Lalu aku dan Farhan pergi meninggalkan Alinda yang masih berada di restoran itu. Farhan menggandeng tanganku sambil berjalan menuju hotel.
Ku lihat Farhan mengeluarkan ponselnya dan menelpon Jack untuk menuju parkiran.
"Halo Jack, cepat kau ke parkiran. Aku dan Luna menunggumu di mobil," ucap Farhan.
"Baiklah aku akan segera turun."
Lalu Farhan memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku jasnya.
"Ayo kita masuk Luna."
"Apakah Jack akan ikut dangan kita?"
"Tentu saja, hanya dia yang tahu kediaman kakek Wiliam."
"Benar juga," ucapku sambil memalingkan wajahku karena aku merasa bodoh saat bertanya seperti itu barusan.
"Luna..." ucap Farhan sambil memegang daguku dan mengarahkannya di depan wajahnya.
"Ada apa?"
"Selama kita m
"Saat papa baru pulang dari luar negri lalu bagaimana reaksi papa saat melihat ada bayi laki laki?""Dia tidak tahu, karena ibumu menitipkan Jack padaku saat ia tahu bahwa Charlie akan pulang dan dia sesekali mengunjungu Jack dan kau dititipkan bersamaku," terang kakek."Jadi selama ini Charlie tidak mengharapkan kehadiranku?" Tanya Jack pada kakek."Bukan seperti itu Jack, dia hanya belum tahu tentang kebenaranya sama seperti kalian. Semua adalah kesalahanku karena tidak pernah memberi tahu kepada kalian," ucap kakek sambil menundukan kepalanya."Kakek, malam ini kita akan menginap dirumahmu boleh kan?" ucap Jack."Tentu saja, biar pelayan yang akan mengurus kamar kalian. Sebentar lagi jam makan siang, aku akan menyuruh koki kediaman untuk membuat hidangan yang ter lezat untuk kalian.""Terimakasih kek," ucapku."Ini adalah hari sp
"Nikmati saja sayang," ucapku sambil memulai permainan.Aku menyunggingkan senyum nakalku dan Farhan pun ikut tersenyum, Farhan tidak ingin tinggal diam, tangannya mulai beraksi menjamahi seluruh tubuhku."Sayangggg... Permainanmu boleh juga," ucap Farhan.Mendengar ucapannya, aku semakin bersemangat menunjukkan aksiku."Kau juga harus menunjukkan keliaranmu sayang, uh," ucapku."Faster baby, come on," ucap Farhan.Mendengar ucapan Farhan, aku langsung menjadi jadi dan begitupun Farhan. Karena ia sudah sangat dipenuhi nafsu maka ia langsung membalikkan badanku dan aku terlentang di atas kasur."Sekang giliranku, sayang," ucap Farhan."Ohh sayang..." ucapku tanpa kontrol."Kenapa sayang?" Tanya Farhan."Jangan siksa akuuu, plissss...""Kita akan
"Kenapa kau repot repot untuk menyiapkannya Luna, kan ada pelayan yang bisa menyiapkanya," kata kakek."Ini hanya hal kecil, aku bisa melakukannya sendiri kok,"ucapku dengan menyunggingkan senyuman.Lalu kami berempat makan bersama, saat semua sedang sibuk dengan makanannya masing masing tiba-tiba ponsel Farhan berdering."Maaf, saya permisi dulu," kata Farhan, lalu ia langsung berdiri dan berjalan menjauh dari ruang makan untuk mengangkat telponnya.Jack hanya memandangi punggung Farhan yang semakin berjalan menjauh dan tertutup oleh tembok. Aku berfikiran bahwa itu adalah masalah pekerjaannya jadi aku membiarkanya."Halo," ucap Farhan."Hay Farhan. Kapan kau akan kembali ke Seattel?" Kata si penelpon itu dengan nada yang begitu manja.Suara itu adalah suara perempuan dan Farhan langsung mengetahui siapa dibalik suara itu, sudah jelas itu Alinda."Bagaimana bisa kau mendapatkan nomor ponselku?""Itu adalah hal yan
