“Iya,” balas Melissa.Melissa menatap jarum jam, waktu sudah menujukan hampir larut malam. Dia menatap layar ponselnya dan mendapati beberapa pesan dari Erlangga. Melissa memilih untuk tidak membuka semuanya. Dia mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke dalam tas. Sekali lagi dia menatap Rio, dia masih tidak percaya Rio mengajaknya melakukan semua ini.“Kenapa? Sejak tadi kau menatapku?” ucap Rio yang sibuk mengemudi.“Tidak apa-apa. Kenapa kau merencanakan semua ini?” tanya Melissa.“Karena aku begitu mencintaimu. Rasanya hatiku remuk setiap kali melihatmu memasuki rumah keluarga Erlangga. Aku tidak ingin melihatmu selalu bersedih karena pernikahan bodoh ini.” ucap Rio.“Terima kasih. Kau selalu menyelamatkanku sejak kecil. Aku kadang berpikir apa yang sudah kulakukan di masa lalu sampai-sampai aku bisa memiliki kekasih sepertimu. Aku ingat ketika aku dan Marissa terjatuh dari sepeda hanya kau yang menolongku. Ketika semua orang sibuk menolong Marissa, kau justru datang dan membantu
Erlangga turun dari mobil dengan ketenangan yang membuat supir dan asistennya justru bergidik ngeri. Mata Erlangga menatap lurus ke mobil Rio, bola matanya bergerak mencari istrinya yang duduk di sebelah Rio. Gadis itu sudah berjanji untuk pulang cepat dan makan malam di rumah tapi nyatanya dia justru mengambil lembur tiba-tiba dengan alasan salah satu karyawan kafe harus pulang karena ibunya sakit.Awalnya Erlangga tak terlalu mempermasalahkan batalnya Melissa pulang cepat ke rumah namun setelah menunggu hingga pukul sepuluh malam, Melissa tak juga menunjukkan tanda akan pulang. Semua panggilan dan pesan yang Erlangga kirim tak mendapat balasan sama sekali. Erlangga menjadi khawatir dan memutuskan untuk menjemput gadis itu di tempat kerjanya. Sial mengungkapkan mendapati Melissa dan Rio justru pergi meninggalkan kafe bersama. Erlangga pikir mereka mungkin akan pulang dengan mengendarai mobil, namun setelah di ikuti, mobil Rio justru melaju menuju jalan tol.“Beraninya kau Melissa,” u
“Teganya kau menggunakan kelemahannya,” desis Rio, ada rasa kecewa dalam hatinya tetapi sepenuhnya dia menyadari kecerobohannya yang tanpa pikir panjang hendak membawa Melissa pergi. Dia tahu Melissa mencintai kedua orang tuanya melebihi apa pun. Seharunya dia membiarkan Melissa mempertimbangkan lagi ajakannya.“Aku yang tega atau dirimu, pak Rio? Teganya kau hendak membuat dia menjadi anak yang akan dibenci oleh orang tuanya? Kau hanya akan membuat dia bersedih sepanjang hidupnya.” ucap Erlangga dengan sinis.“Aku tahu kau tidak sepeduli itu dengan dirinya, kau tidak peduli dia dibenci oleh orang tuanya atau tidak. Yang kau pedulikan adalah harga dirimu. Egomu tidak membiarkan dia melakukan hal yang sama seperti apa yang Marissa lakukan padamu.” ucap Rio berang.“Aku tidak akan menyangkal semua ucapanmu. Sekali lagi hal seperti ini terjadi, aku tidak akan bersikap lunak Pak Rio. Kalau kau ingin dia kembali, lakukan apa yang aku tawarkan.” ucap Erlangga kemudian berlalu dari hadapan R
Pagi Hari Melissa bangun dengan kondisi mata bengkak, semalaman dia menangis. Lagi-lagi dia selalu menangis atas perbuatan Erlangga yang semena-mena. Dia tak melihat keberadaan Erlangga di kamarnya. Begini lebih bagus. Pria itu mungkin sedang melakukan fisioterapi seperti biasanya. Melissa meraih ponselnya, ada sebuah pesan masuk. Melissa menekan icon pesan pada layar ponselnya. Dahinya berkerut saat ia mendapati sebuah pesan dari Rio. Rio {Aku akan kembali. Percaya padaku, Melissa. Aku mencintaimu} Tubuh Melissa sontak menegak. Dia tidak mengerti dengan pesan Rio. Dengan cepat dia menekan icon telepon untuk menghubungi Rio. Melissa menunggu dengan cemas. Panggilan tidak tersambung, ponsel pria itu tak bisa dihubungi. “Rio, angkat panggilanku. Apa maksudmu sebenarnya.” ucap Melissa panik. Melissa segera bangun dari ranjang, dia lantas menuju kamar mandi. Dia akan mandi lalu pergi ke apartement Rio. Pria itu meninggalkan pesan yang membuatnya bingung luar biasa. Apartement Rio
