Sebelum berangkat Om Pras menghubungi Khansa untuk memastikan keberadaan mereka. Sepertinya nama yang tertulis di balasan chat adalah sebuah restoran. Om Pras mengirimkan pesan pada Rama untuk bersiap menuju lokasi yang dikirimkan Khansa.Sepanjang perjalanan Om Pras merasakan dadanya semakin sesak, ditariknya nafas perlahan dan mencoba mengaturnya agar hilang beban yang seakan menghimpit dadanya."Ram, bisa dipercepat? Aku rasa Khansa sedang kesakitan saat ini," ucapnya memerintah Rama. Laju mobil dirasakannya semakin cepat. Rama kini hanya berkonsentrasi pada jalanan di hadapannya.Hari ini jalanan sangat padat bagi Om Pras, Rama diperintahkannya mencari jalur yang lebih cepat menuju lokasi yang diberikannya. Lampu merahpun kini terasa lama baginya. Sejak mengetahui Khansa keluar bersama Amran pikirannya tak tenang.Mobil yang dikendarai Rama berhasil mengurai kemacetan. Tak lama lagi mereka akan sampai di lokasi restoran. Om Pra
"Saya bisa mendonorkannya, silakan dokter," ucap Amran sambil melangkah ke depan. "Pak Amran!" seru asistennya terkejut. "Amran, bagaimana mungkin?" tanya Pak Asyarf sesaat didengarnya Amran mengajukan dirinya untuk mendonorkan darahnya pada putrinya. Amran tersenyum dan menjawab, "Pak Asyraf saya harus membalas apa yang pernah bapak berikan pada saya dahulu. Jika bukan karena darah yang bapak berikan pada saya. Mungkin saya tidak bisa melihat indahnya dunia saat ini, Pak." "Anggap saja ini pelunasan hutang saya pada keluarga Pak Asyraf," ucapnya lagi yang membuat Pak Asyraf membiarkannya. "Terima kasih Amran, semoga hubungan kekeluargaan kita akan berlangsung selamanya," ucap papa yang diaamiinkan oleh yang lain. Om Pras menatap Amran sesaat dan mengucapkan terima kasih. Asha tersenyum pada Om Amran dan memberikan tanda hebat dengan jempolnya. *** "Mama, Asha mau lihat Dede Shasha," seruan Asha yang berjalan memasuki ruangan Khansa terdengar cepat. Khansa tersenyum menunggu Ash
Rama melangkah cepat menuju ruang rawat setelah memerintahkan dua orang melakukan penjagaan di depan pintu tanpa mencolok. Dia akan mengecek kembali video yang dikirimkan dengan Pak Pras. Selain itu Rama juga akan memastikan pengawal yang diminta menjaga pintu sudah ada diposisinya atau tidak. Dia aka melaporkan sendiri sambil menyerahkan makanan, jika melalui panggilan telepon Rama takut terdengar oleh Khansa. Dilihatnya dari kejauhan dua orang sudah berjaga di depan pintu, satu orang berdiri dan satu lagi duduk tak jauh dari pintu. Rama tersenyum puas melihatnya. Seorang perawat yang masuk bertindak mencurigakan, dia harus mengetahui siapa dan apa alasannya sebelum melaporkannya lagi pada Pak Pras."Pak Rama," ucap pengawal saat dilihatnnya Rama berjalan menuju ruang yang dijaganya. Rama mengangguk pelan dan mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam. "Pak Rama, bawa pesanan Asha?" tanya Asha saat dilihatnya Rama datang membawa makanan. Rama tersenyum dan melangkah menuju sofa untuk me
"Sepertinya ada yang tidak beres. Aku akan kirimkan orang-orangku ke Narendra," ucap Om Pras setelah keheningan tercipta beberapa saat. "Rama juga akan kuberitahu untuk waspada," ucapnya sambil mengirimkan pesan pada Rama."Pras, aku tak bisa berlama-lama di sini, asistenku sudah menunggu," ucap Amran sambil mengarahkan pandangannya pada seorang lelaki yang menunggu tak jauh dari pintu masuk kantin. Pras tersenyum, dia tak menyadari jika ternyata di sekitar mereka sudah tersebar beberapa orang pengawal selain asistennya.Pras mengangguk dan mempersilakan Amran untuk meninggalkannya. Saat Amran melangkah meninggalkan pintu kantin dua orang pengawal mengikuti dari belakang. Pras memperhatikannya dan menimbang apakah Khansa dan Asha memerlukan pengawalan juga saat ini? tanyanya dalam hati. Om Pras melangkah kembali menuju ruang rawat, Rama sudah meninggalkan rumah sakit untuk melihat kondisi Diana. Hanya orang kepercayaannya yang mengawasi dari kejauhan dan dua pengawal yang menjaga ru
