Kamar Erlangga & MelissaMelissa bergerak gelisah di sisi atas, dia terus berguling ke kiri dan ke kanan. Sejak tadi dia terus memikirkan makna dari ucapan Erlangga saat pria itu menciumnya di mobil. Melissa menyentuhnya dengan jari-jarinya yang lentik.“Kenapa sangat sulit merasakan paham dengan perasaanku, Melissa?”“Apa maksudnya? Dia menyukaiku? Tidak !” ucap Melissa pada dirinya sendiri. Dia menatap pintu kamar. Erlangga belum kembali sejak satu jam yang lalu. Pria itu masih sibuk di ruang kerjanya. Apakah bekerja seharian di kantor masih kurang?Erlangga mendengar langkah kaki berjalan menuju ke arah pintu. Dengan cepat dia membalikkan tubuh membelakangi pintu, ia lantas menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Melissa berusaha mengatur napasnya. Jantungnya mendadak berdegup sangat kencang, dia takut Erlangga membahas tentang apa yang sudah terjadi.CEKLEK!“Dia sudah tidur? Cepat sekali.” Ucap Erlangga.Pintu kamar terbuka. Erlangga berdiri di taman pintu ditatapnya is
Erlangga berdehem kecil lalu kembali tersenyum. “Marissa seperti tuan putri dari satu kerajaan, sedangkan kau adalah prajurit kerajaan.” Ucap Erlangga dengan kekehan.“Aishhh~ dasar. Aku ini juga pandai melakukan aktivitas keputrian. Aku pandai memasak dan bisa sedikit mengajar.” Ucap Melissa.“Aku yakin kau akan jadi ibu yang baik.” Ucap Erlangga tulus.“Tentu saja.” Balas Melissa dengan yakin.“Ayo! Sebaiknya kita tidur sudah malam.” Ucap Erlangga.“Ah Tunggu sebentar…” ucap Melissa.“Apa?” Tanya Erlangga.“Aku tidak sengaja bertemu dengan Lee.” Ucap Melissa.“Lalu?” Tanya Erlangga.“Lee mengajakku ke bazar barang antik minggu depan. Apakah aku boleh pergi dengannya?” Tanya Melissa.“Hanya berdua?”“Hmm…” angguk Melissa. Dia memasang wajah paling imut yang ia miliki.“Jangan pulang lebih dari jam sembilan malam.” Ucap Erlangga. Erlangga mengenal Lee, Erlangga akan baik-baik saja pergi bersama Lee.“Ah! Terima kasih! Kita lihat nanti apa ada barang unik yang bisa aku bawa pulang untu
“Melissa berada pada posisi sulit, dia tidak bisa pergi begitu saja. Aku tahu akan sangat keterlaluan bila membuatnya pergi meninggalkan Erlangga. Erlangga hanya akan semakin tersakiti dan membenci keluarga kita.” Ucap Marissa.“Selesaikan apa yang sudah kau mulai. Ibu yakin kalau Erlangga memang ditakdirkan untukmu, dia akan kembali padamu.” Ucap Ibu Marissa.Marissa menatap wajah ibunya dengan sayang. “Terima kasih, aku yakin dia akan kembali padaku, dia hanya sedang marah padaku. Aku akan membuat dia kembali ke sisiku lagi.” Ucap Marissa lalu membalas pelukan ibunya.“Kau kurus sekali.” Ucap Ibu Marissa.“Aku mungkin akan menyakiti Melissa.” Ucap Marissa.“Tidak apa-apa, adikmu selalu berbesar hati. Tahun ini Ibu akan mendaftarkan Melissa untuk berkuliah. Dia pasti akan sangat senang sekali.” Ucap Ibu Marissa.“Maaf aku selalu menyusahkan kalian.” Ucap Marissa. Matanya menatap lurus pada kamar Erlangga. Tekadnya sudah bulat, ia akan membuat Erlangga kembali ke sisinya.1 Minggu Ke
.“Whoaa! Benarkah? Mereka memang ditakdirkan bersama. Syukurlah Erlangga bisa berjalan kembali.” Ucap gadis bermantel kuning.Melissa sudah tidak mendengar percakapan dua gadis tersebut. Dia kembali memfokuskan pandangannya pada Erlangga dan Marissa, senyum di wajah Erlangga terlihat begitu sumringah. Melissa meraba dadanya, ada perasaan tidak nyaman yang ia rasakan. Apakah dia cemburu pada Marissa?“Tidak! Siapa aku,” ucap Melissa menyadarkan dirinya. Gadis itu bersiap akan pergi ketika dia melihat tangan Erlangga dan Marissa saling bertautan satu sama lain ketika seorang pria mengambil foto mereka. Melissa sontak terkejut melihat hal tersebut, tanpa ia sadari matanya berkaca-kaca tanpa alasan. Dia memutuskan untuk pergi sajaMelissa membalikkan tubuhnya tetapi ia justru menabrak dada seorang pria. Diangkatnya kepalanya dan mendapati Lee yang berdiri di hadapannya.“Syukurlah!”“Apa? Kau kenapa?” Tanya Lee khawatir.“Tidak, ayo kita pergi.” Ucap Melissa dengan napas tersenggal-sengg