“Apakah kau berkelahi lagi dengan ibumu?” tanya Erlangga.“Tidak” balas Melissa parau.“Lalu?” tanya Erlangga lagi.“Tidak ada,” balas Melissa lalu kembali membalikkan tubuhnya membelakangi Erlangga. Merasa kesal Erlangga menarik tubuh Melissa hingga tubuh gadis itu menegak.“Lepaskan aku, bisakah kau meninggalkanku untuk kali ini saja!” teriak Melissa marah.“Katakan padaku ada apa? Kau membuatku khawatir,” ucap Erlangga, dia belum pernah melihat Melissa menangis seperti ini kecuali saat malam di mana gadis itu sudah sah menjadi istrinya. Tangisan gadis itu malam ini sama persis dengan tangisannya dulu.Melissa menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis, tadinya tangisnya sudah mereda namun Erlangga berhasil memancing tangisnya keluar. Dia kembali ingat bahwa hari ini Rio pergi tanpa mengatakan apa pun padanya, apakah pria itu sudah lelah dengan dirinya?Apakah dia selalu menangis diam-diam seperti ini? pikir Erlangga dalam hati.“Tidak perlu ditahan, Melissa. Menangislah,
Melissa meletakan piring kotor yang baru saja dia cuci pada rak piring, suara keramaian masih terdengar dari ruang makan. Para orang tua sudah membubarkan diri, yang tertinggal hanya Erlangga dan sepupu-sepupunya.“Ehm…”“Ibu?” ucap Melissa terkejut saat melihat ibunya yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.“Kau seharusnya bergabung di depan, bukannya di sini dan mencuci piring.” ucap Ibu Melissa.“Sudah terlalu larut.” ucap Melissa. “Sebentar lagi aku akan tidur.” ucap Melissa.“Aku dengar Rio belum ada kabar.” ucap Ibu Melissa. “Ibu harap kau tidak menggunakan kesempatan ini untuk memiliki hubungan yang lebih dalam lagi dengan Erlangga–”“Tenanglah, ibu. Aku bukan gadis seperti itu. Sejauh ini kami hidup seperti teman, tak ada benih-benih cinta di antara kami. Secepatnya setelah Marissa kembali aku akan meninggalkan Erlangga.” potong Melissa cepat sebelum dia menjadi begitu muak dan emosi dengan semua ucapan ibunya.“Bagus,” ucap Ibu Melissa. “Ibu harap tidak ada yang tersakiti lagi.
“Setelah itu, arahkan ke arah cahaya, perhatikan warnanya. Kemudian nikmati aromanya.” Ucap Erlangga. Melissa mendekatkan gelas ke arah hidungnya lalu menghidu aroma wine yang menguar dari gelasnya.“Aromanya manis.” Ucap Melissa.“Lalu sesap dengan perlahan, jangan meminumnya dengan sekali teguk. Kau harus meminumnya dengan perlahan.” Ucap Erlangga.Melissa menganggukkan kepalanya, dia lalu mulai menyesap wine di gelasnya. Erlangga melakukan hal yang sama, matanya terpaku pada ekspresi Melissa.“Ahh…” Melissa mendesah begitu cairan merah itu masuk ke dalam kerongkongannya.“Bagaimana?” tanya Erlangga penasaran.“Ini lezat sekali.” ucap Melissa. Erlangga hanya menyeringai mendengar jawaban Melissa.“Lagi?” tawar Erlangga.”Hmm!” angguk Melissa bersemangat.Erlangga kembali menuangkan wine ke dalam gelas Melissa, gadis itu lalu meneguk wine tersebut.“Kenapa aku baru meminum ini sekarang?” ucap Melissa.“Memangnya Rio tidak pernah mengajakmu meminum wine?” tanya Erlangga.“Rio tidak su
“Kenapa kau tidak pernah mencoba membuka hatimu untukku? Kenapa kita tidak bisa melangkah saja ke depan sebagaimana suami istri pada umumnya?” tanya Erlangga.“Karena aku tidak mencintaimu–” Ucap Melissa.Erlangga membungkam bibir Melissa dengan sebuah ciuman. Tak ada penolakan seolah Melissa tak sadar Erlangga sedang menciumnya. Dia sudah terlalu lelah dan mulai tak sadarkan diri.“Apa yang bisa aku lakukan supaya kau bisa mencintai diriku?” tanya Erlangga.“Tidak ada.” balas Melissa. “Kau tidak ditakdirkan untukku.” ucap Melissa.Erlangga menarik Melissa dengan paksa lalu kembali memagut bibir gadis itu. Disesapnya bibir mungil gadis itu seolah tak peduli mereka akan kehabisan napas, aroma wine yang menguar dari bibir Melissa membuat Erlangga semakin bergairah.“Tapi bukankah kau tahu takdir bisa diubah?” tanya Erlangga.“Hanya bila kedua pihak mau berusaha untuk merubahnya.” ucap Melissa.Ucapan Melissa berhasil menyulut ego di dalam diri Erlangga, seolah dia ingin membuktikan pada