Share

Bab 4 Sedih atau Bahagia

Author: Oase-biru
last update Last Updated: 2023-09-23 20:22:17

Hari ini adalah hari yang dinantikan banyak orang, tapi tidak dengan Khansa. Pernikahannya dengan Om Prasetya. Tamu undangan sudah banyak yang datang, itu yang didengarnya dari perias yang sedang melakukan tugasnya. Khansa sudah selesai dirias, baju pengantin yang mama bilang sangat indah dan pas dibadannya tak terlihat keindahannya di mata Khasna.

Kak Yasmine dengan perutnya yang sudah terlihat membesar datang memberi ucapan selamat. Aku hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Jika mengingat Kak Yasmine dulu adalah pacar Om Pras, sepertinya aku ingin lari dari pernikahan ini.

Saat pernikahan Kak Yasmine berlangsung dua bulan yang lalu, papa menerima lamaran dari keluarga Narendra. Khansa tak bisa menolaknya karena sudah menyetujui permintaan Om Pras. Selain itu dia juga tak ingin memiliki hutang budi pada Keluarga Yudhatama yang telah memberikan kasih sayang padanya walau mereka tak pernah mengatakan jika dia bukan anak kandungnya.

“Sayang, mama minta maaf jika hal ini membuatmu sedih. Hanya saja mama tidak memiliki kemampuan untuk melawannya,” ucap mama saat menemaninya menerima lamaran.

Setelah mengetahui jika dirinya bukan bagian dari keluarga besar ini Khansa memang ingin pergi. Meninggalkan semua kebohongan yang ada. Mencoba mencari tahu siapa keluarganya sebenarnya. Dia harus menemukan kembali masa lalunya yang telah hilang.

“Iya ma, Khansa memahaminya. Khansa akan menuruti semua permintaan mama, hanya karena Khansa juga sayang pada mama,” jawabnya pelan.

“Terima kasih, Khansa sayang,” ucap mama sambil memeluknya erat.

Mama menangis. Khansa tidak tahu apakah mama benar-benar bersedih untuknya atau hanya kepura-puraan. Dia sudah belajar dan berusaha untuk menerima apapun bentuk takdir yang akan dijalaninya nanti.

“Pernikahan akan dilangsungkan satu pekan setelah Khansa selesai ujian sekolah. Keluarga Narendra yang akan mengurus dan menyiapkan semuanya. Keluarga Yudhatama hanya menghadirinya, dan memastikan Khansa hadir dipernikahannya,” ucap Om Pras saat papa menerima lamarannya.

Khansa hanya bisa mendengarnya dari belakang punggung papa sambil menunduk. Dia tak berani memandang Om Pras, walau dia tahu saat ini tatapan mata Om Pras tajam tertuju padanya. Dia masih belum menerima dengan Ikhlas semua keputusan ini.

Khansa menghembuskan napas jika mengingat saat lamaran kemarin. Hingga saat ini pun dia tidak pernah membayangkan masa depan yang akan dijalaninya nanti. Kepura-puraannya tidak mengetahui jika dia bukan bagian dari Keluarga Yudhatama juga masih mengganjal di hatinya. Khansa ingin sekali menguak masa lalunya agar semua menjadi jelas dimatanya.

“Sa, jangan bersedih seperti itu, bagaimanapun kondisinya hari ini adalah hari pernikahan kalian. Tersenyumlah, apalagi akan ada banyak tamu nanti,” pesan Kak Yasmine melihat goresan kesedihan di matanya.

Khansa tersadar dari lamunannya, mencoba manjawabnya dengan tersenyum. Sepertinya dia harus menekan jauh ke dalam rasa sakit di hatinya. Juga melupakan latar belakang serta masa lalu Om Prasetya yang akan menjadi suaminya.

“Iya kak, nanti di acara aku akan berusaha untuk selalu terlihat bahagia,” ucapnya memberikan alasan.

Kak Yasmine mengangguk kemudian memeluknya erat. “Maafkan kakak ya Sa,” bisiknya pelan di dekat telinga.

