir itu baginda jadi…"Damor tersenyum sinis. "Bagaimana bisa seorang pemimpin dari utara, memiliki aura yang begitu baik. Emabell! Apa lagi yang kau sembunyikan?" tuduh Damor padaku. Dengan cepat, aku menggelengkan kepalaku lagi. "Ti-tidak. Aku su-sudah jujur!" Lalu menatap ke arah baginda dengan ragu. Menelan saliva ku dengan kasar, meminta ia untuk percaya. "Aku tidak melakukannya!""Dan jika kau berbohong?"Aku tahu ia akan membunuhku jika aku berbohong padanya. Sendu, aku menatap ke arah Baginda. "Apa yang baginda inginkan?" Bukankah semuanya telah ia dapatkan, telah ia lakukan padaku. "Jadilah ratuku!"Bukankah dia selalu berkata begitu. Sampai, ia melanjutkan kalimatnya. "Di hadapan dunia Elydra!""Baginda…" Almosa menggelengkan kepalanya padaku, memintaku untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • Pengantin Pilihan Raja   Api yang membara dalam darahmu

    Selamat membaca. "BAGINDA!" Teriakku mencoba untuk keluar dari dalam air. Tapi sesuatu seakan menarik kakiku kembali ke dalam air. Tak sempat menggapai tangan Baginda! Sesak! Seseorang seakan menciumku….Namun saat itu juga, air dalam kolam mandi terangkat ke atas. Yang diubahnya menjadi uap. Hosh….aku kembali bernafas. Dan Baginda langsung memelukku dengan eratnya, sedang aku tak peduli lagi pada tubuh telanjangku. Sebab yang kupikirkan adalah bayangan tadi. "Ada apa hmmm?"Aku ingin menangis. Tapi aku tak boleh menangis di hadapannya. "Emabell!" panggilnya dengan suara yang melembut, sontak aku menoleh ke arahnya dengan mata yang berkaca-kaca.Matanya tertuju pada bibirku. "Katakan?" tuntutnya. Mencoba untuk tenang. Aku… A-aku akhirnya… huaaaa! Menangis, seperti makhluk lemah saja. Lalu menjawab, "dia…aku takut!" kataku—tak bisa memberitahukan siapa dalang yang menciumku di dalam air barusan. Sebab itu, akan membuat utara mengangkat pedang. Yang memicu peperangan. "EMABELL! K

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19
  • Pengantin Pilihan Raja   Ribuan pedang yang mencariku

    Selamat membaca. Tok! Tok! Tok! Suara pintu dibuka, sontak aku menoleh ke arah pintu yang menampakan Almosa dengan sepiring sup di tangannya. Meletakan pecahan kaca pada tempat sampah, aku tersenyum menyambutnya. "Almosa?" kataku, bingung. Menatap ke arah belakangnya, tanpa hadirnya baginda. "Emmm, baginda mana?"Tetapi Almosa hanya menatapku dengan tatapan seolah aku sakit. "Kau mencari baginda?" tanyanya dingin. Dan ku anggukan kepalaku sebagai jawaban. Sunyi. "Me-mengapa kau menatapku begitu?" tanyaku, mencoba mengambil nampan yang sedang dibawa oleh Almosa. Akan tetapi, belum sempat tanganku meraih nampan itu. Almosa…. PRANGGG! Ia melempar napan itu ke sembarang arah, yang hanya membuat aku menghembuskan nafasku kasar. 'Hah' lalu menatap Almosa yang terlihat berkaca-kaca. "Almosa…" Aku meraih wajah tampannya itu, lantas tersenyum padanya. "Ini pilihanku!""Ini salahku!" sambungnya dengan suara serak, lengkap dengan tatapan tak rela. "INI SALAHKU! KARENA HARUSNYA, KAMU SU

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • Pengantin Pilihan Raja   Tenggelam dalam langit biru

