Singkat cerita Gwen dan Aiden pun sampai di rumah Will.
Will dan Ariana menyambut gembira kedatangan Aiden dan Gwen. Walau kalau dihitung- hitung sejak Ariana melahirkan, Gwen memang kerap datang mengunjunginya.
Jadi kerja Gwen sejak tidak bekerja lagi hanya dua. Dia sidak ke kediaman- kediaman anggota keluarga Gavin atau dia akan datang mencari Ariana.
Entah mengapa Gwen sangat lengket dengan anak pertama Will dan Ariana itu. Bahkan dia sempat ingin menjodohkan anaknya kelak dengan anak Will dan Ariana andaikan anak nya cewek.
Tapi sepertinya keinginan Gwen tidak akan kesampaian sebab anak kembar yang ada di dalam kandungan nya adalah kembar cowok cowok. Namun walaupun tidak menjadi menantunya, jadi anak angkatnya pun tidak mengapa. Begitulah saking cintanya Gwen sama anak Ariana dan Will.
"Taraaaaaaaaaaaaa...." Sapa Gwen begitu Ariana membuka kan pintu.
"Gwen? Malam- malam begini?" seru Ariana kage
"Will berbeda, nyonya Ariana! Dia memang adalah bodyguard tapi dia bukan sembarangan bodyguard!! dia mengabdikan dirinya menjadi seorang bodyguard karena membalas hutang nyawa nya pada Mr.D. Asli nya dia CEO perusahan ternama. Tapi pria ini berbeda. Dia memang reali bodyguard. Aku rasa Will kenal dengan ya." sanggah Lou."Kenapa WIll bisa kenal?" tanya Ariana."Karena pria yang Maya cintai ini adalah bodyguard nya tuan Zayden Hardata. Alias tuan Zee. Alias kakaknya Mr.D." Terang Lou."Bodyguardnya tuan Zee?" seru Will yang akhirnya ikut bergabung dengan mereka di ruang tengah sambil menggendong Tian."Ah! maaf! Aku jadi lupa mengambilkan susu untuk Tian!" seru Lou merasa bersalah karena dia lupa kalau dia turun tadi untuk mengambilkan susu untuk Tian."Sudah- sudah! Kalian lanjutkan saja bincang nya. Aku akan ke atas bersama Tian. Sini sayang, sama mama." Ariana pun mengambil Tian dari tangan Will."Lou, kau belum menjawab pertanyaanku. 
Kedatangan Gwen dan Aiden yang awalnya hanya untuk bermain dengan Tian akhirnya berujung pada pembentukan tim sukses misi Unstoppable Marriage Maya dan Jayden- bodyguard setia Zee."Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah..................."Gwen mulai menjelaskan rencana yang ada di dalam kepalanya pada Aiden, Will, Ariana dan Lou yang menjadi anggota dadakan tim sukses misi ini.***"Apa? Pura- pura hamil?" Teriak Maya dan reflek langsung berdiri."Ck! Kau ini pakai acara berdiri- berdiri segala!" RepetGwen sembari menarik tangan Maya agar kembali duduk."Kakak ipar! Rencana mu ini terlalu ekstrim dan beresiko! Bagaimana kalau misalnya ibuku ujug- ujug malah menikahkan ku dengan pria lain setelah mendengar aku hamil? Semuanya malah akan semakin berantakan" protes Maya, khaawatir.Maya menghela nafas kasar lalu menyandarkan dirinya di sandaran sofa ruang tamu kediamana Aiden.Sebagai anak Yaya, Maya tentu saja sanga
Tapi jangan bayangkan jika istana pasir yang ingin bosnya buat untuk sang anak kesayangan akan sama dengan istana pasir yang dibuat oleh orang - orang kebanyakan di tepi pantai.Mungkin secara Look boleh sama namun sizenya berkali- kali lipat. Itulah mengapa Jay dan Max saat ini sudah beralih profesi menjadi arsitek sekaligus kepala proyek yang merangkap mandor proyek bangunan plus sekaligus langsung menjadi tukang yang mengeksekusi gambar yang sebelumnya telah mereka buat di atas pasir pantai."Jay! cepatlah! Ini pasirnya sudah mulai habis. Kau malah berpose seperti seorang model di sana!" Teriak Max yang sedang menimbun- nimbun pasir agar membentu istana yang megah."Aaaaaaaaaaaargh!" Seru Jay kesal.Bukan tanpa alasan Jay kesal. Kalau Jay ingat- ingat kembali, hal - hal konyol seperti ini bukan pertama kalinya Jay dan Max lakukan karena perintah bos lucnut mereka yang sedang asik haha hihiihi huhuhu dengan anak semata wayang si bos.Ini su
belum kelar karena menunggu pasir dari Jay yang terlalu lama datangnya.Kedua bodyguard multi fungsi itu pun terduduk lemas. Helaan nafas mereka terdengar serentak.Mereka menoleh ke arah sang bos dan anak sang bos yang duduk sambil membuat istana pasir tidak jauh dari mereka, hanya saja posisi kedua orang tersebut lebih aman karena tidak akan terkena hemapasan ombak."Lihatlah Jay! Tuan muda tertawa bahagia melihat istana pasir yang aku bangun hancur lebur karena ombak barusan." Ujar Max dengan senyum kecutnya."Aku ragu kalau tawa bahagia tuan muda Arka karena istana yang hancur itu! Feeling ku mengatakan dia tertawa karena dia melihat ekspresi kita berduasaat ini." Ujar Jay lemah."Apa pun itu! Yang penting dia tertawa Jay! Itu saja sudah bagus!" Cicit Max."Bagus untuk tuan Zee, tapi petaka untuk kita berdua Max!" Jay pun menghempaskan tubuhnya ke pasir yang basah itu.Diambilnya sebuah ranting yang Max gunakan untuk menggam