Rasa sakit di hatinya semakin menggores, selama ini aku menganggapnya sebagai kakak yang sangat baik. Semenjak kecil dia hanya memiliki Kak Yasmine seorang. Mama dan papa sangat sibuk di kantor sehingga keseharian mereka hanya berdua. Isaknya mulai terdengar saat mengingat kedekatannya dengan Kak Yasmine.

Ternyata Kak Yasmine bukan kakak kandungnya dan dia yang membawa perubahan besar dalam kehidupan Khansa. Sebenarnya Khansa masih ingin melanjutkan sekolah, namun dia harus menguburnya dalam-dalam. Seandainya saja…

“Khansa, sudah selesai? Keluarga Pras sudah sampai,” suara mama membuat pelukan mereka terurai.

Aku mencoba tersenyum pada mama, walau air mata masih membayang. Mama mendekatinya dan menghapus jejak kesedihan di matanya, menatapnya takjub, “Cantik sekali sayang. Mama kira mama bertemu putri dari negeri dongeng”. Ucapan mama membuat Kansa dan Kak Yasmine tersenyum.

Mereka bertiga berjalan pelan setelah perias mengecek kembali semua penampilan Khansa. Tim perias mengangguk puas dengan hasil pekerjaannya. Mempersilakan Khansa yang didampingi mama dan kakaknya berjalan menuju tempat acara.

Sebuah aula utama sudah didekorasi seperti istana kecil, gemerlapnya lampu tak bisa membuat hati Khansa berwarna. Satu hal yang membuatnya masih di sini adalah dia harus menikah dengan Om Pras agar dia tidak menghancurkan Perusahaan Yudhatama.

Khansa duduk di samping mama dan Kak Yasmine. Papa dan Om Pras sudah duduk di meja tempat berlangsungnya akad nikah mereka. Seorang wanita paruh baya duduk dikursi roda dengan seorang wanita cantik yang selalu bersiap di belakangnya. Apakah dia mama Om Pras, seperti yang dikatakan Kak Yasmine?

“Wanita itu mamanya, Tante Dewi. Dia sudah lama tidak bisa berjalan, dan di belakangnya adalah Nadin, sepupunya yang juga perawat mamanya,” bisik Kak Yasmine seakan mengetahui jalan pikirannya saat menatap ke arah seberang.

Tak lama suara penghulu menanyakan pada saksi apakah sah? Kedua saksi menjawab “sah” yang diikuti ungkapan rasa syukur dari tamu undangan yang hadir. Butiran bening mulai mengalir di pipinya. Selesailah sudah, kini dia harus menjalaninya. Sendiri... Khansa berjanji tak akan menghubungi keluarha Yudhatama lagi mulai detik ini. Semakin dicoba untuk menahan butiran air matanya semakin deras alirannya.

“Sa, selamat. Kini kamu sudah resmi menjadi istri Pras,” lirih suara Kak Yasmine masih bisa kudengar.

Mama membimbing tangan Khansa untuk menghampiri Om Pras. Khansa tak ingin melangkah ke sana, dia tak sanggup berdiri di sana, namun mama dan Kak Yasmine berusaha keras agar Khansa melangkah perlahan. Dia merasakan kepalanya pusing, pandangannya mulai kabur.

Saat ini tangan yang menggenggamnya berganti, kuat dan kokoh. Saat dia mencoba menarik ingin melepaskannya, dirasakan genggamannya semakin kuat. Sebuah cincin dirasakannya memasuki jari manisnya yang diikuti sebuah tangan lain membantunya memasukkan cincin ke jari tangan Om Pras.

Tubuhnya dirasakan semakin ringan, butiran bening telah lama berhenti mengalir. Sesaat dirasakan keningnya dikecup, kekuatan kakinya seakan menghilang. Tak lagi mampu menahan beban badannya. Pandangan matanya menggelap dan didengarnya teriakan yang tetiba semua hening.

Saat Khansa terbangun, dirasakan kepalanya sakit. Gaun pengantin sudah berganti dengan kaos ukuran besar yang menutupi hingga pahanya. Pasti ini kaos Om Pras, mengapa tidak diganti dengan baju yang dibawanya? batinnya.