Kami bertiga menuju bandara dengan mobil yang sudah di siapkan oleh kakek. Selama perjalanan hingga di dalam pesawat aku merasa bersalah kepada Farhan, sepertinya Farhan menyadari bahwa sedari tadi aku murung."Sayang, apa yang sedang kau pikirkan? Aku liat dari tadi kau terus melamun," ucap Farhan."Aku ngga papa sayang," kataku."Katakan saja, raut wajahmu tidak bisa berbohong.""Mengenai masalah ayah angkatmu, aku minta maaf karena sudah mengungkitnya kembali, kau pasti merasa terpukul," terangku."Kenapa kau berpikiran seperti itu sayang, itu adalah kesalahanku karena aku tidak memberitahu padamu sejak dulu. Sudah sudah kau jangan merasa bersalah seperti itu, aku tidak apa apa.""Maafkan aku karena sudah terlalu penasaran dengan masa lalumu, aku berjanji tidak akan mengulanginya dan akan menjaga sikapku lain kali.""Untuk apa kau meminta maaf padaku? Bukankah kita sepasang suami istri? Memang sudah wajarnya jika kita saling
*****Suasana kantor memang sedang sibuk karena saham yang terus menurun. Ditengah tengah kesibukan semua orang, Alinda datang mengunjungi Farhan, bahkan masuk ke ruangan Farhan tanpa membuat janji terlebih dahulu.'TOK TOK TOK'"Masuk," ucap Farhan dengan cuek tidak melihat siapa yang mengetuk pintu karena ia sedang sibuk dengan laptopnya."Hay Farhan Jacob Alexander," ucap Alinda.Mendengar namanya disebut dengan lengkap, Farhan langsung menoleh ke sumber suara itu."Ada apa kau kesini? Kita tidak ada janji pertemuan sebelumnya, aku sedang sibuk silahkan kau pulang," ucap Farhan dengan nada dingin."Kenapa kau terlalu jual mahal padaku, padahal aku kesini ingin menawari bantuan untukmu.""bantuan?""Ya, aku bisa membantumu mendapatkan sahamu kembali, aku bisa bicara denga Jemy, tetapi tentu saja itu semua ada syaratnya, kita harus jadi mitra kerja yang kompak, bagaimana?" Ucap Alinda."Aku tidak butu
Tiba-tiba ponsel Farhan berdering, lalu aku turun dari atas tubuh Farhan dan menyuruhnya untuk mengangkat telponya, awalnya Farhan tidak mau tetapi aku terus memaksanya untuk mengangkat telponnya siapa tau itu adalah telepon penting.Drrttt... Drrrtt... DrrtttKami berdua menoleh kearah ponsel yang berdering itu."Sepertinya ponselmu yang berdering," ucapku."Biarkan saja, ayo kita lanjut kegiatan kita," ucap Farhan."Tidak sayang, sebaiknya kau angkat saja dulu siapa tau itu telpon penting," ucapku.Lalu Farhan meraih ponselnya dan mengangkat telpon itu."Halo," ucap Farhan."Halo, aku kira kau sudah istirahat, aku hanya ingin meminta maaf karena sikapku yang sudah keterlaluan tadi saat berada di kantormu," ucap sang penelepon itu.Yang menelpon Farhan adalah Alinda,mendengar omong kosongnya Farhan langsung mematikan telponnya lalu menaruhnya di tempat semula.Farhan berjalan menuju arahku, karena aku penasaran s
