Jika engkau memiliki pilihan. Pilihan pertama, satu kamu harus menikah dengan orang yang sangat kau benci namun keuntungannya kamu bisa melanjutkan kuliah tanpa memikirkan biayanya. Maka kau akan memilih itu atau tetap bertahan pada pendirianmu? Kita boleh saja memilih apa yang kita inginkan. Tidak apa karena itu adalah fitrahnya manusia. Akan tetapi semua kembali kepada takdir yang telah tertulis di lauhul mahfudz.Aku tidak tahu, bahwa dipertemukan dengan Pak Kunang itu adalah hal yang benar atau tidak. Yang jelas aku ingin bertahan dengan apa yang aku yakini sekarang. Apa yang aku tekadkan. Semoga cinta Pak Kunang bisa tumbuh padaku istrinya."Ini undangan. Kamu harus datang, ya." Pak Kunang menyodorkan undangan kepadaku. Terlihat undangan itu sangat bagus dengan pita merah yang terhias disana. Tapi, setelah dilihat-lihat, kenapa seperti undangan resepsi atau akad nikah?"Ini ....""Ya ini adalah undangan pernikahan. Kamu mau datang kan?""Iya tapi ...." Suaraku tercekat di tenggo
Jika kita menginginkan sesuatu itu janganlah dengan obsesi tapi dengan tekad yang bulat dan penuh kesabaran. Karena dengan sabar hati kita akan menjadi lebih tenang, lebih damai. Walaupun suatu hal yang kita inginkan nanti tidak akan terwujud. Itu tidak apa-apa, yang terpenting kesabaran akan membawa keikhlasan dalam hati dan jiwa. Kesabaran akan membawa keikhlasan menerima sesuatu yang bukan menjadi hak kita atau milik kita, karena sudah pasti itu hal yang terbaik. Kadang yang kita pikir baik untuk kita sendiri, ternyata itu tidak baik untuk kehidupan kita. Sang Maha Pencipta lebih tahu mana yang terbaik buat hambanya.Sama seperti Tiara dengan obsesinya. Dia harus bisa mengikhlaskan sesuatu yang ia inginkan. Suatu keinginan memiliki suami orang lain. Walaupun suami orang lain itu dulunya adalah mantan kekasihnya.**Pagi-pagi buta, suamiku mengajakku pergi ke suatu tempat. Kebetulan hari ini kampus libur. Jadi dia menggunakan kesempatan ini untuk mengajakku pergi.Setelah berpamitan
Disepanjang perjalanan di area butik. Aku hanya mengangguk tanpa mendengarkan dengan jelas perkataan Pak Kunang. Tubuh seakan berat, bayangan penghinaan Zaky dimasa lalu masih terngiang dalam ingatan dan begitu membekas dihatiku yang paling dalam. Berjalanpun terasa susah mengangkat kaki ini.Entah apa yang ada dipikiranku mengapa aku masih mengingat masalalu yang begitu menyakitkan hati, seharusnya aku tidak perlu mengingat semua itu. Aku harus fokus pada perjalanan hidupku yang sekarang tanpa menoleh kebelakang.Tak mau selalu terbayang pada Zaky, segera aku menggelengkan kepala dan membuang pikiran yang sempat mengingat masalalu itu.Aku harus fokus kepada Pak Kunang. Saat pandangan kuedarkan, betapa terkejutnya aku, Pak Kunang tiba-tiba menghilang entah kemana. Apakah dia meninggalkan aku?"Pak? Pak Kunang?"Aku berusaha memanggil suamiku beberapa kali. Aku mendadak menjadi sangat panik, padahal jelas-jelas tadi Pak Kunang bersamaku. Tidak mungkin dia meninggalkan aku sendirian. Ya