Khansa melihat sekeliling, bukan kamar tempatnya dirias pagi tadi. Kamar ini lebih luas, nuansa maskulin jelas dirasakannya. Khansa menarik napas dalam, apakah ini kamar Om Pras? Siapa yang mengganti gaunnya?

Saat dia berpikir keras, suara pintu dibuka dibarengi dengan lampu di dekat pintu menyala. Khansa memutuskan untuk berpura-pura tidur kembali. Khansa takut jika Om Pras mengetahui dia sudah bangun akan ada hal yang tak diinginkannya terjadi.

“Bawa saja semua hadiah ke rumah, aku akan di sini beberapa hari bersama istriku. Jangan mengganggu dengan pekerjaan kantor, banyak hal yang harus diselesaikan di sini.”

Suaranya menghilang, keheningan tercipta. Khansa coba menajamkan pendengarannya, namun dia tak mendengar suara apapun. Hingga hembusan napas dirasakan dekat telinganya. Khansa semakin memejamkan matanya sambil berdoa dalam hati. Om Pras sepertinya telah menarik wajahnya, karena tak dirasakan lagi hawa panas yang tadi sempat membuatnya berdebar.

“Jika memang tidak lapar, tidurlah. Jika merasa lapar aku sudah memesan makanan sebentar lagi sampai,” ucapnya diiringi suara lemari yang terbuka. Tak lama terdengar kembali suara pintu kamar mandi yang dibuka dan ditutup kembali.

Khansa tak berani bergerak, didengarnya suara air yang menandakan Om Pras sedang mandi. Tak lama suara air berhenti, beberapa detik berikutnya pintu dibuka, saat aku mengintip aku melihat Om Pras hanya melilitkan handuk di pinggangnya, dada bidangnya terekspos di sana.

Khansa menarik napas perlahan. Om Pras menatap ke arahnya tajam sambil mengernyit, apakah Om Pras tahu jika dia hanya berpura-pura? Suara ketukan di pintu menyelamatkannya. Om Pras menarik jubah mandi sebelum membukakan pintu.

Petugas hotel menata makan malam di meja, harum makanan membuat perutnya berbunyi nyaring. Semenjak pagi belum ada makanan yang dmakannya, hingga akhirnya aku memutuskan untuk pura-pura terbangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidur.

Om Pras sudah mengenakan kaos dan celana pendeknya, benar dugaannya kaos yang dipakainya adalah kaos Om Pras, keduanya hampir sama. Khansa mendengus kesal. Om Pras menghentikan langkah kaki dan menoleh ke arahnya.

“Jika mau makan bangunlah, aku tak akan mengantarkan ke tempat tidur,” ucapnya sambil menatap tajam dan berlalu.

Khansa menggelengkan kepalanya sambil menatap pada separuh tubuhnya yang ditutupi selimut. Senyuman terlihat disudut bibir Om Pras. Sepertinya dia tahu apa yang dipikirkan Khansa.

“Tidak perlu malu, aku sudah melihat semuanya lebih dari yang kamu kira. Lagi pula kamu kan istriku, apa yang ada di tubuhmu semua adalah milikku,” ucapnya sambil menyeringai dan melanjutkan langkahnya menuju sofa.

Ucapannya berhasil membuat wajah Khansa memerah. "Melihat semuanya?" Jadi...

Related chapters

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 5 Malam Pertama

    Jadi yang menggantikan gaunnya Om Pras? Apa benar semua yang dikatakannya, Khansa tertegun mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri. Suara perutnya kembali berbunyi, dia bertambah kesal karena tak berhasil menebak jawabannya.Kini Khansa sedang memakan makan malamnya, duduk di sofa yang bersebrangan dengan Om Pras. Selimut yang tadi digunakannya kini menjadi pembungkus tubuh yang ikut bersamanya. Khansa tak mau hanya mengenakan kaos saja di hadapan Om Pras. Awalnya Om Pras menatapnya marah, namun saat mendengar perutnya kembali berbunyi, dimintanya untuk duduk dan makan. Khansa memilih sofa yang agak jauh untuk duduk. Sepintas dilihatnya bibir Om Pras tersenyum, namun saat mengetahui dia memperhatikannya, ditariknya kembali senyum di bibirnya dan kembali memasang wajah marahnya.Khansa sudah tak mempedulikannya. Memilih duduk dan menikmati makanannya. Dia menghabiskan dua piring makanan, entah karena lapar atau karena memang makanannya sangat enak. “Sepertinya tugas sebagai istri s