Ruby Bar01.00AMMelissa mengerjapkan matanya mencoba beradaptasi dengan cahaya terang di ruangan. Gadis itu kemudian sepenuhnya membuka matanya. Dia masih belum sadar di mana ia berada saat ini. Hingga beberapa menit kemudian ia terbangun dari tempat tidur.“YA TUHAN! Di mana ini!” ucap Melissa yang kini kebingungan setengah mati. Dia berada di sebuah kamar dengan ranjang ukuran King Size. Tidak ada siapa-siapa di sini kecuali dirinya.Melissa mencari ponselnya di dalam tas dengan panik. Gadis itu lantas menyalakan ponselnya, jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Melissa semakin panik saat di layar ponsel muncul dua puluh panggilan tidak terjawab dari Erlangga dan sepuluh panggilan tidak terjawab dari Lee.“Ya Tuhan apa yang terjadi sebenernya.” Ucap Melissa sambil meremas-remas rambutnya berusaha memutar kembali ingatannya.Melissa menegakkan tubuhnya lalu menggelengkan kepalanya dengan keras. Dia tidak mabuk, syukurlah. Melissa menilik pakaian yang ia pakai, masih utuh tidak ada
Apartement Rio07.00 AMMelissa menutup pintu apartement Rio sepelan yang bisa ia lakukan. Rio masih tidur ketika dia memutuskan untuk meninggalkan apartement pria itu. Dia tahu dia sangat keterlaluan tetapi dia harus segera pulang, menunggu Rio bangun hanya akan membuatnya semakin terlambat pulang ke rumah. Rio pasti akan memaksanya untuk sarapan pagi dulu, lalu nantinya pria itu pasti akan mengantarnya pulang.Melissa menuruni tangga halaman apartement dengan lesu, dia masih memikirkan kejadian semalam. Setelah mandi dan beristirahat sebentar di rumah, ia akan menghubungi Lee untuk menanyakan detail kejadian yang sebenernya. Melissa berhenti sejenak lalu memejamkan matanya, kemudian ia menarik napas dalam menghirup udara pagi yang terasa begitu segar.“Ah segar sekali.” Ucap Melissa lalu membuka matanya. Sedetik setelah membuka matanya, gadis itu terkejut luar biasa saat melihat sosok dengan wajah dingin tanpa ekspresi berdiri di dekat sebuah mobil yang sudah Melissa hafal benar sia
Kamar Erlangga & MelissaPukul 10.00Erlangga menatap Melissa yang kini sedang tertidur di atas mempermalukan mereka. Gadis itu sudah meminum obat penurun demam. Dia tampak begitu damai dalam tidurnya sampai-sampai Erlangga tidak mau membuatnya terbangun. Wajah Melissa yang semula pucat sudah sedikit lebih merona. Erlangga lantas berjalan mendekati menyakitkan lalu duduk di sebelah Erlangga.“Kalau sedang tidur begini kau sangat manis.” Gumam Erlangga.Erlangga masih memandangi wajah Melissa, dia ingin mengganggu gadis itu tetapi gadis itu sedang sakit, dia butuh istirahat yang cukup. Erlangga akan menyimpan kejahilannya sampai Melissa bangun nanti. Pria itu menatap jam dinding di kamarnya. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum dia ke kantor. Dia ingin lebih lama menjaga Melissa.Melihat wajah damai Melissa membuat sebuah ide terlintas di kepala Erlangga. Dia merogoh ponselnya lalu memotret wajah Melissa. Tak cukup sampai di sana, ia mendekatkan wajahnya pada Melissa lalu mengambil po
Mobil ErlanggaSatu minggu berlalu sejak tumbangnya Melissa di depan apartement Rio. Hari ini Melissa merasa bugar luar biasa. Dia yakin dia bahkan bisa bekerja di kafe Raga sampai malam. Melissa menolehkan kepalanya menatap Erlangga yang sedang sibuk bekerja dengan tablet di tangannya. Pria itu terlihat lima tahun lebih tua dari usianya bila sedang berkutat dengan urusan perusahaan.“Terus menatapku seperti itu, kau tidak akan bekerja pagi ini.” Ucap Erlangga tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tablet.Melissa tertawa kecil. “Kau terlihat lima tahun lebih tua dari usiamu saat kedua alismu saling bertautan.” Balas Melissa dengan kekehan.“Jaga sikapmu, aku ini lebih tua darimu.” Ucap Erlangga lagi masih dengan tatapan serius.“Iya, Tuan Erlangga.” Ucap Melissa lagi dengan kekehan.Erlangga mengangkat kepalanya dan menatap Melissa yang kini menatapnya dengan wajah sumringah. “Suasana hatimu pasti sangat bagus saat ini.” Ucap Erlangga.“Tentu saja! Setelah berhari-hari terbaring d