Kami berdua pulang sambil menenteng tas belanjaan gaun serta jas baru yang dia pilih sendiri. Senang rasanya berada di dalam mobil bersama suami. Senang pula ketika dia lebih memilihku tapi tidak memilih kekasih lamanya itu. Walau sampai saat ini tidak ada kata cinta yang keluar dari bibirnya itu.Terlihat dari belakang nampak suamiku senyum-senyum. Senyumnya semakin membuat dia tampan, membuat hati dag dig dug bak ditabuh gendang.Aku baru ingat bahwa belum bertanya kenapa dia membeli gaun dan jas ini."Kita kerumah ibumu, ya.""Baiklah, Pak. Oiya saya baru ingat. Kenapa bapak membeli gaun dan jas di butik?" tanyaku."Menurut kamu kenapa ayo?" Adakah pertanyaan dijawab pertanyaan? Sungguh pria ini membuatku kebingungan. Kalau bukan saja dia suamiku, mungkin sudah kupites seperti kutu. Hehe."Pak?""Hem?""Oiya kenapa Mama Jessi tidak kerja? Sebenarnya Mama Jessi itu kerja dimana Pak?"Ekor matanya kulihat masih fokus menatap jalanan yang sedikit lenggang. Jari jemarinya dilentik-lent
Angin hari ini bertiup cukup kencang. Menggerakkan beberapa tumbuhan yang ada dipinggir jalan. Aku melihat dari kaca spion depan Pak Kunang masih dengan santai menyetir, sementara aku merasa cukup kedinginan, apakah AC yang membuat dingin? Entahlah.Saat dingin seperti ini rasanya tidak nyaman memikirkan masa lalu yang kelam dan menusuk jiwa itu. Fikiranku mengingat kembali dimana Pak Kunang ingin segera cepat pulang karena ada chat dari temannya yang katanya mau ke rumah. Entah siapa yang mau ke rumah ketika aku dan ibu sedang meluapkan rasa kangen. Sehingga tertunda."Pak?" tanyaku disela dia yang tengah fokus menyetir."Hem ...?""Siapa yang mau ke rumah kita?" tanyaku lirih."Nanti juga kamu akan tahu ...," ucapnya dengan santai.Hah rasanya sesak sekali dada ini. Kenapa aku merasa takut, resah, gelisah. Gelisah karena Zaky pernah janji mau ke rumah. Apakah dia akan ke rumah secepat ini? Aku males banget ketemu sama orang yang sudah menyakitiku dan menghinaku.Tak lama akhirnya k
Darah seakan berdesir. Dada bergejolak hebat. Detak jantung tak beraturan. Napas seakan sesak mendengar kata-kata perceraian dari dosen kutub.Apa yang dipikirkan pria dewasa berurat ini. Apakah dia tidak menerima pernikahan kami. Sampai-sampai fikirannya beralih ke perceraian cuma gara-gara si Zaky sialan kutu kupret itu. Mengapa dia masih disini sih. ingin aku lempar Zaky ke planet tak berpenghuni. Secara tidak disengaja dia sudah membuat rumah tanggaku dengan Pak Kunang runtuh. Tapi bisa saja Zaky memang sengaja membuat drama ini, dia mungkin punya dendam kesumat padaku.Aku memang gak bisa berpikiran positif sama si Zaky ini."Memutuskan hal secara sepihak itu tidak pantas, Pak!" tukasku"Saya ingin bertanya padamu, Bening. Apakah kamu mencintainya?" Air matanya terlihat jatuh membasahi pipi. Sesak. Pedih rasanya melihat pemandangan memilukan ini. Kalau memang dia masih ingin menyelamatkan pernikahan. Tak seharusnya dia mempertimbangkan perkataan Zaky."Iya, Pak. Dulu, memang say
Setelah menonton drama cinta yang tak berujung. Tak perlu menyuruh Candra dan Intan untuk pergi. Mereka mengerti bahwa situasi untuk berbicara saat ini sangatlah tidak tepat. Kejadian itu Intan berbisik ditelingaku 'aku akan pergi, selesaikan rumah tanggamu'. Intan memelukku memberikanku sebuah semangat. Meski aku tidak semangat. Intan memang sahabat terbaikku. Aku senang sekali memiliki sahabat sebaik dan setulus dia. Karena sebuah ketulusan tidak bisa dibeli dengan uang.Kami berdua sekarang sama-sama bungkam. Tidak ada yang berani memulai percakapan untuk mencairkan suasana yang canggung. Setelah tahlilan Dion yang sudah lewat 7 hari itu. Pak Kunang semakin bertambah kaku, dingin. Padahal resepsi pernikahan kami hampir dekat.Kenapa selalu saja ada cobaan yang datang menghampiri kami Ya Allah.Aku pergi berjalan tanpa menghiraukan dirinya yang berada di ruang santai. Ya aku membantu bibi di dapur. Daripada galau mikirin suami yang tak bisa dipahami dan ditebak apa yang ada dipikir