    Last Updated : 2023-09-24
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 6 Bertemu Dimas

    Suara pintu dibuka membuat Khansa terkejut. Dilihatnya Om Pras yang sudah berdiri di balik pintu, menatap tajam ke arahnya. Untungnya jubah mandi sudah dikenakannya saat mendengar teriakan kedua Om Pras tadi. "Kenapa sih om tidak sabar, aku kan sudah bilang lima menit lagi. Apa om tidak tahu menghitung waktu selama lima menit," sungutnya mencoba memberanikan diri. "Aku juga sudah mengatakan jangan lama-lama, ada hal yang harus aku selesaikan. Kamu harus ikut Hanny," tegasnya pada Khansa. Khansa melangkah melewatinya, kini dia tidak akan takut lagi. Khansa harus bisa menjaga dirinya sendiri meskipun itu dari Om Pras, suaminya sendiri. Dipakainya baju yang dibawanya kemarin dalam koper, namun saat ini baju-bajunya sudah tergantung rapi di lemari pakaian. Diambilnya salah satu baju yang pas digunakan untuk bepergian. Seingatnya Om Pras mengatakan akan pergi mengurus sesuatu. Setelah mengenakan bajunya, Khansa mencoba merias wajahnya agar tidak terlihat pucat. "Sarapan dahulu, sudah h

    Last Updated : 2023-10-07
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 7 Hukuman Pertama

    Khansa terdiam melihat Om Pras yang sudah berada di sampingnya. Dimas menatap Om Pras dan menarik tanggannya yang tadi terulur pada Khansa. "Jika ada yang ingin di sampaikan, sampaikan pada saya. Saya suami Khansa, Prasetya. CEO Kampus Dwi Aksara," ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Dimas. Khansa terpaku mendengar ucapan Om Pras. Di tatapnya wajah Om Pras untuk mencari jawaban. Tatap mata Om Pras hanya tertuju pada Dimas. Ditariknya napas panjang sebelum mencoba menatap Dimas yang telah menjabat tangan Om Pras. Dimas membuang rasa takut pada Prasetya, walau dia adalah pemilik kampus tempat Dimas kuliah. Setelah melepaskan jabat tangannya, Dimas menatap Khansa, memastikan jika dia baik-baik saja. Khansa mengangguk, mencoba mengatakan jika dirinya aman bersama Om Pras. Tangan Khansa ditarik Om Pras yang sudah melangkah cepat menuju mobil yang terparkir. Khansa harus kembali berlari kecil untuk menyeimbangi.Sesampainya di samping mobil, Om Pras membalikkan badannya hingga wajah m

    Last Updated : 2023-10-07
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 8 Rumah Utama

    Om Pras masuk ke dalam ruangannya setelah Nadin meninggalkan mereka dengan kesal. Tak lama sekretarisnya datang, meminta maaf karena baru saja meninggalkan mejanya. Om Pras mengangguk dan menarik tangan Khansa untuk ikut masuk ke dalam. Sebelum pintu ditutup Om Pras meminta dipesankan makan siang untuk mereka. "Di tempat biasa saja, dua porsi. Jus alpukat tanpa susu juga air mineral," pesannya sebelum menutup pintu. Khansa duduk di sofa sambil matanya mengelilingi ruangan Om Pras, tadi Nadin bilang jika ruangannya di samping ruang Om Pras. Di mana ruangan asisten pribadi? "Ada pintu di dekat lemari bukalah. Di sana ruang kerjanya, jika itu yang dicari," ucap Om Pras sambil menunjuk pintu yang dimaksudnya. Khansa berdiri ingin melihat ruangan tempatnya bekerja nanti. Berjalan menuju pintu yang dimaksudnya dan membukanya. Wajahnya memerah setelah melihat isi ruangan yang disangkanya adalah ruang kerja seperti umumnya. Di hadapannya terdapat sebuah tempat tidur yang cukup besar, sofa