"Sayang bangun, hari ini kau akan ke kantor kan?" Aku membagunkan Farhan dengan cara yang lembut."Sebentar sayang," Farhan menjawab perkataanku sambil ia masih memejamkan matanya."Mau berangkat jam berapa? Ini sudah mau setengah delapan."Farhan langsung membuka matanya dan mengambil posisi duduk di sebelahku."Sayang aku harus ke kantor, hari ini adalah rapat saham dengan Jemy.""Sekarang kamu mandi, aku akan menyiapkan sarapan untukmu," aku sambil mengecup dahi Farhan."Ngga ikut mandi sekalian?" Farhan lagi lagi menawarkan hal seperti itu padaku."Ngga, itu bisa lain waktu sayang," aku menangkup kedua pipi Farhan dengan gemas."Ya sudah aku mandi dulu ya," sebelum Farhan berdiri, ia menyempatkan waktu untuk mengecup dahiku lumayan lama lalu ia berjalan menuju kamar untuk mandi dan bersiap siap ke kantor.Aku yang masih mengenakan piama langsung saja menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Sesampainya di sana aku bern
Setelah selesai mengobrol dengan Farhan, aku melanjutkan film yang sedang aku tonton. Sudah dua jam lamanya aku memandangi layar televisi di dalam kamarku akhirnya film tersebut rampung. Aku menoleh ke arah jam dinding di kamarku yang sekarang menunjukan pukul 11.23 .***Di luar rumah.Terparkir mobil rolls royce di depan rumah Farhan dengan gagahnya, sang pengemudi membunyikan klakson mobilnyaAku kembali teringat dengan si penelpon tadi siapa sebenarnya orang itu. Saat aku sedang sibuk melamun tiba-tiba bibi Ana mengetuk pintu kamarku.TOK TOK TOK"Permisi nona, di luar ada yang mencarimu," ucap bibi Ana di balik pintu kamarku."Siapa?""Ti-tidak tau, dia hanya menyuruh nona untuk menemuinya. Dia menunggu nona di dalam mobilnya.""Sampaikan padanya, sebentar lagi aku akan turun.""Baik nona."Bibi Ana kembali ke halaman rumah dan menemui laki-laki yang sedang menungguku di luar dan menyampaik
Aku membeli yang sangat di butuhkan anak anak lalu aku langsung bergegas untuk pulang karena aku sudah janji kepada anak anak agar tidak lama saat keluar rumah. Saat berada di lobby mall aku melihat seseorang yang sepertinya aku tidak kenal tetapi akupun tidak tahu dia siapa, karena aku tidak mau memikirkan dia siapa jadi aku langsung buru-buru untuk masuk ke dalam mobil.Sesampainya di kediaman aku langsung menemui anak anak yang sedang menungguku pulang, mereka langsung sangat bahagia sat melihatku pulang membawa papper bag yang berisikan punya mereka semua dan tadi aku sempat membelikan mereka coklat.***Ada yang penasaran bagaimana nasib Alinda tidak?Oke aku akan menceritakan sedikit nasib Alinda setelah kejadian malam itu.Alinda pun tahu kalau aku sudah tidak bersama Farhan dan ini adalah tujuan dari rencananya yaitu memisahkan aku dengan Farhan. Ia datang menemui Farhan dengan membuat drama yang tidak habis pikir sampai Farha
“Luna, aku sudah menantimu sejak lama.”“Jemy, kau sudah salah menyukai orang. Kau menyukai wanita yang sudah bersuami dan juga anak, kau masih bisa mencari wanita yang masih single.”“Aku hanya mau denganmu Luna.”“Tidak Jemy, aku tidak punya perasaan yang sama denganmu, sebaiknya kau hilangkan perasaanmu itu padaku dan carilah wanita yang sesuai dengan kriteriamu. Selama ini aku mengangap kau sebagai teman dan juga keluarga tidak lebih.”“Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku Luna.”“Akan sia sia Jemy, selama ini yang kau lakukan padaku sudah cukup meneyentuh hati. Mungkin jika wanita lain yang ada di posisiku pasti langusng jatuh cinta padamu, tetapi aku tidak bisa dan pikiranku selalu menuju ke Farhan.”“Luna, kau jangan membohongi dirimu sendiri, jangan menyaiksa dirimu karena kau ingin masa depan anakmu terjamin karna adanya orang tua yang lengkap, aku bisa m
