Share

Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan
Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan
Penulis: Oase-biru

Bab 1 Perdebatan Keluarga

Penulis: Oase-biru
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-30 06:17:04

“Papa tidak mau tahu! Secepatnya putuskan siapa yang akan menjadi ayah dari anakmu.”

Ruang keluarga yang biasanya menjadi tempat favorit Khansa, kali ini tidak lagi. Hampir satu pekan perdebatan antara Kak Yasmine dengan papa dan mama terjadi. Semua diawali kondisi Kak Yasmine yang saat ini diketahui positif hamil, namun dia sendiri bingung siapa ayahnya.

Kak Yasmine menjalin hubungan dengan dua pria di saat yang bersamaan. Sampai sejauh mana tidak ada yang mengetahuinya, namun kini papa mengetahui kehamilannya. Khansa hanya mengenal Kak Brian, sedangkan Kak Prasetya, nama yang kadang disebut-sebut dalam perdebatan sepertinya jarang diajak kakak ke acara keluarga.

Khansa hanya bisa mencuri dengar dari ruang makan. Dia takut jika kemarahan papa akan berimbas padanya. Saat ini dia harus berkonsentrasi pada ujian sekolah yang akan dilaksanakan tiga bulan lagi.

Mimpinya menjadi mahasiswi di Kampus Dwi Aksara menjadi salah satu motivasi untuk mengikuti ujian dengan nilai yang terbaik. Dia berharap nanti akan mendapatkan beasiswa pendidikan. Dibalik itu juga Khansa memiliki tujuan yang lain.

“Tapi pa… Aku masih tidak tahu siapa ayah kandungnya? Aku takut salah memilih,” ucap Kak Yasmine diantara isak tangisnya.

“Kalau perlu tes DNA lakukan!” tegas papa sambil meninggalkan ruang keluarga menuju ruang kerjanya.

Khansa menutup telinganya saat mendengar suara pintu yang dibanting. Papa masih marah, walau sudah berkali-kali mama mencoba meredam kemarahan papa dengan berbagai cara. Tapi rasanya papa bukan hanya marah, papa sudah murka dengan apa yang dilakukan Kak Yasmine.

Khansa menarik napas panjang. Di satu sisi dia menyalahkan kakaknya, namun di sisi lain Kak Yasmine pasti memiliki alasan dibalik semua peristiwa ini. Dia harus bersikap positif, tidak hanya menyalahkan kakaknya. Semoga saja apa yang diputuskan nanti adalah yang terbaik untuk Kak Yasmine dan anaknya kelak.

Pagi ini Khansa merasakan suasana yang tak seperti biasanya. Kak Yasmine terlihat sangat tertekan, walau senyum coba dipaksakan. Khansa merasakan akan ada peristiwa besar yang terjadi. Terlebih, saat melihat raut wajah Kak Yasmine.

"Ada apa kak? Sepertinya ada yang ingin kakak sampaikan," ujarnya sekaligus bertanya.

"Khansa...!"

Suara papa menggelegar dari ruang kerja menuju ruang makan. Mereka berdua terkesiap mendengarnya. Sepertinya papa marah lagi, entah apa yang terjadi kini hingga papa semarah itu. Suara langkah kaki papa yang terburu-buru terdengar menuju arah mereka. Juga langkah kaki mama yang turun dari tangga.

"Pras tidak tahu diri, beraninya dia memulai perang denganku!" teriakan papa menggema di ruang makan.

"Pa, ada apa?" tanya Khansa pelan.

Kak Yasmine menarik tangannya. Itu artinya kakak meminta agar jangan banyak bertanya pada papa. Mereka berdua memutuskan untuk diam, menunggu hingga papa sendiri yang mengatakannya. Mama yang tiba setelah mendengar teriakan papa menatap kami bergantian. Keheningan seketika terjadi.

“Pa, Yasmine akan menyelesaikan masalah ini. Jangan libatkan Khansa, Pa. Bagaimana pun aku penyebab semua masalah ini,” ucap Kak Yasmine menatap papa dengan berani.

Papa mendengus kesal dan beranjak meninggalkan ruang makan. Khansa berdiri kaku, bingung mendengar teriakan papa tadi. apa yang sebenarnya terjadi pada Keluarga Yudhatama?

“Khansa, berangkatlah ke sekolah. Biarkan ini menjadi urusan papa dan mama,” ucap mama sambil membereskan piring di meja.