"Aku paham kemana arah pertanyaanmu, Will. Maksudmu kenapa aku tidak resign saja sebagai pengawal tuan Zee. Untuk saat ini aku belum bisa. Meski keadaan di keluarga Hardata cendrung terlihat tenang dan damai belakangan ini, tapi paling tidak hingga nyonya Raya melahirkan putra ke duanya, aku masih ingin membersamai tuan Zee. Aku berhutang nyawa padanya Will, yang sampai kapan pun mungkin tidak akan bisa aku bayar." cerita Jay hingga jelas sudah alasan mengapa Jay masih menjadi pengawal Zee sampai saat ini. Padahal tugas yang Zee berikan lebih banyak di luar nurul ketimbang tidaknya."Pernah suatu ketika, tuan Zee bertanya pada ku dan Max, apakah kami berdua tidak berkeinginan untuk menikah dan membangun keluarga kecil kami sendiri? Dia mengatakan jika saat itu tiba segera kabari dia, agar dia dapat mencari pengganti kami. Dari pernyataannya sangat jelas dia tidak pernah bermaksud mengikat kami selamanya sebagai pengawa nya. Tapi seperti yang aku jelaskan tadi, aku lah yang be
"Bukan kami yanng minta. Tapi ini kesedian dari kakakku sendiri, Gwen. Dia ingin ambil bagian dari hal besar ini. Asal kalian tahu jasa Jay dan juga Max, pengawal kakakku yang satunya, tidak kaleng- kaleng. Cuma candi saja yang belum mereka bangun demi mewujudkan dunia penuh cinta nya Zayden Hardata dan Anulika Rayana. Beuh, kalau kalian tahu ceritanya di jamin kalian akan berpikir, pantas saja bosnya Jayden ini sampai segitunya dalam misi ini. Hitung- hitung membahagiakan pengawal setianya." Cicit Mr. D sambil tertawa."Dennis benar. Mereka selalu mewujudkan segala yang aku perintahkan selama ini. Walau kadang itu terdengar sangat tidak mungkin." tambah Zee."Kali ini gantian. Hahhahaa.'' Tawa Zee sambil menepuk keras pundak Jay sampai Jay pun bingung sebenarnya bos nya ini benar- benar ikhlas membantu dirinya apa tidak. Jangan - jangan malah dirinya yang ntar ujung- ujungnya kena batunya.Jay pun hanya bisa tersenyum kecut. Bukannya dia tidak senang dengan ban
Dan kiniGwen dan para nyonya Gavin sudah berada di salah satu taman di kota itu. Ibu Maya pun sudah pasti berada di sana.Pada acara amal kali ini, ibunya Maya bertugas menjaga stand logistik bersama Maya. Jadi semua barang- barang yang akan dibagi berada di stand tersebut atau bisa dikatakan posko lah begitu.Semua yang datang hari ini adalah para nyonya di keluarga Gavin, dengan beberapa pengawal yang menemani mereka. Namun para pengawal ini pun sudah dibisikan oleh Aiden akan rencana hari ini. Jadi mereka diminta untuk tidak ikut campur. Ya, seperti ancang- ancang mau melawan perampok yang telah disiapkan, namun tetap diam di tempat, begitulah kira-kira rencana mereka. Hingga nanti Jay datang bersama Aiden dan Will guna melakuan penyelamatan.Kurang lebih begitulah skenario yang telah dipersiapkan untuk misi hari ini.Hingga pukul sepuluh siang, acara bazar berjalan lancar. Orang- orang tidak mampu datang silih berganti ke stand pemba
Aiden dan yang lain langsung berlarian ke arah taman. Keadaan yang tidak terduga yang terjadi membuat mereka panik."Lepaskan dia?" Teriak Jay pada penjahat yang mengarahkan pisau ke leher Maya.Maya yang masih mengira kalau penjahat yang menyandra nya kini adalah Zee, masih bertahan dengan akting pura- pura takutnya. Dalam pikiran Maya, sandiwara ini akan segera berakhir seperti gladi yang mereka lakukan beberapa hari yang lalu.Namun apa yang Maya pikirkan itu langsung buyar saat melihat Zee malah ada di belakang Jay."Hah? itu bukannya Zee? Kalau Zee ada di sana, lantas yang sedang menodongkan pisau ke leher ku ini siapa?" Perasaan Maya mendadak tidak enak.Maya mau menoleh ke belakang, tapi pria yang menyekapnya ini malah semakin menekan pisaunya ke leher Maya."Oh My God! Fix, ini penjahat beneeran!" batin Maya, dan kini dia pun panik tapi pastinya bukan panik pura- pura seperti tadi."Jay, help me!" Sebut Maya pada Jay tanpa sua