    Last Updated : 2023-10-09
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 9 Bertemu Mama Dewi

    Om Pras berjalan menuju pintu yang sudah dibuka oleh seorang pelayan. Dilangkahkan kakinya masuk ke dalam. Khansa yang berjalan di belakangnya terkesima dengan rumah yang sangat mewah. Sebelum melangkah ke arah sofa, Om Pras meminta pelayan menyiapkan minuman untuknya dan Khasna. Khansa masih mengamati bagian dalam rumah utama. Dirasakan tangannya ditarik oleh Om Pras agar mengikutinya menuju sofa. Om Pras langsung menghempaskan tubuhnya di sofa. Dia memilih sofa yang agak jauh dari Om Pras dan perlahan duduk di sana. Nadin keluar dari kamar di bawah tangga bersama Mama Dewi yang di dorongnya. Tatapan mata Nadin seakan mengejeknya, sedangkan tatapan mata Mama Dewi menahan amarahnya. Khansa menatap Om Pras, sesaat Om Pras memberikan kode dengan meletakkan jari di depan bibirnya. Khansa mengangguk. Itu artinya dia tidak perlu menjawab atau mengeluarkan suara. Pelayan datang membawakan minuman yang diminta Om Pras, meletakkannya di atas meja bersamaan dengan Mama yang sudah ada di hada

    Last Updated : 2023-10-10
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 10 Apartemen Om Pras

    Setelah bertemu Mama Dewi Om Pras sangat kesal. Khansa tak berani menanyakannya, apa yang diucapkan Om Pras langsung diturutinya. Biarlah Om Pras yang nanti akan menjelaskannya, saat ini sebaiknya dia diam dan menuruti semua keinginannya. "Hanny, aku akan bertemu Rama di lobi. Ada beberapa berkas yang harus aku tanda tangani. Mau menemani atau menunggu di sini?" tanyanya setelah mereka selesai makan malam. "Bolehkah menunggu di sini saja?" tanya Khansa kembali. Om Pras mengangguk, dia membiarkan Khansa menunggu karena ada beberapa hal terkait informasi yang akan dilaporkan Rama berkaitan dengan masa lalunya. Om Pras beranjak melangkah menuju pintu. Khansa mengiringi di belakangnya, Sebelum keluar kamar Om Pras berbalik dan berpesan, "Jangan bukakan pintu kecuali aku yang masuk." Khansa mengangguk. Saat pintu ditutupnya, Khansa teringat ucapan Mama Dewi. Tak disangka dia akan menjadi istri yang tak diinginkan olehnya. Apakah hal ini yang membuat Kak Yasmine memutuskan memilih Kak B

    Last Updated : 2023-10-12
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 11 Hukuman Kedua

    Khansa tak bergeming. Ditatapnya lurus jendela di hadapannya. Hembusan napas kasarnya membuat Om Pras jengah. Dirasakan lengannya ditarik dengan kasar, hingga wajahnya menatap wajah Om Pras yang marah. "Kenapa Om, mau menghukum aku lagi? Silakan om... aku memang ada untuk dihukum bukan. Karena aku tak pantas bahagia. Aku dilahirkan hanya membuat orang lain susah!" teriaknya menantang tatapan Om Pras yang marah. Sekejap Om Pras terkesiap melihat Khansa yang begitu emosi. Dikendurkannya pegangan pada lengan Khansa yang terlihat memerah. Butir air mata mulai menggenang di sudut matanya. Kemarahan di wajahnya berkurang. "Kenapa Hanny, ada yang menyakitimu?" tanya Om Pras pelan. "Om yang menyakiti aku. Om tak menganggap aku ada, aku hanya pelampiasan kemarahan Om saja bukan?!" tanyanya sedikit berteriak. Om Pras yang awalnya ingin mengerjai Khansa dengan foto di laptopnya merasa bersalah dengan reaksi yang diberikan Khansa. Dihapusnya butiran air yang sudah jatuh, mencoba tersenyum unt

    Last Updated : 2023-10-14
  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 12 Bertemu Mama