Kak Yasmine sudah beranjak menyusul papa ke ruang kerjanya. Khansa bersiap berangkat dan hanya pamit pada mamanya yang akan membawa piring ke dapur untuk dibersihkan.

Khansa sengaja berjalan pelan, terlebih saat melewati ruang di mana kakak dan papanya sedang berbincang berdua. Pintu yang separuh terbuka, ditambah suara mereka yang cukup kuat membuat telinganya mendengar percakapan mereka.

Karena penasaran, Khansa pun memutuskan untuk menghentikan langkahnya dan mencuri dengar.

“Jadi, semua yang diucapkan Pras itu bukan hanya ancaman, Pa?” Itu suara Kak Yasmine yang bertanya pada papa.

“Pras memang keterlaluan! Hari ini satu kontrak yang dia putus, besok dia pasti akan memutus kontrak lainnya sebelum permintaannya dipenuhi!”

Khansa mengerutkan dahi, menebak-nebak permintaan apa yang diminta Prasetya. Apa Kak Yasmine sudah memilih Brian, dan mencampakkan Prasetya, sehingga pria itu marah dan menuntut hal lain?

“Tapi, apakah papa tega menjadikan Khansa solusinya? Bagaimana pun, dia masih kecil, Pa.”

Jantung Khansa serasa berhenti berdetak kala mendengar namanya disebut-sebut bisa menjadi solusi dari masalah ini. Memangnya, apa yang bisa dia bantu? Namun, detik berikutnya sebuah ucapan mencengangkan keluar dari bibir papa.

“Kenapa tidak? Sudah beruntung kita mau mengurusnya selama ini. Jika tidak, dia sudah jadi gembel di jalanan. Mama saja yang selalu memanjakannya, padahal keluarganya berhutang banyak pada kita. Anggap saja ini bayar hutang keluarganya dahulu.”

Khansa terdiam di balik pintu, apa dia yang dimaksud papa? Jadi, dia bukan bagian dari keluarga ini? Jadi selama ini kasih sayang yang mereka berikan hanya karena terpaksa?

Entah apa yang harus dilakukannya saat ini. Sebuah fakta yang sangat menyakitkan baru saja diketahuinya. Tak terasa butiran bening menetes dari sudut matanya. Apa yang harus dilakukannya kini.

Ucapan papa kembali terngiang, mungkin benar apa yang dikatakannya. Diingatnya kembali perlakuan mereka padanya selama ini. Meskipun dia bukan anak kandung di Keluarga Yudhatama, tapi mereka memperlakukannya sangat baik, tidak pernah pilih kasih.

Khansa memutuskan untuk tetap berangkat ke sekolah, walaupun sepanjang langkah menuju teras dia berusaha keras menghentikan isak tangisnya. Tangannya sibuk menghapus jejak butiran bening yang masih mengalir pelan. Khansa berharap bisa melupakan apa yang tadi didengarnya.

***

“Khansa?” suara bariton seorang pria memanggil namanya saat dia akan meninggalkan gerbang sekolah.

Khansa menghentikan langkahnya dan memastikan jika pria dewasa dengan pakaian yang rapi itu memang memanggilnya. Matanya masih tergugu, tetapi kepalanya refleks mengangguk mengiyakan.

Di sinilah Khansa sekarang, duduk di hadapan pria bernama Prasetya dengan gelisah. Dengan alasan jika pria ini akan menyampaikan pesan dari Kak Yasmine, Khansa meminta sopir menunggu sebentar di sekolah.

Apa yang pertama kali harus ditanyakan padanya? Pikiran itu terus-terusan berputar di otak Khansa. Saat pikirannya berkelana jauh, suara bariton itu membawanya tersadar kembali.

“Sudah tahu apa yang harus kamu putuskan?” tekannya pada Khansa.

“Putuskan? Mengenai apa?” tanya Khansa bingung.

Khansa membelalakkan matanya, menatap kaget sosok pria dewasa di hadapannya. Hingga saat ini saja dia masih bingung untuk menyapanya. Apa panggilan yang pas? Kak—atau, Om Prasetya… ternyata jauh lebih tua dibanding yang ada di benaknya.

“Kak… eh Om… aku masih belum paham,” lirihnya sambil menunduk.

“Jadi mereka belum memberitahu? Oke aku yang akan memberitahu jika mereka masih menutupinya.”