Kita langsung menuju rumah Farahn dengan pak Abdul yang menyupir mobil, jok mobil bagian depan di isi oleh Jansen karena ia yang minta sendiri untuk duduk di depan. Aku, Farhan dan juga Alisa terima duduk di kursi penumpang. Aku lihat dari kemarin Farhan tidak mengeluarkan sifat menyebalkannya, justru saat sedang bersama Alisa dan Jansen ia tampak sangat hangat untuk menyapa anak anak.***Saat menjelang malam, akhirnya Jemy memberanikan diri untuk bertemu denganku dan juga anak anak. Ia langsung pergi menuju rumah Jack karena setahu dia aku masih di rumah Jack. Saat tiba di rumah Jack, Jemy masuk ke dalam rumah dan mendapati Jack yang sedang bersama istrinya, ia memberanikan diri untuk bertanya kepada Jack tentang keberadaanku.“Jack, dimana Luna kok tampak sepi,” tanya Jemy sembari masuk ke dalam kediaman.“Ohh Luna sudah pulang dengan Alisa dan Jansen, kau baru menemuinya malam hari?”“Pulang ke rumah kakek maksudmu
Aku bangun lebih dulu daripada anak anak dan juga Farhan, saat aku membukakan mataku aku terkejut dengan keberadaan Farhan yang sudah berada di sisi Alis, karena mereka sedang tidur jadi aku memutuskan untuk keluar dari kamar, aku mendapati Jack dan Kiara yang sudah berada di rumah dan sedang mengobrol dengan kakek.“Luna,” panggil Jack.“Hai, apa urusan kalian sudah beres?” tanyaku pada Jack dan juga Kiara.“Tidak ada yang bisa menghalangi urusanku, semua aku urus dengan secepat mungkin,” terang Jack.“Baguslah.”“Dimana anak anak dan juga Farhan? Apa dia sudah pulang ke rumahnya?” timpal Jack padaku.“Oh ada, mereka masih tertidur. Mungkin anak anak kelelahan main di halaman jadi sampai jam segini mereka belum bangun,” jelasku pada semua orang, aku agak sedikit malu kepada kakek karena tadi Farhan menggendongku di depannya.“Baguslah, nanti malam kau sudah
“Sayang apa kita harus melanjutkan aktivitas tadi pagi yang sempat tertunda karena anak anak?” bisik Farhan padaku.“Tidak tidak,” aku langsung menolak ajak Farhan, memang benar yang di katakan Jack tadi kalau laki-laki memang tidak bisa menahan dirinya sendiri.“Aku tahu kalau kau juga menginginkannya sayang, ayo kita lanjut saja,” ajak Farhan padaku.“Jika kita menghilang, nanti Jansen dan Alisa akan mencariku. Aku tidak bisa melakukannya sekarang.”“Jansen dan Alisa sedang bermain di luar, jika kau tidak memanggilnya maka mereka tidak akan masuk ke dalam rumah.”“Masih ada kakek di sini, kita harus menghargainya.”“Pasti dia juga bisa memakluminya sayang, sudah jangan banyak alasan lagi.”Farhan langsung membopongku dan membawanya ke kama, tetapi saat di perjalanan menuju kamar kami berpapasan dengan kakek dan Farhan hanya menyapanya dengan singkat
