Share

02 | Terpaksa Menerima

Penulis: Rish Alra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-03 01:02:16

“Aku tidak mau!”

Ini masih pagi, bahkan langit belum terang sama sekali. Jam masih menunjukkan pukul 04, dimana para ayam pun masih tertidur pulas sebelum sinar matahari menerpa bumi dan memberi isyarat pada mereka untuk berkokok.

Aliya dipaksa untuk bangun dan merias diri untuk bersiap di hari ini sebagai pengantin dadakan.

Sialan! Ini bukan yang dia harapkan. Bukan Aliya yang ingin menikah. Kenapa justru ia yang jadi pengantin?!

“Aliya, tenanglah sedikit. Ibu berjanji akan memberimu hadiah besar jika kamu menurut untuk melakukan permintaan ini,” ucap Kirana, Ibunya.

Aliya duduk dengan wajah cemberut. Dia tidak tega menolak, tapi Aliya juga tidak bisa benar-benar ikhlas melakukan ini semua.

Aliya tidak pernah memiliki pikiran untuk menikah di usianya saat ini. Dia masih senang bermain bersama teman-temannya. Jika ia sudah memiliki suami, Aliya pasti tidak akan sebebas dulu lagi.

“Kenapa harus aku, Bu?” tanya Aliya memprotes. Padahal mereka masih bisa berusaha mencari Alison, dengan mengundur hari pernikahan ini hingga kembarannya itu ditemukan. Kenapa harus mengambil jalan seperti ini?

“Ini demi kebaikan semuanya,” ucap Kirana menenangkan. Dia mengusap pundak putrinya itu, berusaha meredakan perasaan kesalnya.

Kirana juga sadar apa yang ia lakukan cukup egois. Tapi, ia benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Saat Alison pergi, ia meninggalkan begitu banyak masalah untuk mereka. Orang tua Argan bahkan tidak mau mendengar penjelasan mereka. Mereka tetap menuntut tanggung jawab, hingga akhirnya Aliya lah yang harus mengorbankan diri demi menyelamatkan keluarga mereka.

“Ibu, jangan memasang ekspresi seperti itu,” tegur Aliya. Meski dia tidak ikhlas melakukan ini, ia juga tidak suka melihat Ibunya bersedih karena sikap Aliya yang pemberontak.

Aliya menghela napas berat. Mau bagaimana lagi? Sifatnya memang seperti ini. Ia tidak suka diatur dan lebih suka hidup dengan caranya sendiri. Meski begitu, ia tidak banyak membuat masalah untuk kedua orang tuanya seperti apa yang sering Alison lakukan.

Hingga sekarang, karena sifat mereka yang bertolak belakang, Aliya dan Alison tidak pernah akur satu sama lain.

Mereka bak orang asing meski dulu mereka pernah berbagi rahim yang sama. Alison yang terlalu dimanja, dan Aliya yang terlalu pemberontak, mereka seolah berada di kehidupan yang berbeda.

“Jika bukan karena Ibu, aku tidak akan mau membantu menyelesaikan masalah Alison,” dengus Aliya. Ia terpaksa melakukan ini semua demi orang tuanya. Karena jika tidak, maka keluarga Argan akan melakukan sesuatu yang merugikan keluarganya. Aliya harus mencegah semua ini terjadi. Dia tidak mungkin tutup mata atas apa yang terjadi pada keluarganya.

“Terima kasih, sayang.” Kirana memeluk Aliya, dan mengecup puncak kepalanya. Dia bersyukur putrinya mau mengerti dirinya. Meski ia sadar, ia tidak terlalu banyak memberi perhatian pada putrinya itu.

****

Selesai menemani Aliya merias wajahnya, Kirana memutuskan untuk keluar, dan membiarkan putrinya bersama perias yang bertugas menyelesaikan riasan putrinya itu.

Kirana bersandar di pintu setelah menutup pintu itu. Dia membekap mulutnya dan menangis. Ia merasa berdosa telah mendorong putrinya untuk melangsungkan pernikahan yang tidak dia inginkan. Tapi, Kirana tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak bisa mencegah semua ini.

Addy melihat istrinya menangis. Ia pun menghela napas.

Pria itu mendekati Kirana, dan memeluknya.