“Aku sudah memberi waktu tiga hari untuk memutuskan pilihan mereka, tapi ternyata mereka memilih untuk kuhancurkan,” ucapnya sambil menyeringai.

“Pilihan…? Dihancurkan? Pilihan apa om?”

Tatap mata Khansa dipenuhi pertanyaan yang membuatnya bertambah bingung. Diberanikannya menatap pria yang kini dipanggilnya Om… Om Pras.

Ditariknya napas mencoba menenangkan diri. Paling tidak kini dia tahu sosok Prasetya. Dia ingin menanyakan ucapan papa yang didengarnya tadi pagi, jika dirinya bisa menjadi solusi.

“Kamu harus menikah denganku! jika ingin perusahaan Keluarga Yudhatama tetap berdiri. Jika tidak, aku akan menghancurkannya perlahan,” ucapnya datar.

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 2 Kegundahan Khansa

    “Maksud Om?” “Om? Sepertinya harus diubah panggilannya. Tidak mungkin kan suami sendiri dipanggil om?” sindirnya tajam. “Suami? Maksudnya om akan menikah dengan denganku?” tanya Khansa kaget dan binggung. “Ya, itupun jika kamu tidak ingin melihat Keluarga Yudhatama hancur bersama perusahaannya. Tapi jika kamu tidak ingin membalas budi, tidak apa. Kita bisa bekerja sama menghancurkannya,” jelasnya pelan. Khansa terdiam membeku masih tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Di satu sisi dia tak ingin berada di keluarga Yudhatama lagi, namun dia juga tak ingin menikah diusianya yang semuda ini. Khansa menggeleng pelan, berpikir keras apa yang harus diputuskannya. “Aku beri waktu hingga besok. Jika tidak ada kabar hingga pukul 12.00, maka satu lagi kontrak akan kuselesaikan. Kamu bisa menghubungi nomor Rama, asisten saya, dia yang akan mengatur semuanya.” Khansa hanya memandangi punggung Om Pras yang sudah beranjak dan melangkah menuju mobilnya. Dikejauhan dilihatnya pintu mobil y

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 3 Kejujuran Khansa

    “Pras, Khansa menyetujui keinginanmu, Bagaimana? Aku balas apa pesannya?”Seringai Pras terlihat jelas saat Rama mengabarkan Khansa mengirim pesan. Dia menuliskan jika menerima permintaannya kemarin dan akan memenuhinya. Sepertinya dua kontrak saja cukup membuat dia menyerah.“Atur pertemuan dengannya. Urus semua surat-surat yang dibutuhkannya. Aku akan melamarnya saat Yasmine menikah dengan Brian. Itu saat yang paling tepat,” selorohnya memerintah Rama untuk menyiapkan semua keperluan pernikahannya.Dikirimkan pesan pada Khansa untuk menemuinya di restoran cepat saji dekat kantor. Khansa menyetujuinya, dan mengatakan jika dia dalam perjalanan ke sana. Pras meminta Rama yang menemuinya, menyampaikan apa yang harus dilakukan Khansa, dia sendiri akan memantaunya dari kejauhan.Rama tak bisa menolak, apalagi Pras sudah memberikan semua yang dibutuhkannya. Selain sebagai asistennya Rama juga dipercaya untuk menjalankan salah satu bisnis yang dimiliki Pras. Apalagi Rama juga ingin menjadi b

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 4 Sedih atau Bahagia

    Hari ini adalah hari yang dinantikan banyak orang, tapi tidak dengan Khansa. Pernikahannya dengan Om Prasetya. Tamu undangan sudah banyak yang datang, itu yang didengarnya dari perias yang sedang melakukan tugasnya. Khansa sudah selesai dirias, baju pengantin yang mama bilang sangat indah dan pas dibadannya tak terlihat keindahannya di mata Khasna.Kak Yasmine dengan perutnya yang sudah terlihat membesar datang memberi ucapan selamat. Aku hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Jika mengingat Kak Yasmine dulu adalah pacar Om Pras, sepertinya aku ingin lari dari pernikahan ini.Saat pernikahan Kak Yasmine berlangsung dua bulan yang lalu, papa menerima lamaran dari keluarga Narendra. Khansa tak bisa menolaknya karena sudah menyetujui permintaan Om Pras. Selain itu dia juga tak ingin memiliki hutang budi pada Keluarga Yudhatama yang telah memberikan kasih sayang padanya walau mereka tak pernah mengatakan jika dia bukan anak kandungnya.“Sayang, mama minta maaf jika hal ini membuatm