    "Bagaimana? masih mau marah? Kalau tidak suka aku hapus sekarang juga," ledek Om Pras pada Khansa. "Jangan om, aku mau foto itu saja di sana. Tapi om harus menjelaskan siapa wanita yang sebelumnya ada di sana," rajuknya sambil melingkarkan tangannya di lengan Om Pras. Disandarkan kepalanya sambil memejamkan mata. Om Pras melanjutkan pekerjaannya untuk memeriksa email yang masuk dibiarkan Khansa yang bermanja di sampingnya. Huft... sepertinya dia harus banyak mengalah dengan istri kecilnya ini. Setelah selesai dan Om Pras menutup laptop serta menaruhnya di atas nakas. Diliriknya Khansa yang ternyata kembali tertidur. Dibaringkan badannya agar tidak menekuk karena tertidur saat duduk bersandar. Direbahkan tubuhnya di samping Khansa, dipeluknya tubuh Khansa hingga terasa kehangatan mengalir dan tak lama diapun ikut terpejam. "Om, bangun! teleponnya dari tadi berbunyi," ujar Khansa kesal. Om Pras mengambil ponsel dan melirik nama yang tertera di layar, Rama. Ada apa? bukannya tadi sud

    Last Updated : 2023-10-18

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 104 Ke Rumah Sakit

    "Sudah Mas, saya simpan dalam laci meja di pabrik," jawab Raihan pelan."Besok antarkan padaku. Semuanya harus dipastikan sesuai sebelum Khansa menerimanya. Aku tak ingin ada kesalaha di masa depan," tekan Asyraf pada Raihan yang hanya terdiam di kursinya.Raihan tak berani memberikan komentar hanya terdiam sambil menatap lurus pada wajah kakaknya yang terlihat lebih pucat kini."Mas sebaiknya istirahat. Aku panggilkan Mba Arini sekalian pamit kembali ke pabrik," ujar Raihan tanpa meminta pesetujuan. Raihan yakin hanya Mba Arini yang kini didengar Asyraf. Jika mereka melanjutkan perbincangan sudah dipastikan akan melelahkan Asyraf. Raihan bergegas keluar ruang kerja Asyraf dan memanggil Mba Arini yang menunggu di ruang keluarga. Setelah menyampaikan keinginan Asyraf bertemu Khansa dan Prasetya, Raihan melangkah keluar. Dari sudut matanya dilihat tangan Mba Arini mengusap pipinya dan memastikan sekali lagi sebelum melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Asyraf yang baru ditinggalkann

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 103 Masalah Pabrik Teratasi

    "Rama lihatlah dengan mata hatimu jangan melihat hanya di kulitnya saja," ucap Pak Burhan lagi sambil melangkahkan kakinya keluar ruang rapat. Rama terdiam sesaat. Dicoba mengingat apa yang dipesankan Prasetya padanya. Dari proses serah terima Prasetya tak pernah terlihat marah dengan Pak Burhan, namun kemarahannya pada saat bertatapan dengan Brian. Apakah Pak Burhan sebenarnya berpihak pada Prasetya? Bukan pada Brian? batin Rama bertanya.Rama tersenyum saat mengingat pesan Prasetya jika Pak Burhan pasti akan memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Sepertinya kini dia bisa tenang menjalankan tanggung jawabnya di Kampus Pratama. Sudah lama sekali dia tak berkunjung secara langsung. Selama ini setiap rapat dan pertemuan selalu dalam daring. Rama tersenyum lebih lebar lagi. Kini ditinggalkannya ruangan rapat yang penuh kenangan perjuangannya dengan Prasetya. ***"Raihan, bagaimana kondisi pabrik hari ini?" tanya Pak Asyraf di ponselnya."Sudah mencapai 80% pemulihan produksi pabrik,