    Selamat membaca. "Emabell?!""Kak Tara!" Aku berlari memeluk pria itu dengan eratnya, tersenyum senang. Meski air mataku mengalir dengan sangat deras saat ini. "Aku merindukanmu!" kataku. "Sebesar apa?""Sangat besar!" sampai tidak ada lagi yang bisa ku percaya dari tanah ini. Almosa—sambungku dalam hati. Tersenyum miris, meratapi diriku sendiri. Kau bilang kau tidak suka kebohongan, lantas permainan apa yang berikan padaku dengan memanfaatkan kebohongan. Baginda?! Aku pernah tertipu sekali, jadi aku tidak akan tertipu lagi untuk kedua kalinya. ***Kecewa. Nekat pergi dari istana ini, dengan bantuan sosok roh yang selalu mengikuti setiap saat. "Selamat tinggal, Baginda!" ucapku, sebelum masuk ke dalam tembok kamarku yang entah akan tembus ke mana. Aku hanya penasaran, dan mungkin. Rasa penasaranku itu. Dapat membunuhku nantinya, aku mengenalnya. Tapi aku—Emabell, juga sudah mengenal rasa sakit dari hidup yang aku inginkan. ***Hutan. Bagian perbatasan. "Luar biasa!" seperti tel

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-21

Bab terbaru

  • Pengantin Pilihan Raja   Kemenangan Akhir.

    Selamat membaca. Tabir pelindung yang terbentuk di atas dunia Elydra itu mampu menyerap setiap api kemarahan Darka, meski terlambat. Tapi kekuataan itu begitu besar sampai setiap kaki yang berdiri akhirnya tak mampu lagi untuk berdiri—semua mahkluk akhirnya menghormati Emabell, bahkan para tetua yang tersisa menundukan kepalanya.Bukan karena kekuataan lagi. Tapi karena pengorbanan seorang manusia biasa pada dunia yang dengan hebatnya menolaknya sebagai ratu, tapi dengan sangat luar biasanya ia bela dengan mengorbankan nyawanya sendiri."Mungkin agak terlambat, tapi kini kau akan menjadi ratu kami. Satu-satunya ratu kami, Emabell kami."Aku menang. Tapi tunggu, aku kewalahan karena menahan kekuataan Darka. Keringat dingin memenuhi tubuhku, tapi tidak apa-apa. Ini bukan pertama kalinya aku di panggang!WUSH!Lenyap. Ah, rupanya aku juga tumbang. Baginda…tolong aku?!Gelap.***Beberapa hari kemudian, akhirnya aku sadar. Seolah tersadar dari mimpi, atau terbangun di dalam mimpi.Aku me

  • Pengantin Pilihan Raja   Pengorbanan terakhir

    Selamat membaca.Raja dan Ratu, dan setiap makhluk yang mengisi aula utama Gratarus yang mengag dan indah saling tatap. Mereka kebingungan dengan alis yang mengerut sempurna—bagaimana tidak, pasalnya aku yang sudah seperti kehilangan kendali akan dirinya sendiri tiba-tiba saja menjadi tenang."Kau baik-baik saja Nak?" tanya ayah. Melirik ke arahku yang sedang berjalan menuju altar. "Emabell?""Ya ayah? Aku baik. Sangat baik." ucapku sembari tersenyum. Meski hatiku sangat ragu sekarang—"ternyata benar ya ayah, memilih itu sangat mudah. Yang susah itu, adalah bertahan." Kataku sambil mengumbar senyuman khas seorang Emabell dari Clossiana Frigga.Dan yah. Mata ayahku berbinar, dapat ku rasakan kalau hatinya tergetar atas perkataanku yang sepertinya sangat menyentuh hatinya. "Kau a-akhirnya mengerti Emabell?""Iya.""Ayah bangga padamu."Aku tersenyum. "Ayah akan semakin bangga. Karena kini aku mencintai Dunia Elydra.""Kenapa?" Karena dunia ini mencintai Bagindaku, rajaku, pilihan hatiku

  • Pengantin Pilihan Raja   Pilihan terakhir

    Selamat membaca.Kau mengurungku. Lalu memintaku untuk melangsungkan upacara pernikahan yang tidak seharusnya terjadi Vardiantura? Baik, lakukan. "Aku akan mengukur waktu!"Mataku berubah warna menjadi keemasan, dan darah keluar dari mataku meski hanya sedikit. Itu karena Sakana mencoba melakukan lelepati denganku yang ternyata berhasil—baginda, hanya menyuruhku untuk menunggu sampai ia datang."Kalau kau tidak bisa bersabar, Baginda bersumpah akan memperkosaku setiap malam dan membunuh kami di depanmu! Jadi jangan lakukan hal gila. Kau mengerti!" tegas Sakana mengingatkan.Mataku membulat sempurna. Dan dengan susah payah aku menelan salivaku, "iya a-aku mengerti." jawabku.Karena semakin pusing. Jadi Sakana memutuskan telepati.Setelahnya, aku menatap ke arah pintu. Tapi percuma, pintu itu dikunci dari depan. 'hah' aku tidak suka di paksa—runtukku dalam hati.***-sementara itu, istana hitam. Utara yang membeku. Terjadi penangkapan besar-besaran di empat wilayah di Utara. Kota Devika