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 5 Malam Pertama

    Jadi yang menggantikan gaunnya Om Pras? Apa benar semua yang dikatakannya, Khansa tertegun mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri. Suara perutnya kembali berbunyi, dia bertambah kesal karena tak berhasil menebak jawabannya.Kini Khansa sedang memakan makan malamnya, duduk di sofa yang bersebrangan dengan Om Pras. Selimut yang tadi digunakannya kini menjadi pembungkus tubuh yang ikut bersamanya. Khansa tak mau hanya mengenakan kaos saja di hadapan Om Pras. Awalnya Om Pras menatapnya marah, namun saat mendengar perutnya kembali berbunyi, dimintanya untuk duduk dan makan. Khansa memilih sofa yang agak jauh untuk duduk. Sepintas dilihatnya bibir Om Pras tersenyum, namun saat mengetahui dia memperhatikannya, ditariknya kembali senyum di bibirnya dan kembali memasang wajah marahnya.Khansa sudah tak mempedulikannya. Memilih duduk dan menikmati makanannya. Dia menghabiskan dua piring makanan, entah karena lapar atau karena memang makanannya sangat enak. “Sepertinya tugas sebagai istri s

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 6 Bertemu Dimas

    Suara pintu dibuka membuat Khansa terkejut. Dilihatnya Om Pras yang sudah berdiri di balik pintu, menatap tajam ke arahnya. Untungnya jubah mandi sudah dikenakannya saat mendengar teriakan kedua Om Pras tadi. "Kenapa sih om tidak sabar, aku kan sudah bilang lima menit lagi. Apa om tidak tahu menghitung waktu selama lima menit," sungutnya mencoba memberanikan diri. "Aku juga sudah mengatakan jangan lama-lama, ada hal yang harus aku selesaikan. Kamu harus ikut Hanny," tegasnya pada Khansa. Khansa melangkah melewatinya, kini dia tidak akan takut lagi. Khansa harus bisa menjaga dirinya sendiri meskipun itu dari Om Pras, suaminya sendiri. Dipakainya baju yang dibawanya kemarin dalam koper, namun saat ini baju-bajunya sudah tergantung rapi di lemari pakaian. Diambilnya salah satu baju yang pas digunakan untuk bepergian. Seingatnya Om Pras mengatakan akan pergi mengurus sesuatu. Setelah mengenakan bajunya, Khansa mencoba merias wajahnya agar tidak terlihat pucat. "Sarapan dahulu, sudah h

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 7 Hukuman Pertama

    Khansa terdiam melihat Om Pras yang sudah berada di sampingnya. Dimas menatap Om Pras dan menarik tanggannya yang tadi terulur pada Khansa. "Jika ada yang ingin di sampaikan, sampaikan pada saya. Saya suami Khansa, Prasetya. CEO Kampus Dwi Aksara," ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Dimas. Khansa terpaku mendengar ucapan Om Pras. Di tatapnya wajah Om Pras untuk mencari jawaban. Tatap mata Om Pras hanya tertuju pada Dimas. Ditariknya napas panjang sebelum mencoba menatap Dimas yang telah menjabat tangan Om Pras. Dimas membuang rasa takut pada Prasetya, walau dia adalah pemilik kampus tempat Dimas kuliah. Setelah melepaskan jabat tangannya, Dimas menatap Khansa, memastikan jika dia baik-baik saja. Khansa mengangguk, mencoba mengatakan jika dirinya aman bersama Om Pras. Tangan Khansa ditarik Om Pras yang sudah melangkah cepat menuju mobil yang terparkir. Khansa harus kembali berlari kecil untuk menyeimbangi.Sesampainya di samping mobil, Om Pras membalikkan badannya hingga wajah m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 8 Rumah Utama

