Kubuka mata perlahan sambil kupegangi kepala yang masih sakit. Kucoba mengumpulkan sel otak dan mengingat mengapa sampai mendadak pusing dan pingsan? Ah kenapa aku selalu saja pingsan sih? Puing-puing secercah ingatan mulai kembali dan mengingat dimana ada sesosok gadis yang memberiku sebotol air putih. Entah siapa gadis itu yang menyebutkan dirinya adalah Tiara. Belum pernah melihat gadis cantik seperti dia."Kau sudah bangun, Tuan putri?" Suara seseorang membuatku terpingkal kaget. Tampak dihadapanku sekarang seorang perempuan berambut pirang memakai baju bewarna putih, dan di lehernya dia pakai dasi warna hitam. Gadis ini fix mirip artis korea. Tapi kalau semuanya serba putih bisa jadi mirip Mbak kunti, hihi.Aku akui perempuan itu terlihat sangat elegan, dan memukau. Bahkan aku saja menganga dibuatnya. Ada keperluan apa dia denganku? Apakah aku akan diajak menjadi model dengannya. Ah rasanya tidak mungkin! Mikir apa sih aku!"Si-siapa Kau? Dan kenapa aku berada di tempat tertutu
Gadis itu menarik paksa tanganku dengan kuat sampai aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh beringsut digedung tanpa keramik. Lutut berdarah berceceran dimana-mana. Sedangkan ia menyeretku tanpa ampun.Tiara juga menamparku berkali-kali. Bunyi tamparan Tiara memekakan ruangan. Sungguh tega sekali dia melakukan ini padaku. Inginku jambak rambutnya.Mata nanar Tiara seakan menyembul penuh amarah. Seakan kepalanya benar mengeluarkan asap bak kerbau, hehe. Padahal aku baik kan? Memberi tahu bahwa hidungnnya terdapat upil yang hampir jatuh. Mungkin perempuan ini pasti mempunyai gangguan mental. Kalau tidak untuk apa dia berubah ganas dan menyeramkan?Tidak ada jalan lain selain berteriak meminta pertolongan. Mau melawan pun percuma. Kakiku diikat dengan tali yang membuat kakiku sakit."STOP! Apa yang Kau lakukan ini sama sekali tidak berguna Tiara!"Ingatan kembali pada Pak Kunang. Bisa-bisanya memiliki kekasih seperti Tiara. Aku juga sebenarnya takut kalau dia bisa meluluhkan hati Pak Kun
Sudah tujuh hari kematian Dion. Tahlilan udah usai. Selama itu Bibik dipulangkan dan aku yang menjadi babu dirumah suami sendiri. Terdengar konyol sekali bukan? Ada rasa sesak di dada saat Dion meninggal. Apa benar apa kata orang kalau orang itu tiada maka kita akan merasakan kehilangan.Inginku pergi ke tempat peristirahatan Dion yang trakhir. Namun, aku sekarang masih banyak masalah, mungkin aku akan atur kapan aku kepemakaman Dion.Apa kalau aku mati maka baru Pak Kunang akan merasakan kehilanganku? Haruskah aku mati dulu? Astagfirullah pikiranku semakin kalut saja. Aku harus menenangkan diri dan banyak-banyak beristighfar, apalagi di dalam rumah ini ada calon pelakor. Bahaya sekali kalau mantan tinggal seatap sama suami, lengah sedikit saja, aku bisa kehilangan Pak Kunang.Namun tidak ada untungnya berharap sama beliau. Yang ada hatiku remuk redam.Kutarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hati yang gelisah, gundah gulana.Tidak tahu harus berkata apa pada suami sendiri. Tak bi
Entah sudah berapa jam aku memasak di dapur. Rasanya aku malas sekali bertemu dua bekicot itu. Ya, dua bekicot yang aku maksud adalah Pak Kunanh dan Tiara.Kuhela napas dalam-dalam lalu kuhembuskan perlahan. Dada masih terasa sesak. Bagaimana tidak? Melihat suami yang tidak pernah mencintai istri sekarang malah tinggal seatap sama mantannya.Andaikan dia bukan suamiku, maka aku kirim saja ke rumah sakit jiwa. Aku duduk di lantai sambil membenamkan wajah di kedua lututku.Apa yang harus aku lakukan di rumah ini? Dirumah yang sama sekali tidak menganggapku istri. Dirumah penuh derita dan kehambaran.Apakah aku berdosa meninggalkan suami yang begitu keji padaku? Masakanku baru selesai satu macam. Moodku tidak baik menjadi babu dirumah suami tanpa ada yang membantu, hampir semua pekerjaan rumah aku lakukan. Bukannya males mau ngerjain, tapi rumah ini kan besar. Berbeda dengan rumahku yang sederhana, namun nyaman sekali.Mengingat tentang rumah membuatku ingin kembali ke rumah saja dengan