Gak kebayang sebelumnya, jika aku berpacaran sesudah menikah. Sebelumnya hanya bisa mengagumi seseorang lewat tulisan. Tapi itu dulu semasa SMP-ku. Sekarang tak terduga akan bertemu dengan dosen kaku tapi sangat menyayangiku.Senyum selalu mengembang tiada henti dari sudut bibirku. Kata ibu bibirku mungil. Tapi, entah mungil atau tidak. Oke kita tidak perlu bahas bibir, hehe.Intinya hati ini seakan dipenuhi bunga. Aku sangat bahagia, kebahagiaanku tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Pak Kunang seperti membawaku melayang terbang ke angkasa. Sepertinya aku mulai kagum dengan suami sendiri "Hey!"Aku kaget saat Pak Kunang menepuk pundakku."Pak?""Loh kok panggil Pak lagi?""Emmm tidak apa kan, Pak? Saya merasa nyaman saja dengan panggilan itu, hehe." Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Sial aku jadi salting."Apa sih, yang enggak buat anak manja ini?" Dia mencubit pipiku dan menowel hidungku. Kenapa dia tadi memanggil aku dengan sebutan anak manja? Sedikit merasa tersingg
Acara syukuran sudah selesai. Bening sangat bahagia melihat anak yatim itu juga bahagia. Bening jadi ingat dengan anak-anak Palestina yang sedih kehilangan orang tua mereka."Thanks yah Mas. Kamu sudah mendatangkan kebahagiaan di dalam hidupku. Oh iya kamu sudah cuci darah Mas? Jangan sampai telat yah," ucap Bening sambil menggendong Anggun."Kamu tidak usah khawatir Beningku. Aku selalu ingat untuk hal itu. Eh aku mau coba ajarin Anggun jalan. Boleh?" "Iya nih Anggun belum bisa jalan Mas." Bening memberikan Anggun pada Kunang.Kunang mulai mengajari Anggun berjalan dengan memegangi kedua tangan Anggun. Terpancar dari wajah Anggun bahwa dia sangat bahagia bersama sang ayah.Bening sangat bahagia juga melihat kebahagiaan yang terpancar dari sang putri. "Aku kangen Tante, eh maksudku Mama Jessi Mas. Bisakah kita kesana?" kata Bening. Kunang yang tengah fokus mengajari Anggun berjalan menjadi beralih menatap Bening. "Boleh-boleh saja kita kesana. Tapi, aku punya kejutan lagi untukmu, S
Bening berbincang-bincang dengan sahabatnya Intan, dia sangat senang, akhirnya kekasih dan sahabat kembali lagi."Intan sungguh aku merasa kesepian tanpamu. Kapan kamu kesini, kita bercanda-canda lagi seperti dulu." Bening meneteskan air mata dari kedua sudut netranya.Intan diseberang sana berusaha tidak menjatuhkan air mata. Dia tidak mau Bening sampai mengetahui dirinya menangis."Maaf Bening, aku pengen sekali bertemu denganmu, namun aku masih sibuk dengan urusanku. Semoga lain waktu kita bisa betemu ya," jawab Intan."Baiklah Intan. Aku selalu menunggumu.""Sudah dulu Bening. Aku ada urusan lain ya. Kita sambung lagi nanti.""Baiklah Intan."Intan memustuskan panggilan. Disana Intan masih merasa bersalah pada sahabatnya. Dia menimal ponsel dan menjatuhkan air mata berulang kali, hingga membasahi kedua pipinya."Maafkan aku, Bening. Aku belum bisa menampakkan wajahku dihadapanmu. Aku belum sanggup bertemu dirimu setelah apa yang aku lakukan sama kamu. Aku beraninya memusuhimu. Sung