    Om Pras masuk ke dalam ruangannya setelah Nadin meninggalkan mereka dengan kesal. Tak lama sekretarisnya datang, meminta maaf karena baru saja meninggalkan mejanya. Om Pras mengangguk dan menarik tangan Khansa untuk ikut masuk ke dalam. Sebelum pintu ditutup Om Pras meminta dipesankan makan siang untuk mereka. "Di tempat biasa saja, dua porsi. Jus alpukat tanpa susu juga air mineral," pesannya sebelum menutup pintu. Khansa duduk di sofa sambil matanya mengelilingi ruangan Om Pras, tadi Nadin bilang jika ruangannya di samping ruang Om Pras. Di mana ruangan asisten pribadi? "Ada pintu di dekat lemari bukalah. Di sana ruang kerjanya, jika itu yang dicari," ucap Om Pras sambil menunjuk pintu yang dimaksudnya. Khansa berdiri ingin melihat ruangan tempatnya bekerja nanti. Berjalan menuju pintu yang dimaksudnya dan membukanya. Wajahnya memerah setelah melihat isi ruangan yang disangkanya adalah ruang kerja seperti umumnya. Di hadapannya terdapat sebuah tempat tidur yang cukup besar, sofa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 9 Bertemu Mama Dewi

    Om Pras berjalan menuju pintu yang sudah dibuka oleh seorang pelayan. Dilangkahkan kakinya masuk ke dalam. Khansa yang berjalan di belakangnya terkesima dengan rumah yang sangat mewah. Sebelum melangkah ke arah sofa, Om Pras meminta pelayan menyiapkan minuman untuknya dan Khasna. Khansa masih mengamati bagian dalam rumah utama. Dirasakan tangannya ditarik oleh Om Pras agar mengikutinya menuju sofa. Om Pras langsung menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia memilih sofa yang agak jauh dari Om Pras dan perlahan duduk di sana. Nadin keluar dari kamar di bawah tangga bersama Mama Dewi yang di dorongnya. Tatapan mata Nadin seakan mengejeknya, sedangkan tatapan mata Mama Dewi menahan amarahnya. Khansa menatap Om Pras, sesaat Om Pras memberikan kode dengan meletakkan jari di depan bibirnya. Khansa mengangguk. Itu artinya dia tidak perlu menjawab atau mengeluarkan suara. Pelayan datang membawakan minuman yang diminta Om Pras, meletakkannya di atas meja bersamaan dengan Mama yang sudah ada di hada

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 104 Ke Rumah Sakit

    "Sudah Mas, saya simpan dalam laci meja di pabrik," jawab Raihan pelan."Besok antarkan padaku. Semuanya harus dipastikan sesuai sebelum Khansa menerimanya. Aku tak ingin ada kesalaha di masa depan," tekan Asyraf pada Raihan yang hanya terdiam di kursinya.Raihan tak berani memberikan komentar hanya terdiam sambil menatap lurus pada wajah kakaknya yang terlihat lebih pucat kini."Mas sebaiknya istirahat. Aku panggilkan Mba Arini sekalian pamit kembali ke pabrik," ujar Raihan tanpa meminta pesetujuan. Raihan yakin hanya Mba Arini yang kini didengar Asyraf. Jika mereka melanjutkan perbincangan sudah dipastikan akan melelahkan Asyraf. Raihan bergegas keluar ruang kerja Asyraf dan memanggil Mba Arini yang menunggu di ruang keluarga. Setelah menyampaikan keinginan Asyraf bertemu Khansa dan Prasetya, Raihan melangkah keluar. Dari sudut matanya dilihat tangan Mba Arini mengusap pipinya dan memastikan sekali lagi sebelum melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Asyraf yang baru ditinggalkann

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 103 Masalah Pabrik Teratasi

    "Rama lihatlah dengan mata hatimu jangan melihat hanya di kulitnya saja," ucap Pak Burhan lagi sambil melangkahkan kakinya keluar ruang rapat. Rama terdiam sesaat. Dicoba mengingat apa yang dipesankan Prasetya padanya. Dari proses serah terima Prasetya tak pernah terlihat marah dengan Pak Burhan, namun kemarahannya pada saat bertatapan dengan Brian. Apakah Pak Burhan sebenarnya berpihak pada Prasetya? Bukan pada Brian? batin Rama bertanya.Rama tersenyum saat mengingat pesan Prasetya jika Pak Burhan pasti akan memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Sepertinya kini dia bisa tenang menjalankan tanggung jawabnya di Kampus Pratama. Sudah lama sekali dia tak berkunjung secara langsung. Selama ini setiap rapat dan pertemuan selalu dalam daring. Rama tersenyum lebih lebar lagi. Kini ditinggalkannya ruangan rapat yang penuh kenangan perjuangannya dengan Prasetya. ***"Raihan, bagaimana kondisi pabrik hari ini?" tanya Pak Asyraf di ponselnya."Sudah mencapai 80% pemulihan produksi pabrik,