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 102 Kebingungan Rama

    "Jika nanti papa bukan lagi pimpinan Narendra, Hanny masih mencintai papa kan?" tanya Om Pras melanjutkan pertanyaannya tanpa menjawab pertanyaan Khansa.Khansa beranjak bangun dari pelukan Om Pras. Ditatapnya mata Om Pras dalam untuk mendapatkan kepastian dari ucapan-ucapannya. Awalnya Khansa menduga jika itu hanyalah candaan, namun saat dilihat kejujuran di mata Om Pras Khansa menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelahan. "Pa, jika memang itu yang terbaik mama akan mendukung papa. Mama hanya ingin papa sehat dan bisa bersama dengan Asha dan Shasha hingga mereka dewasa," ucapnya sambil merebahkan kembali kepalanya dalam pelukan Om Pras. Tak ada perbincangan selanjutnya hingga akhirnya terdengar hembusan nafas pelan Khansa yang tertidur. Om Pras merebahkan kepala Khansa disampingnya dan menarik selimut menutupi tubuh Khansa pelan."Hanny, papa akan menyelesaikan semua masalah Narendra terlebih dahulu. Papa tidak ingin ada orang yang mencari keuntungan dan menghancurkan Narendra

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 101 Menyusun Rencana

    "Hanny, mengapa ke sini?" tanya Om Pras yang langsung bangun menghampiri Khansa saat mengenali suara yang baru masuk. Om Pras menarik tangan Khansa agar tak ikut masuk ke dalam. Dia tak ingin Khansa ikut terlibat dalam perseteruannya dengan Brian. "Hanny, papa akan menyelesaikan semuanya dahulu. Hanny jaga Asha dan Shasha saja ya," ujar Om Pras setelah dia memaksa Khansa duduk di ruang tunggu tamu. "Tapi, Pa!" potong Khansa cepat. Om Pras menatap Khansa dengan tajam seakan meyakinkannya jika permasalahan di perusahaan akan segera berakhir. Khansa masih meragukan apa yang dilihatnya, namun tatapan mata Om Pras membuatnya tersadar. Jika bukan karena Khansa yang datang sendiri, mungkin dia tak akan seyakin saat ini. "Hanny diantar pulang Gilang. Sekalian menjemput Asha di sekolah. Setelah urusan papa selesai, papa langsung pulang. Bagaimana?" tanya Om Pras setelah memberikan sedikit penjelasan. Khansa mengangguk setuju. Om Pras harus menjelaskan banyak hal padanya. Mama De

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 100 Keputusan Prasetya

    "Nadin, aku mohon jangan membuatku bertambah gila dengan rasa bersalah," ujar Rama menghentikan gerakan kursi roda Nadin yang beranjak meninggalkan Rama di taman.Rama tersenyum, ternyata Nadin masih memperhatikan perasaannya. Dilangkahkan kakinya hingga sampai di belakang kursi roda. Saat Rama datang tadi Nadin sedang berjalan melanjutkan terapinya. Perawat yang selalu menemaninya kini sudah berada di hadapan mereka."Mba Nadin sebaiknya melanjutkan terapi dahulu, tadi sudah berjalan lebih jauh dari biasanya!" ujar perawat sambil meletakkan air dalam baskom yagn sudah dberikan obat terapi untuk merendam kedua kaki Nadin. Rama memberi tanda agar perawat meinggalkan mereka."Nadin, biar aku yang melanjutkan terapinya," ucapnya sambil berjongkok dan mulai memijat kaki Nadin. Dahulu sebelum Nadin sadar setiap hari Rama yang melakukan terapi pijatan pada Nadin. Semenjak Nadin sadar, dia selalu menolaknya.Kini Nadin berusaha memahami semua y

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 99 Kini Khansa Tahu

    "Ram, kini aku sudah tidak sama seperti dahulu. Terapi yang kujalani terasa lambat memberikan kesembuhan. Aku tak ingin menjadi bebanmu, Ram," ucap Nadin dalam hati dengan tatapan nanar.Hingga mobil Rama tak terlihat, barulah Nadin menghembuskan nafas perlahan. Digerakkan tangannya memutar roda agar bisa masuk ke dalam rumah. Mama Dewi yang memperhatikan kejadian di teras, menghampiri dan mendorong kursi roda menuju kamar Nadin. Dibantunya menjaga keseimbangan tubuh Nadin yang beranjak ke atas kasur.Tatapan mata Nadin seakan memohon untuk ditinggalkan sendiri. Namun Mama Dewi tetap berujar pelan, "Rama tak pernah berhenti mencintaimu Nadin. Yakinlah."Nadin tak membantah, namun juga tak menjawab ucapan Mama Dewi. Diperhatikannya Mama Dewi mengeser kursi ke samping tempat tidur agar nanti saat Nadin akan menggunakannya mudah dijangkau."Istirahatlah, Sayang. Mama tunggu nanti di meja makan ya!" perintah mama dengan suara lembut.