"Kamu?" Bening kaget dengan penampakan sosok tampan dihaxapannya."Iya ini aku Ahan." Ahan tersenyum lebar.."Dia siapa Bening?" tanya Sulaikha yang kebingungan. Arjun yang sedang menggendong Yugi langsung turun ke bawah untuk mengecek siapa yang bertamu kerumah mereka."Dia teman kantor Bu," jawab Bening ngasal."Ayo Nak Ahan silakan duduk." Sulaikha mempersilahkan Ahan duduk lalu pergi dari hadapan mereka."Bagaimana tawaranku. Masih terbuka lebar loh. Aku masih menyukaimu cewek misterius." Ahan berucap sambil menyodorkan sebuket bunga.Bening menggeleng. "Maaf Tuan Ahan. Jawabanku padamu tetaplah sama dan tidak akan pernah berubah. Maaf jika saya menyakiti hati Anda,"ungkapan Bening tentu merobek hati Ahan berkali-kali."Jangan seperti ini dong Bening. Kamu wanita terunik yang baru aku temui. Kamu masuk ke dalam hatiku tanpa ijin lalu kenapa kamu tidak menetap saja disana? Aku akan membangunkan rumah megah dan jauh lebih mewah daripada mantan suamimu itu.""Maaf sekali lagi ya. S
Setelah mereka bersatu menyatukan cinta yang lama hilang, merajut kembali benih cinta. Bening kembali pulang kerumah sehabis pulang dari kantor. Rumah Bening memang sudah lebih bagus dari rumah dosen bernama Kunang itu. Namun, Bening lebih memilih untuk ikut kembali ke rumah suami yang dulu.Anak Bening yang bernama Yugi pun sudah bisa melihat ayahnya kembali yaitu Kunang."Bening ada satu rahasia yang belum kamu ketahui," kata Pak Kunang ditengah-tengah Bening sedang melipat baju."Apa Pak?" tanya Bening penasaran."Sebenarnya Koldam adalah adik kembarku," jelasnya membuat Bening menjatuhkan baju-baju yang yang mau ia lipat. Mulut Bening pun menganga mendengar penuturan suaminya tadi. Dada Bening berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia masih bisa belum mencerna perkataan Kunang suaminya."Bukannya Koldam itu adalah sepupumu? Bagaimana bisa Koldam adalah adik kembarmu? Kenapa semua ini bisa terjadi? Aku jadi bingung," ucap Bening. Bening masih belum memungut beberapa baju yang berjatuha
Sudah dua tahun usaha Bening berjalan dan dia sudah bisa menikmati hasilnya. Selama setahun pula Bening menahan kerinduan terhadap Kunang sang suami. Sulaikha ibunya pun belum juga mengizinkan Bening untuk melihat batu nisan Kunang Dramasta, itu sangat membuat Bening menangis tiap malam, serta terpukul, dan ketika ibunya bertanya, maka bening hanya menjawab tidak apa-apa.Angin berhembus membelai jilbab Bening. Dia menatap lurus ke depan sambil membayangkan wajah Kunang.Bening sudah membangun masjid dibeberapa daerah. Tapi, dia tidak memberi tahu warga sekitar masjid bahwa dirinya--lah yang membangun. Ia tak mau kalau sampai suatu pujian bisa membuat dirinya mempunyai sombong dan hanya terlalu senang dipuji orang. Maka itu Bening ingin menjauhi sifat itu.[Mas Kunang. Sampai detik ini aku belum bisa melihat peristirahatanmu yg trakhir Mas! Jiwa ini sudah benar-benar rapuh, hati ini juga sudah hancur melebur. Sampai aku tak tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Ok aku bi
Pria tegap memakai jas hitam pekat pun menghampiri Bening yang tengah mematung. Bening hanya merasa kaget melihat sosok dihadapannya yang belum ia kenal."Hei Nona, mengapa Anda melamun?" tanya pria misterius.Bening hanya menggeleng pelan serta menahan kegugupan. Pria itu hanya membalas dengan senyuman."Anda akan bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami siap memberikan sebuah pabrik perusahaan untuk Anda dan semua yang Anda perlukan nanti diperusahaan Anda," tutur pria itu."Seriously? Anda tidak bohong?" tanya Bening tak percaya dan tak menyangka jika ada seseorang sebaik pria dihadapannya. Pria itu membalas dengan anggukan."Yes. Anda siap bekerja sama dengan kami? Kami hanya butuh ide dari Anda saja," lanjut pria itu mulai menyodorkan beberapa berkas yang perlu ditanda tangani oleh Bening."Saya tidak siap Tuan. Maksudnya saya tidak siap menerima kebaikan ini. Mending saya bekerja keras sendiri tanpa menerima bantuan dari siapapun. Apalagi bantuan yang amat besar seperti ini. Sa