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 102 Kebingungan Rama

    "Jika nanti papa bukan lagi pimpinan Narendra, Hanny masih mencintai papa kan?" tanya Om Pras melanjutkan pertanyaannya tanpa menjawab pertanyaan Khansa.Khansa beranjak bangun dari pelukan Om Pras. Ditatapnya mata Om Pras dalam untuk mendapatkan kepastian dari ucapan-ucapannya. Awalnya Khansa menduga jika itu hanyalah candaan, namun saat dilihat kejujuran di mata Om Pras Khansa menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelahan. "Pa, jika memang itu yang terbaik mama akan mendukung papa. Mama hanya ingin papa sehat dan bisa bersama dengan Asha dan Shasha hingga mereka dewasa," ucapnya sambil merebahkan kembali kepalanya dalam pelukan Om Pras. Tak ada perbincangan selanjutnya hingga akhirnya terdengar hembusan nafas pelan Khansa yang tertidur. Om Pras merebahkan kepala Khansa disampingnya dan menarik selimut menutupi tubuh Khansa pelan."Hanny, papa akan menyelesaikan semua masalah Narendra terlebih dahulu. Papa tidak ingin ada orang yang mencari keuntungan dan menghancurkan Narendra

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 101 Menyusun Rencana

    "Hanny, mengapa ke sini?" tanya Om Pras yang langsung bangun menghampiri Khansa saat mengenali suara yang baru masuk. Om Pras menarik tangan Khansa agar tak ikut masuk ke dalam. Dia tak ingin Khansa ikut terlibat dalam perseteruannya dengan Brian. "Hanny, papa akan menyelesaikan semuanya dahulu. Hanny jaga Asha dan Shasha saja ya," ujar Om Pras setelah dia memaksa Khansa duduk di ruang tunggu tamu. "Tapi, Pa!" potong Khansa cepat. Om Pras menatap Khansa dengan tajam seakan meyakinkannya jika permasalahan di perusahaan akan segera berakhir. Khansa masih meragukan apa yang dilihatnya, namun tatapan mata Om Pras membuatnya tersadar. Jika bukan karena Khansa yang datang sendiri, mungkin dia tak akan seyakin saat ini. "Hanny diantar pulang Gilang. Sekalian menjemput Asha di sekolah. Setelah urusan papa selesai, papa langsung pulang. Bagaimana?" tanya Om Pras setelah memberikan sedikit penjelasan. Khansa mengangguk setuju. Om Pras harus menjelaskan banyak hal padanya. Mama De

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 100 Keputusan Prasetya

    "Nadin, aku mohon jangan membuatku bertambah gila dengan rasa bersalah," ujar Rama menghentikan gerakan kursi roda Nadin yang beranjak meninggalkan Rama di taman.Rama tersenyum, ternyata Nadin masih memperhatikan perasaannya. Dilangkahkan kakinya hingga sampai di belakang kursi roda. Saat Rama datang tadi Nadin sedang berjalan melanjutkan terapinya. Perawat yang selalu menemaninya kini sudah berada di hadapan mereka."Mba Nadin sebaiknya melanjutkan terapi dahulu, tadi sudah berjalan lebih jauh dari biasanya!" ujar perawat sambil meletakkan air dalam baskom yagn sudah dberikan obat terapi untuk merendam kedua kaki Nadin. Rama memberi tanda agar perawat meinggalkan mereka."Nadin, biar aku yang melanjutkan terapinya," ucapnya sambil berjongkok dan mulai memijat kaki Nadin. Dahulu sebelum Nadin sadar setiap hari Rama yang melakukan terapi pijatan pada Nadin. Semenjak Nadin sadar, dia selalu menolaknya.Kini Nadin berusaha memahami semua y