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 98 Kemarahan Rama

    "Brian?!!" tanya handy terkejut.Brian tersenyum sekilas. Sedangkan Pak Burhan langsung memahami keterkejutan orang yang di hadapannya. Sebelum berangkat tadi Brian sudah menjelaskan jika dia mengenal beberapa orang yang akan rapat nanti. "Perkenalkan. Ini rekan saya yang selalu membantu, bisa dikatakan Brian adalah asisten saya saat ini," jawab Pak Burhan tegas sehiingga membuat Handy memundrkan langkahnya perlahan dan mempersilaan mereka berdua masuk. Om Pras dan Rama yang mendengar sekilas ucapan Handy dan Pak Burhan saling memandang sesaat dan tersenyum kecil. Sepertinya dugaan mereka tepat. Brian mencari orang yang akan digunakan sebagai rekan kerja sama untuk mencapai tujuan yang kemarin gagal. Batin Om Pras yang kni menatap Brian yang berjalan di samping Pak Burhan. Om Pras berdiri untuk menyabut salah satu dewan direksi yang dibacanya dari daftar pada berkas di hadapannya. Setelah sampai di hadapan Pak Burhan diulurkan tangannya untuk saling berjabat tangan. Pak Burhan meny

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 97 Bertemu Kembali dengan Brian

    "Papa ..., aku pergi dahulu. Aku akan menemui orang yang bisa membantu memperlancar rencanaku," ucap Brian pamit pada Hary. "Brian ..., hati-hatilah. Jangan terlalu memaksa jika memang itu akan membuatmu celaka," pesan papa sebelum Brian meninggalkan Hary sendiri di rumah. Brian menatap sesaat pada papanya. Akhir-akhir ini papa sudah tak pernah mengungkit masa lalunya. Papa lebih banyak mengurung diri di kamar. Sepertinya papa kangen dengan Mama Pratiwi dan adiknya Diana. Batin Brian saat melangkah meninggalkan pintu dan menutupnya kembali. Brian masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di samping rumah sederhana yang ditinggalinya sebulan belakangan. Kali ini tujuannya adalah kantor Prasetya. Dia akan mendampingi pemegang saham baru yang akan menemui pemilik Narendra Corp. namun sebelumnya dia akan menemui Burhan, orang yang membantunya dan pesawat yang membawanya baru saja mendarat. Setibanya di Bandara Brian masih harus menunggu karena bagasi yang terlambat serta proses peng

  • Pengantin Pengganti: Menikahi Om Tampan   Bab 96 Rencana Brian Dimulai

    "Gilang hati-hati!" pesan Om Pras sedikit berteriak pada Gilang yang sudah menuju ruang tamu. Gilang hanya memberikan jempolnya tanda mengerti pada Om Pras dan Khansa dari ruang tamu.Sepeninggal Gilang Om Pras elanjutkan sarapan d temani Khansa. Dalam hati Khansa ingin sekali menanyakan masalah-masalah yang terjadi akhir-akhir ini, pabrik papanya hingga kecelakaan yang dialami Nadin, namun melihat Om Pras yang makan dengan lahap diurungkan niatnya. Suara dering telepon menghentikan kegiatan makan Om Pras. Diliriknya layar yang menyala di meja."Rama," gumam Om Pras yang masih terdengar samar oleh Khansa.Khansa melirik sekilas pada Om Pras, wajahnya kini sedikit gusar. Ada kekhawatiran jika kabar yang akan disampaikan Rama bukan kabar yang diinginkannya. Diambilnya telepon dan menggeser layar untuk menjawab panggilan Rama."Ada apa Ram?" tanya Om Pras setelah mendengar suara Rama di seberang."Semalam mobil Brian dipastikan kemba

DMCA.com Protection Status