  • Pengantin Pilihan Raja   Manusia dengan ribuan kristal di punggungnya

    Selamat membaca.Berkat kecurigaan yang sepenuhnya benar. Aku di sidang di hadapan raja Vardiantura, di temani pangeran Edanosa dan Raja Nesessbula sebagai saksi atas kesalahanku."Bagaimana bisa rasa rindu menjadi kesalahan? Rindu itu tidak menyakitiku maka itu bukanlah sebuah kesalahan." Aku membela diriku sendiri. Tidak peduli seberapa hebatnya para ratu serta ibu dan ayahku yang terus memberiku kode agar aku diam saja tak mengatakan apapun—maaf tapi dia bukan Bagindaku, dan aku tidak akan pernah tunduk padanya."Berarti kamu berkomunikasi dengannya." ucapnya dingin."Itu hakku!" "Sejak kapan kamu memiliki hak Emabell?""Dan sejak kapan kau memiliki hak untuk bertanya padaku?" balasku tak ingin kalah. karena aku benar, ini adalah hakku.Edanosa menatapku dengan alis yang mengerut ke atas lagi. Tapi aku tidak bisa diam lagi, aku menatapnya sekali lalu tersenyum padanya seolah mengatakan kalau aku akan baik-baik saja meski hasilnya."Lihat aku!" Titah Vardiantura. Dan aku menatapnya

  • Pengantin Pilihan Raja   Kiriman misterius

    Selamat membaca.Gartarus. Kerajaan yang yang akan menjadi yang utama setelah Utara, indah, asri dan sangat nyaman namun sedikit mencekam.Orang-orangnya berkulit sawo matang dan hampir dari 99% warganya adalah pengendali tumbuh-tumbuhan. Merekalah yang membuat tumbuhan dapat bergerak, tapi ada juga tumbuh-tumbuhan yang sudah memiliki nyawa sejak lahir.Dedaunan yang jatuh bahkan bisa terbang kembali ke udara seperti ribuan burung-burung.Mereka ramah, dan alami saat tersenyum padaku."Huh! Senang rasanya melihat semua saling bahu membahu dalam mengurus kerajaan. Tamu tak diundang bahkan di sambut dengan baik," Ucapku sambil tersenyum manis menghirup udara segar menyambut hari pernikahanku. "Anehnya hanya Raja Nesessbula yang berbeda." Tambahku."Apa maksud Anda Emabell?!""Kau seperti orang mati, berkulit pucat, dingin dan terlihat seperti bukan berasal dari wilayah ini."Dia tersenyum smirk. "Timur. Tidak selalu tentang warna kulit. Dan lagi, aku adalah keturunan asli kerajaan Grata

  • Pengantin Pilihan Raja   Matahari yang tertutup

    Selamat membaca.Akhirnya hari itu tiba juga. Aku dan gaun pengantin di hadapanku, perhiasan bahkan mahkota yang akan ku kenakan terpajang dalam lemari kaca yang begitu mewah.Pernikahanku dan Vardiantura. Mereka berpikir kami akan menjadi 'lawan mencintai lawan' harusnya begitu. Tapi aku sudah mencintai lawanku yang sebenarnya—pria brengsek itu bukan Vardiantura tapi Baginda.Aku tersenyum membayangkan. "Kau tersenyum?" Edanosa muncul di sampingku. "Kau suka gaunnya?""Ya.""Aku mengenal guruku Emabell, dia memiliki dua senyuman. Yang satunya tulus, dan yang satunya lagi tulus dengan rencana.""Hm?" Ku kerutkan keningku pada pangeran Edanosa yang ada di sampingku. Sebelum tersenyum padanya. "Benarkah? Jadi, apa arti senyumanku ini?!" "Tulus dengan rencana." Aku tersenyum senang. "Emabell. Aku mohon!" Dia mengerutkan keningnya padaku. Mengandeng tanganku dengan mata berkaca-kaca."Lepas.""Alasan kau koma, bukan karena kekuataan misterius yang membutakan. Tapi karena…." Aku buru-bu