Tangis Kirana semakin deras saat suaminya memeluknya. Kirana merasa sakit saat melihat Aliya mengenakan gaun pengantin, padahal putrinya belum siap untuk menikah.

“Aku merasa berdosa,” ucap Kirana lirih. Dia meremas pakaian yang Addy kenakan. Kirana tidak sanggup untuk terus berpura-pura baik-baik saja di hadapan putrinya. Padahal sebagai Ibu, ia juga ingin putrinya bahagia. “Kenapa Alison harus pergi? Kenapa dia harus membuat Aliya menanggung akibat dari perbuatannya?”

“Anak itu memang selalu membuat masalah,” ucap Addy. Dia juga lelah menghadapi Alison yang selalu berbuat semaunya. Dia tidak memikirkan dampak yang terjadi setelah perbuatannya. Jika anak itu ada di depannya saat ini, Addy sangat ingin menamparnya sesekali. “Mungkin ini karena kita yang terlalu memanjakannya.”

“Padahal Aliya tidak salah, tapi dia yang harus dikorbankan. Ini semua salah Alison. Jika dia memang belum siap menikah, kenapa dia menerima lamaran kekasihnya?” ucap Kirana mengeluarkan segala keluh kesahnya.

Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya itu. Dia terlihat sangat bahagia saat Argan melamarnya, dan terlihat begitu bersemangat setiap kali mereka merencanakan pernikahan. Lantas, kenapa saat mereka sudah hampir mendekati hari H, Alison justru menghilang dengan meninggalkan sepucuk surat yang mengatakan jika ia belum siap untuk menikah? Ini terasa sangat lucu, hingga rasanya Kirana ingin menampar putrinya itu dan memakinya.

“Bersabarlah. Suatu saat dia akan pulang.” Alison tidak mungkin terus berada di luar. Akan ada saatnya dia kembali ke rumah. Hanya saja, dia pasti menunggu situasi di rumah ini membaik.

Jika saat itu tiba, Addy tidak akan pernah melupakan semua masalah yang Alison tinggalkan untuk keluarganya.

Addy tetap akan memberi teguran dan hukuman pada putrinya itu.

Sudah cukup selama bertahun-tahun ia memanjakan putrinya itu. Kini dia tumbuh menjadi anak yang pembangkang dan tidak tahu terima kasih. Addy tidak akan lagi bersikap lunak. Ia akan memberi penegasan supaya Alison tidak lagi semena-mena pada mereka.

Sebagai orang tua, Addy pun merasa gagal, karena kini putrinya bahkan tumbuh menjadi seperti itu. Meski banyak orang yang mengagumi Alison, mereka tidak tahu jika di balik itu semua, Alison hanya seorang gadis yang manja dan banyak menuntut ini itu pada orang tuanya.

Dia sangat jauh berbeda dengan Aliya.

Meski Aliya tidak pernah mau dekat dengan keluarga dan lebih memilih menjaga jarak, terutama dengan Alison, Aliya tidak pernah meninggalkan masalah apapun. Dia bahkan tidak banyak menghabiskan uang seperti Alison.

“Aku berjanji akan lebih memberikan perhatian dan kasih sayangku pada Aliya, mulai saat ini,” janji Addy. Dia rasa, ia terlalu mengabaikan putrinya yang satu itu. Bukan karena ia lupa, tapi karena Aliya yang jarang memunculkan diri di hadapannya.

Aliya hanya pulang untuk tidur, dan pergi saat kuliah. Ia juga jarang ikut makan bersama, sehingga keberadaannya sering terlupakan.

“Bodohnya aku tidak berusaha mendekatinya sejak lama,” Addy tersenyum pahit. Waktunya ia tuangkan sepenuhnya untuk putrinya yang mengecewakannya. Sedangkan putri yang selama ini ia abaikan justru menjadi penyelamatnya keluarga. 

“Kita masih memiliki waktu untuk menebus semuanya,” uap Kirana. Dia hanya menyemangati suaminya dan dirinya sendiri. Meyakinkan diri jika mereka belum terlalu terlambat untuk memperbaiki kesalahan. “Aliya anak yang baik. Dia akan mudah memaafkan kita.”

“Ya, kamu benar,.” Addy mengangguk setuju. Senyum getir terukir di bibirnya. “Tapi rasanya sulit memaafkan diri sendiri.”