Pak Kunang mengibas-ngibas sprei dengan tangannya yang berurat seperti habis mengangkat besi yang begitu berat. Padahal sprei ini kelihatan tidak kotor, cuma sepertinya sprei Pak Kunang terlihat tidak diganti selama aku sakit, dan sedikit mengerut."Duduklah," titahnya.Tanpa menjawab perkataannya. Akupun menggeleng pelan, dan sedikit menjauhkan tubuh ini beberapa langkah ke belakang. Tak mau kalau sampai dia berpikir bahwa aku terlalu berharap padanya."Bening, maafkan saya ...."Mataku membola dan mendelik. Seakan tak percaya apa yang keluar dari mulut sosok pria dihadapanku. Dia minta maaf padaku, dan aku pun tak mengerti tujuan apa yang membuat dia merasa bersalah. Kucoba berusaha menenangkan diri. Setelah hati dikhianati, jangan gampang percaya omongan minta maafnya itu. Siapa tau, dia ingin menjebakku dalam permainannya. Astagfirullah kenapa aku jadi suudzon pada suami sendiri? Istighfar Bening."Bening Kau tahu? Saya sepertinya salah dalam bertindak. Tak seharusnya saya menyal
Katanya cinta sejati itu akan bersatu walau beribu masalah yang menerpa. Aku sendiri tidak tahu apakah aku dan Pak Kunang adalah cinta sejati. Dimeja makan ini terlihat kekasih dari suamiku duduk bersebelahan tanpa rasa canggung. Bisakah wanita berparas cantik ini mengenyah dari kehidupan kami berdua?Makanan yang terhidang diatas meja adalah masakan buatanku dengan penuh amarah. Kalau setiap hari wanita tidak tahu diri itu tinggal disini, lalu bagaimana dengan nasib batinku yang tersiksa?"Sebelum memulai memakan makanan ini. Aku ingin mengatakan sesuatu kepada semuanya." Pak Kunang mulai berbicara. Tak tahu apa yang mau ia katakan, yang jelas jangan sampai dia menceraikanku. Bagaimana kalau ibu sampai sedih ketika aku diceraikan? Astagfirullah pikiran buruk itu harus kubuang jauh-jauh ya Allah."Ya Kunang katakan! Katakanlah kalau kamu akan menceraikan Bening. Iya kan Kunang Sayang?" Tiara menyambung seperti kabel saja. Bisa-bisanya ia berkata seenaknya. Rasanya ingin mencekik wanit
Jika engkau memiliki pilihan. Pilihan pertama, satu kamu harus menikah dengan orang yang sangat kau benci namun keuntungannya kamu bisa melanjutkan kuliah tanpa memikirkan biayanya. Maka kau akan memilih itu atau tetap bertahan pada pendirianmu? Kita boleh saja memilih apa yang kita inginkan. Tidak apa karena itu adalah fitrahnya manusia. Akan tetapi semua kembali kepada takdir yang telah tertulis di lauhul mahfudz.Aku tidak tahu, bahwa dipertemukan dengan Pak Kunang itu adalah hal yang benar atau tidak. Yang jelas aku ingin bertahan dengan apa yang aku yakini sekarang. Apa yang aku tekadkan. Semoga cinta Pak Kunang bisa tumbuh padaku istrinya."Ini undangan. Kamu harus datang, ya." Pak Kunang menyodorkan undangan kepadaku. Terlihat undangan itu sangat bagus dengan pita merah yang terhias disana. Tapi, setelah dilihat-lihat, kenapa seperti undangan resepsi atau akad nikah?"Ini ....""Ya ini adalah undangan pernikahan. Kamu mau datang kan?""Iya tapi ...." Suaraku tercekat di tenggo
Jika kita menginginkan sesuatu itu janganlah dengan obsesi tapi dengan tekad yang bulat dan penuh kesabaran. Karena dengan sabar hati kita akan menjadi lebih tenang, lebih damai. Walaupun suatu hal yang kita inginkan nanti tidak akan terwujud. Itu tidak apa-apa, yang terpenting kesabaran akan membawa keikhlasan dalam hati dan jiwa. Kesabaran akan membawa keikhlasan menerima sesuatu yang bukan menjadi hak kita atau milik kita, karena sudah pasti itu hal yang terbaik. Kadang yang kita pikir baik untuk kita sendiri, ternyata itu tidak baik untuk kehidupan kita. Sang Maha Pencipta lebih tahu mana yang terbaik buat hambanya.Sama seperti Tiara dengan obsesinya. Dia harus bisa mengikhlaskan sesuatu yang ia inginkan. Suatu keinginan memiliki suami orang lain. Walaupun suami orang lain itu dulunya adalah mantan kekasihnya.**Pagi-pagi buta, suamiku mengajakku pergi ke suatu tempat. Kebetulan hari ini kampus libur. Jadi dia menggunakan kesempatan ini untuk mengajakku pergi.Setelah berpamitan
Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka."Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun."Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang.Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah.Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi untukmu, S
Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung
"Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S
Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha
Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi
Pria tegap memakai jas hitam pekat pun menghampiri Bening yang tengah mematung. Bening hanya merasa kaget melihat sosok dihadapannya yang belum ia kenal."Hei Nona, mengapa Anda melamun?" tanya pria misterius.Bening hanya menggeleng pelan serta menahan kegugupan. Pria itu hanya membalas dengan senyuman."Anda akan bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami siap memberikan sebuah pabrik perusahaan untuk Anda dan semua yang Anda perlukan nanti diperusahaan Anda," tutur pria itu."Seriously? Anda tidak bohong?" tanya Bening tak percaya dan tak menyangka jika ada seseorang sebaik pria dihadapannya. Pria itu membalas dengan anggukan."Yes. Anda siap bekerja sama dengan kami? Kami hanya butuh ide dari Anda saja," lanjut pria itu mulai menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditanda tangani oleh Bening."Saya tidak siap Tuan. Maksudnya saya tidak siap menerima kebaikan ini. Mending saya bekerja keras sendiri tanpa menerima bantuan dari siapapun. Apalagi bantuan yang amat besar seperti ini. Sa
Tubuh Bening bergetar hebat melihat pemandangan tak lazim ketika pisau itu mengarah pada leher Sulaikha."Baik Bu. Bening berubah pikiran. Bening tidak akan pergi. Bening tidak akan melihat jazad suami Bening," lirih Bening pasrah. Ia begitu menyayangi Sulaikha. Maka dari itu Bening menahan segala keegoisannya agar ibunya tidak jadi bunuh diri."Sebagai seorang anak, kamu memang sepantasnya mendengarkan perkataan ibu, Bening. Ibu tahu kamu sangat mencintai suamimu, Kunang. Namun, Jessi sudah melarang kita untuk pergi ke sana. Lalu ibu bisa apa? Mungkin inilah yang terbaik untukmu agar kamu bisa melupakan Kunang yang selalu menyakitimu itu," ucap Sulaikha yang mulai melempar pisau tadi ke lantai.[Bagaimana aku bisa melupakan suami dinginku itu ibu? Bagaimana bisa? Memang dia begitu kaku dalam menjalani hubungan rumah tangga kami. Dia juga selalu menyakiti perasaanku dengan tidak jujur tentang mantan kekasihnya dulu yang ternyata adalah sepupuku. Tapi, cintaku padanya nyata Bu. Dan juj
BRUKKKSuara begitu memekakan telinga membuat Bening terenyak serta tak mampu berdiri apa yang ada dihadapannya. Tubuhnya terasa ringat dan sangat lemas tanpa tulang. Air mata Bening sudah tak bisa dibendung lagi. Kau tahu siapakah yang celaka?Darah bercucuran dari pria yang sudah jatuh diatas balkon. Detak jantung Bening seakan terhenti dunianya begitu runtuh melihat orang yang amat dicintainya, orang yang selama ini bertengger di hatinya terkapar berlumuran darah dan tak sadarkan diri. Ya Kunang melompat dari atas balkon membuat hati wanita apalagi istrinya hancur berkeping-keping berserakan tak karuan."KUNANG!! APA YANG KAMU LAKUKAN?" pekik Bening histeris. Sementara Koldam yang tadinya ingin mengakhiri hidupnya gagal karena Kunanglah yang lebih dulu melompat.Sebenarnya sebelumnya yang terjadi ...Kunang merasakan kepalanya amat sangat sakit sebenarnya kepala Kunang terbentur pada pintu ketika Bening dan Koldam tengah fokus mengobrol."Bening?" lirih Kunang.[Mengapa aku selalu
Wanita dihadapan pria yang bergelantungan itu mulai memejamkan kedua mata. Wajahnya berubah pucat pasi serta bibirnya gemetar dan dadanya berdegup kencang melihat pemandangan yang membuatnya takut. Ya takut kehilangan kekasih yang mulai mengisi jiwa meski kekasih itu tidak menganggap dia ada sekarang. Bodoh! Bodoh memang jika Bening masih bersama lelaki yang sama sekali tidak mengingatnya namun malah mengingat si mantan."Ya Allah aku harus menolong siapa dulu? Kunangku memang suamiku namun dia juga yang sudah menciptakan luka beberapa kali di hati. Dia yang sudah mencabik-cabik hatiku menjadi berantakan," batin Bening.Koldam dan Kunang masih saja bergelantungan di atas balkon. Kunang memegangi kepalanya, ia mulai merasakan kesakitan dibagian kepala."Baiklah aku akan menolong kalian," kata Bening.GrebbbMata Koldam membulat sempurna saat Bening mulai mau menolong Kunang. Bening mulai melilitkan tali kepada Kunang dan ingin mengikatnya ke sesuatu yang kuat."JANGAN BENING! Kenapa kam