  • Pengantin Pilihan Raja   Menggunakan satu sayap

    Selamat membaca.Aku tersenyum senang. Lalu menatap ke arah Nesessbula yang ingin menyampaikan informasi ini. "Sekalian, katakan padanya, aku masih menunggu." Terangku yang membuat Sih Vardiantura sialan itu tersenyum sinis."Apa yang kau harapkan?""Sampaikan saja!" Potongku. Tak peduli pada wajah angkuh seakan tak terkalahkan padahal cuma mayat hidup, aku jadi merindukan dia yang ku ciptakan dalam benakku. "Ini perintah!" Deg!"Kau….""Kau ingin aku menjadi ratu, akan ku lakukan sesuai yang kau inginkan. Dan kalian akan hidup!" Tegasku sembari tersenyum sampai mataku tidak lagi terbuka—meski artinya adalah sindiran.Mereka saling tatap. Tersenyum satu sama lainnya. "kau mau menikah denganku?" tanya Vardiantura."Hm." Jawabku sembari terus mengunyah."Kau mau menjadi ratu kami tanpa Baginda tercinta mu itu?""Hm." "Kau ingin memberikanku cinta.""Tentu.""Bagaimana dengan keturunan.""Tidak buruk."Mereka semakin bingung. "Kau masih waras Emabell?""Tidak. Setengah gila. YAH WARASL

  • Pengantin Pilihan Raja   Akhir Dialog Harapan Waktu

    Selamat membaca.Aku berjalan seperti orang bodoh diantara dinginnya malam, menikmati luasnya taman yang di bangun hanya untukku. Emabell dari Clossiana Frigga, bahkan nama taman ini adalah namaku. TAMAN EMABELL. Semuanya lengkap, kasih sayang, cinta, perhatian bahkan makanan sudah tersedia. Hanya saja, mengapa? Aku terus menatap ke arah tembok raksasa yang menghalangi duniaku."Baginda?" Sadar kalau ada langkah yang terus mengikutiku sedari tadi—Kubiarkan karena Baginda juga diam saja sedari tadi.Tiba-tiba. Ia memelukku dari belakang. "Tidak dingin?" tanyanya—Bisa kurasakan dengan jelas hembusan nafasnya yang menyentuh leher jenjangku. "Em.""Em?" Ulangnya.Aku tidak bersemangat sampai aku bisa membaca isi pikirannya. "Baginda mereka mengadakan pertemuan dan akhirnya Utara diundang….""Kita tidak akan pergi!""Mereka memilihku sebagai perwakilan." Aku sangat bersemangat sampai lupa akan sesuatu. "Ini…" tak melanjutkan ucapanku, kepalaku malah tertunduk ke bawah. Dan tak kusadari k

  • Pengantin Pilihan Raja   Merindukan kekejaman!

    Selamat membaca.Ribuan panah amarah penuh penolakan di tengah kedamaian tanpa Utara. Dari orang-orang yang pernah tersenyum padaku—Tetapi Dia, Baginda. Dengan cepat menerjang ribuan anak panah itu seperti meteor yang kembali naik ke atas langit tanpa rasa takut.WUSH!Angin berhembus menerpa ku dengan sangat kuat, membuat surai dan pakaian kami beterbangan ke mana-mana. Tapi mata kami seakan menatap biasa saja ke arah Baginda.Zurra menatapku. "Nah Emabell, kita pulang?" Ia mengulurkan tangannya. Membuat aku tergetar, tersentak kagum. Melihat senyuman mereka yang berdiri di hadapanku, dengan ribuan prajurit Utara yang mendekat. Seolah menjemput kami untuk kembali pulang.Meski hanya kumpulan tengkorak dan mayat hidup. Mengapa rasanya bisa sangat hangat? Kegerian dan ketakutan yang pernah ada, sekarang ada dimana? Dan tekad untuk pulang ke Clossiana Frigga yang membuat banyak sekali rasa sakit. Terbang ke angkasa mana?"Ayo kita pulang." Senyumku sembari meraih tangan Zurra.Namun seb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status