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   03 | Putri yang Sudah Dewasa

    Aliya mendengar apa yang Ibu dan Ayahnya katakan di depan pintu. Dia merasa ikut sedih mendengar tangis Ibunya yang kecewa pada sikap Alison. Kembarannya itu seperti tidak peduli pada kesulitan yang dihadapi mereka. Dia dengan tidak tahu dirinya malah pergi dan membiarkan mereka semua menanggung akibat dari perbuatannya.Aliya menghela napas. Sejujurnya dia sangat ingin pergi dan melarikan diri juga. Tapi Aliya masih memikirkan orang tuanya. Jika ia pergi, bagaimana dengan mereka? Orang tuanya pasti akan mengalami masalah yang lebih besar jika Aliya juga melakukan hal yang sama dengan Alison.Tapi, Aliya tidak yakin untuk menghadapi semua ini. Jika ia harus menikah secepat ini dengan pria yang bahkan tidak ia kenal, akan seperti apa kehidupannya nanti?Aliya mungkin harus bicara dengan pria itu setelah resepsi selesai. Mungkin ia bisa bernegosiasi tentang perceraian setelah pernikahan berlangsung.“Aliya, bagaimana? Apa kamu sudah siap?”Aliya menoleh ke arah pintu ketika mendengar su

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   04 | Hari Pernikahan

    Argan sudah merasa sangat kesal, meski pernikahan belum dimulai. Tentu saja alasannya adalah karena ini bukan lah pernikahan yang ia inginkan. Jika saja yang menjadi pengantinnya adalah kekasihnya, Alison, Argan tidak akan sekesal ini. Dia mungkin akan jadi pria yang paling bahagia.Tapi, saat ini jangankan untuk bersikap tenang, untuk melengkungkan senyum palsu saja Argan kesulitan. Rasanya dia ingin melarikan diri seperti apa yang Alison lakukan. Tapi, jika ia melakukan itu, maka keluarganya yang akan terkena masalah. Saat ini pernikahan terpaksa dilanjutkan untuk menyelamatkan nama baik keluarga. Jika Argan membatalkan semuanya, maka keluarganya yang akan menanggung malu.Orang tua Argan mungkin tidak akan bisa memaafkannya jika ia melakukan kesalahan sebesar itu.Argan menghela napas kasar. Saat ini, ia terjebak dalam situasi yang tidak terduga.Argan juga tidak mengerti, kenapa Alison sampai tega meninggalkannya seperti ini. Jika ia menolak lamarannya, itu akan lebih baik. Argan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   05 | Photoshoot

    Argan tertegun ketika menyadari siapa perempuan di depannya ini. Tapi, ia tidak semudah itu percaya. Bagaimana pun juga, perempuan itu sangat berbeda dengan perempuan yang hari kemarin ia lihat.Dengan kedua tangannya, ia mendorong pundak Aliya hingga jarak mereka menjauh.“Tidak mungkin,” tukas Argan, tidak percaya. “Kamu tidak mungkin wanita itu.”“Kenapa tidak?” balas Aliya, mengangkat dagunya menantang. Ia sendiri tidak tahu mengapa Argan bisa sampai tidak mengenalinya. Padahal, Aliya hanya merias sedikit wajahnya, karena hari ini adalah hari pernikahan mereka. “Apa aku terlihat sangat berbeda hingga kamu tidak mengenalku?”“Kamu tidak mungkin dia,” kekeh Argan. Dia berusaha menampik, walau rasanya semakin jelas terlihat jika dia memang Aliya, calon istrinya.Argan menggigit bibir bawahnya. Dia merasa tidak tenang sekarang. Mengapa perempuan yang sempat ia pandang rendah justru terlihat mengagumkan saat ini? Argan tidak bisa berbohong, ia memang terpesona dengan Aliya saat ini. Pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   06 | Kemarahan Alison