"Diana ..., kamu yakin dia orangnya?" tanya Rama memastikan sebelum meminta tim keamanan memeriksa seluruh rekaman kamera pengawas. Rama khawatir jika dia sudah masuk ke area kantor sejak lama. Dia juga tak ingin kejadian di masa lalu terulang. Kecelakaan yang menimpa Amanda, kedua orang tua Nadin juga orang tua Prasetya. Ditariknya nafas dalam seakan pekerjaan yang akan dihadapinya adalah pekerjaan yang berat dan melelahkan. "Iya Ram, aku yakin. Dia orangnya. Ram ..., apa yang harus aku lakukan?" tagas Diana sambil menanyakan apa tindakan yang akan diambilnya. "Diana, bisakah kamu bersikap seperti tidak ada kejadian hari ini? Aku harus memastikan semuanya sebelum bertindak lebih jauh. Aku akan memberikan pengawalan selama kamu ada di luar kantor. Pastikan Xavier dan Brian tidak mengetahuinya. Jika sampai kamu sendiri yang membukanya, kami tidak akan menjamin keselamatanmu ke depan, bagaimana Diana?" ucap Rama menawarkan solusi dan meminta persetu
"Pa, tapi ...," ucapan Pras langsung dihentikan Pak Asyraf."Pras semua untuk kebaikan keluara besar kita. Gunawan dan Narendra. Jika waktunya tepat papa akan menceritakan semuanya. Kali ini berjanjilah untuk kebahagiaan Khansa juga putra dan putrimu Pras!" tegas papa yang kali ini tak dibantah Pras. "Baiklah Pa. Jika itu keinginan papa. Tapi papa juga harus ingat, Pras akan siap kapanpun papa meminta bantuan. Itu adalah janji Pras pada papa," ucap Pras meyakinkan Pak Asraf jika dia memang tetap akan membantu.Papa mengangguk menyetujuinya. Janji Pras akan dipegangnya. Kini dia akan menyelesaikan semua perselisihan yang terjadi. Ternyata dendam di masa lalu tak akan berakhir jika tak ada yang mengalah. Raihan telah memberikan informasi terkait perkembangan Gunawan saat ini. Kembalinya Hary sebagai Xavier, Yasmine yang akhirnnya ikut terbawa-bawa karena dia menitipkan putrinya pada Hendry Yudhatama. Papa menghembuskan nafas perlahan seakan melepaskan sebagian beban yang dirasakannya.
"Pelankan suara mama, Asha baru saja tidur," ucap Om Pras sambil meletakkan jari telunjukknya didepa bibir Khansa hingga menghentikan Khansa yang akan melanjutkan seruannya.Khansa menggeser jeri telunjuk Om Pras sambil memanyunkan bibirnya tanda tak suka jika dihentikan. Om Pras tersenyum dan memberikan penjelasan, "Yasmine adalah putri Pak Hendry, masih bagian dari keluarga Gunawan. Jadi papa juga ingin agar Yasmine dan Daniar bahagia walau tidak bersama Brian."Khansa menatap Om Pras tak percaya, sepertiya keegoisannya dulu telah menguap berganti dengan ucapan yang bijaksana layaknya seorang ayah. Khansa tersenyum, saat ini Om Pras memang sudah menjadi ayah. Papa dari Asha dan Shasha."Kenapa Hanny malah senyum-senyum? Bayangin siapa?" tanya Om Pras melihat Khansa yang terdiam namun tersenyum sendiri."Bayangin papa yang kini sudah jadi papa papa. Khansa tidak menyangka kini papa sangat bijaksana. Tidak seperti dulu yang penuh kebenci
"Jagoan, mama masih menyusui Dede Shasha, jika mama memakan semua es krimnya nanti Dede pilek bagaimana? Papa suapin mama satu sendok saja ya," ucap Om Pras sambil menyendokkan es krim dan mendekatkan sendoknya ke mulut Khansa. Khansa tidak membuka mulutnya karena masih kesal dengan Om Pras. Asha yang melihatnya tersenyum membayangkan saat dia tidak mau makan. "Mama, ayo buka mulutnya, nanti makanannya menangis kalau mama tidak mau makan," ucapnya dengan wajah serius. Khansa yang mendengarnya tersenyum dan mau tidak mau membuka mulutnya untuk menerma suapan es krim dari Om Pras. Asha yang melihatnya kembali berucap, "Nah begitu dong, mama pintar." Om Pras tersenyum mendengar ucapan Asha. Semua yang diucapkan Asha adalah ucapan Khansa. Dia senang jika Asha sangat pandai menyikapi kejadian di sekitarnya. Dimas dan rombongan sudah sampai. Panitia sudah bersiap, dilihatnya ibu dan ayah Riska yang sudah bersiap menyambut Dimas. Saat Dimas m