Setelah selesai sarapan, Jack mengajakku untuk mengobrol lanjutan yang kemarin. Aku langsung mengikuti Jack yang pergi berjalan menuju ruang tamu sedangkan Kiara diam di kursinya dan juga kakek yang juga masih duduk di kursi. Jansen dan Alisa sementara di asuh oleh pelayan kediaman.“Luna kau sudah melihat isi flash disk yang aku berikan padamu?” tanya Jack.“Sudah.”“Bagaimana tanggapanmu? Apa kau sudah percaya dengan kebenaran?”“Aku masih sedikit bingung Jack, aku harus percaya atau harus bagaimana karena dia telah melakukannya tanpa rasa canggung sedikitpun, sudah seperti suami istri saja.”“Luna, kau harus memahani laki-laki. Dia kemarin di pengaruhi oleh obat perangsang, kau juga tahu sendiri kan kalau laki-laki sedang di kuasai oleh hawa nafsu secara alami seperti apa sedangkan ini di pengaruhi oleh obat yang memaksanya untuk melakukannya dengan orang yang tidak ia sukai,” terang Ja
Alisa langsung bangun dari tidur dan ia tidak mau aku tinggal keluar untuk menemui Jansen dan Farhan yang sudah lebih dulu bermain padahal Jansen belum mandi dan masih menggunakan piyama tidur.“Mau langsung mandi?” aku menawarkan kepada Alisa untuk langsung mandi agar aku tidak kerja dua kali nantinya karena aku harus membuat sarapan.“Iya, aku ingin mandi lalu dandani aku yang cantik seperti momy,” ucap Alisa.“Baiklah, ayo kita ke kamar mandi sayang.”Aku langsung memandikan Alisa lalu mendandaninya dengan rambut yang di kepang, setelah selesai aku langsung mengajak Alisa untuk keluar menemui Jansen sedangkan aku pergi ke dapur untuk memasak. Semenjak aku tidka bersama Farhan aku jadi sering memasak dan tidak ada yang melarangku, hanya Farhan saja yang sangat posesif yang melarangku melakukan semua hal.“Halo uncle, bolehkah aku ikut bergabung dengan kalian?” sapa Alisa kepada Farhan.&ldquo
Aku sudah tidak mau menanggapi perkataan Farhan yang membuatku jadi pusing, aku langsung mengambil Jansen dari gendongan Farhan lalu aku pergi meninggalkannya, aku berjalan masuk ke dalam untuk menemui kakek dan Alisa yang sedari tadi aku tinggal.“Momy belum menjawab pertanyaanku tadi,” Jansen masih terus menagih pertanyaannya yang belum aku jawab tadi.‘Sangat menyusahkan sekali mempunyai anak yang berdaya ingat tinggi seperti ini, lagian Farhan juga ngapain ia memberitahu kepada Jansen, nanti juga ada waktunya sendiri ia akan tahu daddynya yang sebenarnya,’ aku menggandeng Jansen sambil terus ngedumel.“Luna bagaimana Farhan?” tanya kakek yang langsung menyambut kedatanganku.“Maksud kakek?”“Bukankah tadi ia membawa Jansen keluar? Apa dia meminta mereka untuk bersamanya?”“Kalau itu sudah pasti, tetapi aku terus menolaknya karena aku tidak mau bersamanya lagi.”
Walaupun mereka belum pernah bertemu tetapi batin mereka sangat kuat, nyatanya Jansen yang awalnya tengah mengis dan tidak mau diam sekarang ia langsung diam di gendongan Farhan.“Ini cake yang kau inginkan,” Farhan memberikan sebuah cake coklat kepada Jansen yang sudah berhenti menangis.“Terimakasih uncle, sekarang banyak yang mau bermain dengan Jansen,” ucap Jansen.“Mulai hari ini uncle akan menemanimu dan juga Alisa untuk bermain, bagaimana?” ini adalah bagian dari rencana Farhan agar ia bisa membujuk istrinya agar bisa kembali kepadanya dan juga anak anaknya.“Tapi uncle harus meminta izin kepada momy dulu.”“Tidak perlu, aku kan teman baik uncle Jack dan momy juga sangat mengenalku, jadi untuk apa aku harus meminta izin kepadanya?”“Benar juga, baiklah mulai sekarang kau temanku dan kau boleh setiap hari datang ke rumah seperti daddy.”“Daddy? Apakah