    Prang!Alison mengamuk di tempatnya. Dia merasa marah karena pernikahan itu tidak dibatalkan. Padahal, ia melarikan diri bukan karena tidak mau menikah dengan Argan. Alison hanya belum siap menikah. Dia tahu tidak akan ada yang mendengarkannya, jadi Alison memilih melarikan diri, bersembunyi dari mereka sementara waktu.Alison pikir, kepergiannya akan membuat mereka semua khawatir, dan pernikahan itu akan ditunda hingga mereka bisa menemukannya. Tapi, acara itu justru tetap berjalan sebagaimana mestinya. Hanya saja kini posisinya telah digantikan oleh kembarannya, Aliya.“Ini bukan yang aku inginkan!” jerit Alison. Dia melempar semua barang yang bisa ia jangkau. Demi Tuhan, ia tidak rela memberikan kekasihnya untuk adiknya itu. “Kenapa harus dia? Kenapa mereka malah membuat Argan menikah dengannya?!”“Ini mungkin salahmu.” Teman Alison yang juga tengah berada di sana, akhirnya ikut bicara. Sejak tadi ia menyaksikan Alison yang terus mengamuk seperti orang gila “Keluargamu dan keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   07 | Alison Kembali ke Rumah

    Argan terbangun di pagi hari. Saat ia melihat tempat di sisinya kosong, seketika ia merasa panik. Argan meloncat turun dari ranjang dan mencari keberadaan istrinya.“Aliya!”“Aliya!”Argan merasa takut akan kehilangan peerempuannya lagi. Padahal ia baru saja menikah degan perempuan itu.“Aliya!”“Ada apa?”Suara itu membuat Argan menoleh. Ia melihat Aliya berada di dapur memegang semangkok malt dengan ekspresi kesal.“Pagi-pagi begini kamu sudah berteriak,” gerutunya.Helaan napas lega keluar dari mulut Argan. Ia berjalan mendekati istrinya itu, dan memeluknya erat.Syukurlah ia masih menemukan perempuan itu di rumahnya. Ia kira, Aliya akan melakukan hal yang sama seperti Alison. Untuk kali ini, Argan merasa tidak rela jika Aliya benar-benar meninggalkannya.Aliya merasa bingung dengan sikap aneh Argan. Ada apa dengan pria itu sebenarnya? Apa dia baru saja bermimpi buruk?“Lepaskan,” pinta Aliya. Dia mencoba melepaskan Argan, tapi pria itu bersikeras memeluknya.“Tidak. Biarkan sepert

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   08 | Alison yang Egois

    Addy menenangkan Kirana yang masih terlihat begitu emosi. Tidak lama, perempuan itu pun menangis. Kirana menumpahkan tangisnya sambil memeluknya. Dia mungkin sadar dengan apa yang baru saja terjadi padanya.“Tenanglah, Kirana.” Addy mengusap kepala istrinya itu. Dia tahu bagaimana perasaan istirnya.Orang tua mana yang tidak sakit hati saat posisi mereka disepelekan oleh putri mereka sendiri? Merasa tidak dianggap, tidak dihormati. Beranggapan bahwa setiap kesalahan yang ia lakukan tidak berarti apa-apa.Meski mereka bisa menjadi manusia yang pemaaf untuk anak mereka, tapi jika sudah keterlaluan, mereka juga bisa marah dan merasakan sakit. Sampai kapan sebagai orang tua mereka akan terus mendapatkan sikap seperti ini? Alison hanya tahu menuntut orang tua untuk mengabulkan semua yang ia inginkan, tanpa tahu kesulitan orang tua saat melewati itu semua.“Aku lelah dengan sikapnya, Addy,” ucap Kirana di tengah tangisnya yang belum mere

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   09 | Berjalan-jalan

    Siang ini terasa sangat membosankan karena tidak ada kegiatan sama sekali. Biasanya Aliya akan disibukkan dengan pekerjaan, atau setidaknya ia akan keluar menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Tapi, kini ia justru terkurung di rumah ini tanpa bisa melakukan apapun.Aliya melirik Argan yang berada tidak jauh darinya. Pria itu tampak sibuk dengan laptopnya. Ia mungkin tengah mengurus pekerjaannya.“Argan.”“Hm?” Argan menyahut tanpa menoleh. Dia terlihat sangat fokus.“Boleh aku keluar bersama teman-temanku?”Argan bergeming.Aliya yang menunggu jawabannya hingga beberapa detik pun dengus kesal.“Argan!” Dia menggoyangkan lengan pria yang kini telah menjadi suaminya itu.Argan berdecak kecil. “Ada apa, Ay?”“Kamu belum menjawab pertanyaanku?” Aliya memberengut. Padahal dia menunggu jawaban dari pria itu, tapi dia terlihat mengabaikannya.“Iya. Iya.” Argan mengangguk dengan enggan.Seketika, kedua mata Aliya berbinar. Senyumnya merekah sempurna.“Benarkah?”“Tentu.”“Yeay!”Aliya bers

