Share

BAB. 108

Dikta hanya bisa melihat pria tua itu kini duduk di sampingnya. Entah kenapa rasanya, Dikta masih berat untuk mengatakan apapun dari bibirnya. Ditambah ia pun masih sulit untuk lepas dari bayang-bayang Beno dalam hidupnya.

“Dikta?”

Dikta masih sibuk dalam lamunannya. Bahkan ia juga sibuk meruntuki diri atas segala penyesalan yang tak bisa ditebus oleh apapun.

Sekalipun sang kakek sekarang sudah duduk di sampingnya. Ia sengaja memberi ruang pada Dikta, agar membicarakan apa yang terjadi. Hanya saja Dikta tak kuasa akan apa yang susah sekali lepas terjadi ini.

Bahkan tatapan yang kosong itu masih Dikta lemparkan hingga saat ini. Jangan ditanyakan lagi bagaimana kondisi Dikta saat ini, dia benar-benar sudah tak peduli akan dirinya sendiri.

Sierra hanya bisa berdiam diri di depan kamar, sambil menguping apa yang akan dibicarakan oleh mereka saat ini. Sesekali pandangannya mengedar ke arah Dikta akan apa yang diinginkan olehnya.

Dikta membenamkan mukanya yang lesu itu. Entah bagaimana la
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status