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 99 Kini Khansa Tahu

    "Ram, kini aku sudah tidak sama seperti dahulu. Terapi yang kujalani terasa lambat memberikan kesembuhan. Aku tak ingin menjadi bebanmu, Ram," ucap Nadin dalam hati dengan tatapan nanar.Hingga mobil Rama tak terlihat, barulah Nadin menghembuskan nafas perlahan. Digerakkan tangannya memutar roda agar bisa masuk ke dalam rumah. Mama Dewi yang memperhatikan kejadian di teras, menghampiri dan mendorong kursi roda menuju kamar Nadin. Dibantunya menjaga keseimbangan tubuh Nadin yang beranjak ke atas kasur.Tatapan mata Nadin seakan memohon untuk ditinggalkan sendiri. Namun Mama Dewi tetap berujar pelan, "Rama tak pernah berhenti mencintaimu Nadin. Yakinlah."Nadin tak membantah, namun juga tak menjawab ucapan Mama Dewi. Diperhatikannya Mama Dewi mengeser kursi ke samping tempat tidur agar nanti saat Nadin akan menggunakannya mudah dijangkau."Istirahatlah, Sayang. Mama tunggu nanti di meja makan ya!" perintah mama dengan suara lembut.

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 98 Kemarahan Rama

    "Brian?!!" tanya handy terkejut.Brian tersenyum sekilas. Sedangkan Pak Burhan langsung memahami keterkejutan orang yang di hadapannya. Sebelum berangkat tadi Brian sudah menjelaskan jika dia mengenal beberapa orang yang akan rapat nanti. "Perkenalkan. Ini rekan saya yang selalu membantu, bisa dikatakan Brian adalah asisten saya saat ini," jawab Pak Burhan tegas sehiingga membuat Handy memundrkan langkahnya perlahan dan mempersilaan mereka berdua masuk. Om Pras dan Rama yang mendengar sekilas ucapan Handy dan Pak Burhan saling memandang sesaat dan tersenyum kecil. Sepertinya dugaan mereka tepat. Brian mencari orang yang akan digunakan sebagai rekan kerja sama untuk mencapai tujuan yang kemarin gagal. Batin Om Pras yang kni menatap Brian yang berjalan di samping Pak Burhan. Om Pras berdiri untuk menyabut salah satu dewan direksi yang dibacanya dari daftar pada berkas di hadapannya. Setelah sampai di hadapan Pak Burhan diulurkan tangannya untuk saling berjabat tangan. Pak Burhan meny

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 97 Bertemu Kembali dengan Brian

    "Papa ..., aku pergi dahulu. Aku akan menemui orang yang bisa membantu memperlancar rencanaku," ucap Brian pamit pada Hary. "Brian ..., hati-hatilah. Jangan terlalu memaksa jika memang itu akan membuatmu celaka," pesan papa sebelum Brian meninggalkan Hary sendiri di rumah. Brian menatap sesaat pada papanya. Akhir-akhir ini papa sudah tak pernah mengungkit masa lalunya. Papa lebih banyak mengurung diri di kamar. Sepertinya papa kangen dengan Mama Pratiwi dan adiknya Diana. Batin Brian saat melangkah meninggalkan pintu dan menutupnya kembali. Brian masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di samping rumah sederhana yang ditinggalinya sebulan belakangan. Kali ini tujuannya adalah kantor Prasetya. Dia akan mendampingi pemegang saham baru yang akan menemui pemilik Narendra Corp. namun sebelumnya dia akan menemui Burhan, orang yang membantunya dan pesawat yang membawanya baru saja mendarat. Setibanya di Bandara Brian masih harus menunggu karena bagasi yang terlambat serta proses peng

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 96 Rencana Brian Dimulai

    "Gilang hati-hati!" pesan Om Pras sedikit berteriak pada Gilang yang sudah menuju ruang tamu. Gilang hanya memberikan jempolnya tanda mengerti pada Om Pras dan Khansa dari ruang tamu.Sepeninggal Gilang Om Pras elanjutkan sarapan d temani Khansa. Dalam hati Khansa ingin sekali menanyakan masalah-masalah yang terjadi akhir-akhir ini, pabrik papanya hingga kecelakaan yang dialami Nadin, namun melihat Om Pras yang makan dengan lahap diurungkan niatnya. Suara dering telepon menghentikan kegiatan makan Om Pras. Diliriknya layar yang menyala di meja."Rama," gumam Om Pras yang masih terdengar samar oleh Khansa.Khansa melirik sekilas pada Om Pras, wajahnya kini sedikit gusar. Ada kekhawatiran jika kabar yang akan disampaikan Rama bukan kabar yang diinginkannya. Diambilnya telepon dan menggeser layar untuk menjawab panggilan Rama."Ada apa Ram?" tanya Om Pras setelah mendengar suara Rama di seberang."Semalam mobil Brian dipastikan kemba

DMCA.com Protection Status