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   10 | Sifat Asli Alison

    Alison mengendap-endap keluar dari rumahnya. Meski sedang dalam masa hukuman, Alison menolak untuk dikurung di kamarnya seharian. Ia tahu orang tuanya marah, tapi tidak harus dengan cara itu mereka melakukannya.“Sial.” Alison menginjak batang rokok yang sudah ia hisap hingga tersisa pendek. Dia meluapkan emosinya dengan menginjak sampah itu. “Aku tidak menyangka keadaan akan jadi seperti ini.”Perempuan itu menyugar rambutnya ke belakang. Tidak banyak yang mengetahui sisinya yang seperti ini. Bahkan Argan pun tidak. Alison, adalah gadis yang menyukai kebebasan. Tapi kebebasan yang dimaksud tentu tidak sama dengan Aliya. Kebebasan Alison lebih ke arah semua hal yang menyenangkan. Dia bahkan tidak peduli jika hal itu akan merugikannya.Alison setia pada Argan. Dia mencintai pria itu. Hanya saja, terkadang ia juga bermain dengan pria lain, tanpa menggunakan hati. Hanya sebuah permainan yang membuatnya senang dan dimanjakan.“Aku harus mencari Argan,” ucap Alison. Dia mengambil handphone

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   117 | Akhir yang Bahagia

    Argan tidak tahu bagaimana bisa istrinya berada di sini. Saat Argan keluar, dia bertemu dengan istrinya yang tengah berkacak pinggang dan menatapnya dengan tajam."Jelaskan padaku!" tegas Aliya."Itu ...." Argan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia sedikit tidak mengerti di bagian mana ia harus menjelaskan."Argan!" pekik Aliya. Dia tidak mau menunggu terlalu lama untuk mendengarkan pria itu bicara. "Cepat jelaskan apa yang kamu lakukan pada Alison! Aku melihatnya menangis tadi.""Ini tidak seperti yang kamu pikir, sayang." Argan menjelaskan dengan hati-hati. "Sebenarnya, tapi kami hanya membicarakan tentang masa lalu. Alison meminta maaf padaku. Karena dia menangis, aku tidak tega dan segera memeluknya. Jangan cemburu.""Aku tidak cemburu!" tukas Aliya menyangkal."Oke. Oke. Aku akan memeluknya lebih sering."Aliya seketika melotot padanya. Argan meringis kecil."Aku bercanda, sayang."Apakah ini saat yang tepat untuk itu? Aliya melengos malas. Meski Alison adalah adikn

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   116 | Menyelesaikan Masa Lalu

    Alison baru akan menjenguk ibunya yang masih berada di rumah sakit. Tapi di salah satu koridor dia bertemu dengan Argan. Pria itu berhenti saat menyadari kehadirannya."Dimana kakakku?" tanya Alison. Dia tidak melihat sosok Aliya di dekat Argan. "Apakah dia tidak ikut?""Tidak. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Argan. Pria itu berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan Alison. "Apakah kamu melarikan diri lagi dari suamimu?""Tentu saja tidak," tukas Alison. Dia merenggut. "Max tahu aku datang ke sini. Aku juga sudah meminta ijin padanya.""Itu bagus." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya. "Memang sebaiknya kamu meminta ijin pada suamimu saat ingin pergi kemana pun.""Ku dengar kamu memiliki masalah." Karena bertemu Argan, Alison jadi teringat tentang masalah yang dibicarakan Max kemarin. "Apakah terjadi sesuatu pada Aliya?""Apakah kamu peduli?" Argan tersenyum sinis. "Bukankah kamu senang setiap Aliya celaka?""Aku tidak ingin ribut denganmu sekarang," decak Alison. Walau s