Tubuh Bening bergetar hebat melihat pemandangan tak lazim ketika pisau itu mengarah pada leher Sulaikha."Baik Bu. Bening berubah pikiran. Bening tidak akan pergi. Bening tidak akan melihat jazad suami Bening," lirih Bening pasrah. Ia begitu menyayangi Sulaikha. Maka dari itu Bening menahan segala keegoisannya agar ibunya tidak jadi bunuh diri."Sebagai seorang anak, kamu memang sepantasnya mendengarkan perkataan ibu, Bening. Ibu tahu kamu sangat mencintai suamimu, Kunang. Namun, Jessi sudah melarang kita untuk pergi ke sana. Lalu ibu bisa apa? Mungkin inilah yang terbaik untukmu agar kamu bisa melupakan Kunang yang selalu menyakitimu itu," ucap Sulaikha yang mulai melempar pisau tadi ke lantai.[Bagaimana aku bisa melupakan suami dinginku itu ibu? Bagaimana bisa? Memang dia begitu kaku dalam menjalani hubungan rumah tangga kami. Dia juga selalu menyakiti perasaanku dengan tidak jujur tentang mantan kekasihnya dulu yang ternyata adalah sepupuku. Tapi, cintaku padanya nyata Bu. Dan juj
BRUKKKSuara begitu memekakan telinga membuat Bening terenyak serta tak mampu berdiri apa yang ada dihadapannya. Tubuhnya terasa ringat dan sangat lemas tanpa tulang. Air mata Bening sudah tak bisa dibendung lagi. Kau tahu siapakah yang celaka?Darah bercucuran dari pria yang sudah jatuh diatas balkon. Detak jantung Bening seakan terhenti dunianya begitu runtuh melihat orang yang amat dicintainya, orang yang selama ini bertengger di hatinya terkapar berlumuran darah dan tak sadarkan diri. Ya Kunang melompat dari atas balkon membuat hati wanita apalagi istrinya hancur berkeping-keping berserakan tak karuan."KUNANG!! APA YANG KAMU LAKUKAN?" pekik Bening histeris. Sementara Koldam yang tadinya ingin mengakhiri hidupnya gagal karena Kunanglah yang lebih dulu melompat.Sebenarnya sebelumnya yang terjadi ...Kunang merasakan kepalanya amat sangat sakit sebenarnya kepala Kunang terbentur pada pintu ketika Bening dan Koldam tengah fokus mengobrol."Bening?" lirih Kunang.[Mengapa aku selalu
Wanita dihadapan pria yang bergelantungan itu mulai memejamkan kedua mata. Wajahnya berubah pucat pasi serta bibirnya gemetar dan dadanya berdegup kencang melihat pemandangan yang membuatnya takut. Ya takut kehilangan kekasih yang mulai mengisi jiwa meski kekasih itu tidak menganggap dia ada sekarang. Bodoh! Bodoh memang jika Bening masih bersama lelaki yang sama sekali tidak mengingatnya namun malah mengingat si mantan."Ya Allah aku harus menolong siapa dulu? Kunangku memang suamiku namun dia juga yang sudah menciptakan luka beberapa kali di hati. Dia yang sudah mencabik-cabik hatiku menjadi berantakan," batin Bening.Koldam dan Kunang masih saja bergelantungan di atas balkon. Kunang memegangi kepalanya, ia mulai merasakan kesakitan dibagian kepala."Baiklah aku akan menolong kalian," kata Bening.GrebbbMata Koldam membulat sempurna saat Bening mulai mau menolong Kunang. Bening mulai melilitkan tali kepada Kunang dan ingin mengikatnya ke sesuatu yang kuat."JANGAN BENING! Kenapa kam