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   115 | Menunda Kehamilan

    Saat ini Alison tengah menikmati makan malam dengan Max di rumah mereka. Tidak ada lagi suasana dingin dan menyesakkan. Hari yang mereka lalui menjadi semakin baik. Terlebih, setelah mereka pindah ke rumah ini."Apa kamu dengar? Katanya keluarga Alfred tengah menghukum seseorang." Max memecah suasana hening di meja makan. Sesekali ia memang akan mengajak istrinya bicara di saat makan kala ia mengingat sesuatu yang ingin ia katakan. Dan berita yang ia dengar ini cukup menarik menurutnya."Menghukum seseorang?" Alison mengernyit. Mulutnya masih bergerak karena makanan yang ia kunyah. "Siapa?""Ku dengar itu salah satu teman Aliya.""Rasanya tidak mungkin." Alison mendengus geli. Ia mengenal dengan baik bagaimana sifat Aliya. Dia mana tega membiarkan temannya sendiri dihukum? Terlebih oleh keluarga Alfred."Sungguh. Aku tidak berbohong."Max bahkan langsung memeriksa kebenaran itu. Bukan karena penasaran, tapi ia jelas harus memastikan berita itu sebelum benar-benar menyampaikannya pada

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   114 | Siapa yang Berani?

    Sejak tadi Aliya menunggu dengan gelisah. Ia khawatir jika kejadian ini akan menjadi masalah besar. Bagaimana jika polisi menangkap suaminya? Aliya tidak ingin itu terjadi. Apalagi saat ini Aliya sedang dalam keadaan hamil. Ia ingin suaminya ada menemani selama anak ini tumbuh dalam perutnya. Aliya ingin suaminya ada saat anak ini lahir ke dunia."Tenanglah, sayang." Mia sudah mengingatkan beberapa kali pada menantunya itu untuk tidak cemas, tapi Aliya tetap saja khawatir. Dia berjalan bolak balik di dekat sofa, menggigit ujung kukunya dengan gelisah. "Percaya pada ibu. Argan akan bisa menangani masalah ini. Bahkan ayah mertuamu juga ada di sana, kan? Semua akan baik-baik saja.""Aku tidak bisa berhenti cemas, Ibu. Sebelum aku tahu jika suamiku memang tidak kenapa-napa," ucap Aliya."Masalah seperti ini biasa terjadi." Mia meminum tehnya dengan santai. Dia tidak terlihat cemas sedikit pun. Berbeda sekali dengan Aliya. "Kamu tahu sendiri kan bagaimana keluarga kami? Kami tidak akan mem

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   113 | Kekacauan

    "Bu, Aliya mana?"Mia menoleh kala mendengar suara putranya bertanya. Tampak Argan yang berdiri di depannya dengan wajah mengantuk. Sepertinya dia baru bangun tidur."Tadi dia meminta ijin untuk keluar sebentar. Katanya ada yang harus ia beli di supermarket."Kedua mata Argan terbuka sempurna. Rasa kantuk sebelumnya kini seolah lenyap seketika."Kenapa Ibu mengijinkannya?!" tanya Argan kesal. "Apa Ibu lupa jika Aliya sedang hamil?""Dia hanya ke supermarket yang ada di seberang jalan. Kenapa kamu begitu khawatir?" balas Mia mengernyit heran.Argan berdecak. Ibunya sama sekali tidak mengerti. Argan kembali ke kamarnya hanya untuk membasuh muka dan menggosok gigi dengan cepat. Dia mengganti pakaian dan bergegas pergi setelah selesai."Argan, kamu mau kemana?" tanya Mia kala melihat putranya itu melintas."Mencari istriku.""Anak itu." Mia menggelengkan kepalanya. "Padahal Aliya hanya ke supermarket. Kenapa dia khawatir begitu?"Argan bergegas ke supermarket yang dimaksud ibunya. Dia mas

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   112 | Salah Paham

    Alison benci saat air mata di wajahnya tidak mau berhenti. Padahal ia bukan perempuan cengeng sejak dulu. Dia bisa mencaci siapa saja yang sudah membuatnya marah atau menyakitinya. Tapi yang Alison lakukan justru pergi dan bersembunyi hanya untuk menangis di kamarnya sendirian."Semua pria sama saja," rutuknya. Air matanya masih saja tidak mau berhenti. Sebanyak apapun Alison menghapusnya, ia tetap mengalir dengan deras. "Max sialan! Seharusnya aku tahu dia brengsek sejak dulu. Bodohnya aku sempat tertipu dengan semua kata-katanya. Pembohong!"Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Di sana Max berdiri dengan keadaan berantakan. Napasnya terengah-engah. Dia menjatuhkan bunga yang dipegangnya. Lalu berjalan ke arah Alison yang duduk di samping ranjang sembari memeluk lututnya.Saat Max semakin mendekat, Alison memalingkan wajah ke arah lain. Dia enggan melihat pria itu."Aku datang ke kampusmu untuk menjemputmu. Kenapa kamu pergi lebih dulu?" tanya Max."Aku tidak tahu." Alison menjawab dengan

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   111 | Sebucket Bunga

    Hari ini Alison kembali masuk kuliah. Dia bersama Sofia tengah berada di kantin, menikmati makanan kecil sebelum kembali mengikuti kelas."Alison, apakah kamu masih berminat untuk menyewa orang?" tanya Sofia.Alison terpaku sesaat. Karena semua masalah besar yang terjadi, ia bahkan melupakan kebencian yang ia miliki pada Aliya, dan tentang Argan juga.Alison juga tidak menyangka ia bisa berseteru kecil dengan pria itu di rumah sakit seperti dua bocah yang bertengkar. Jika diingat kembali, dirinya sangat kekanakan, bukan? Alison hanya tidak suka pada Argan yang sering mengejeknya. Dan dia yang banyak bersikap manja pada Aliya, padahal badannya sudah besar. Maka dari itu Alison mengejeknya dengan sebutan 'bayi besar'."Aku lupa," balas Alison mengedikkan bahunya. "Untuk sekarang sepertinya tidak, Sofia.""Kenapa?!" pekik Sofia, kecewa. Padahal dia sudah menanti apa yang akan dilakukan Alison kali ini. Sofia yakin, jika Alison berani melakukan rencana ini, dia akan berakhir di penjara de

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   110 | Hari yang Baru

    Ini pagi pertama bagi Max dan Alison di rumah baru mereka. Suasana pagi menyambut hangat keduanya. Jika bukan karena jam wacker yang berdering, mereka mungkin tidak akan terbangun saking nyenyaknya tidur."Aku suka suasana pagi ini," ucap Alison baru selesai membersihkan diri. Masih dengan bathrobe di tubuhnya, perempuan itu merentangkan tangannya sembari memejamkan mata di halaman belakang, menikmati udara segar."Sayang, apa kamu melihat kemejaku?" tanya Max mengacaukan kegiatan Alison.Perempuan itu menurunkan tangannya dan mendengus. Dia pun segera menemui suaminya yang baru saja berteriak itu.Saat tiba di kamar, Alison melihat pria itu tengah menggaruk belakang kepalanya, menghadap ke lemari. Dia terlihat bingung menatap jejeran pakaian di depannya."AL-"Max yang baru hendak kembali berseru, seketika mengatupkan mulutnya saat melihat keberadaan istrinya yang berdiri di ambang pintu sembari bersedekap.Bukannya terlihat menakutkan, saat ini istrinya justru terlihat sexy. Damn!A

  • Pengantin Pengganti Calon Ipar   109 | Rumah Baru

    Alison turun dari mobil, dia menatap rumah yang berdiri di depannya saat ini. Apakah ini akan menjadi tempat tinggal barunya yang bersama Max? Alison sedikit tak percaya jika ayah mertuanya akan menyiapkan semua ini. Padahal Alison sudah siap untuk menerima kemungkinan terburuk. Atas tindakan beraninya tadi, ia pikir akan ditendang dan dipaksa untuk bercerai."Max, apakah ayah marah?" tanya Alison khawatir. Tujuannya pindah ke rumah ini masih dipertanyakan. Meski Max berkata jika ini memang keinginannya dan ayahnya juga sudah memberi ijin, tetap saja Alison tidak bisa bercaya begitu mudahnya. "Apa sebenarnya kita diusir?""Bicara apa kamu ini?" Max terkekeh kecil. Dia menggelengkan kepalanya.Apa Alison khawatir dengan tindakannya sebelumnya? Bukankah tadi dia begitu berani seperti tidak takut akan resiko yang akan ia terima? Lantas kenapa sekarang dia menciut ketakutan?"Ayahku tidak marah sama sekali. Dia tampaknya merasa bersalah." Max mengatakan apa yang ia pikirkan. Ayahnya meman

DMCA.com Protection Status