Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Bab 18 - Perampas Cinta

Share

Bab 18 - Perampas Cinta

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-05-27 11:40:35

Malam sudah larut ketika Zivara dan Arudra selesai membungkus oleh-oleh. Mereka memaksakan diri untuk menuntaskan pekerjaan itu, karena esok pagi sudah harus berangkat kembali ke Bandung.

Zivara menguap untuk kesekian kalinya. Arudra yang merasa kasihan, meminta gadis itu untuk segera tidur dan dia yang akan mengemasi semua bungkusan ke tas travel besar, yang tadi dibeli khusus untuk mengangkut semua buah tangan.

Zivara menurut. Dia memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu dia keluar dan jalan menuju kasur besar. Tubuh yang terlalu lelah menyebabkan Zivara lupa, bila malam itu gilirannya tidur di kasur tambahan.

Belasan menit terlewati, Arudra telah selesai dengan tugasnya. Dia berdiri, lalu memutar badan ke kanan dan kiri, hingga tulang-tulangnya berbunyi.

Arudra bergegas ke bilik kecil. Dia memutuskan untuk mandi, karena tadi sempat keringatan saat berbelanja. Arudra meringis kala menyadari bila dia lupa membawa handuk. Dia menyambar jubah mandi Zivara dari gantungan,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kwkwkwkwkw chat nya makin makin iyeuh duh Akong lagi di gosipin ati" Fathan hehhe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 19 - Pelakor

    "Jadi, Mas pulang dari Lombok, langsung ngapel dia?" tanya Lanika dengan ketus. Arudra menarik tangan kanan Lanika. "Duduk dulu. Kita bicara baik-baik," pintanya. Lanika menepis tangan suaminya, lalu mendelik tajam pada Zivara yang membalas tatapannya dengan santai. "Aku nggak punya waktu buat ngobrol. Apalagi sama pelakor!" "Siapa yang kamu bilang pelakor?" tanya Zivara. Dia tersinggung dikatai seperti itu. "Hati-hati kalau bicara. Jangan sampai kamu malu nantinya," lanjutnya. "Aku ngomong apa adanya. Kamu memang pelakor!" "Kalau aku nggak membantu, kamu nggak akan bisa nikah sama dia!" Zivara menunjuk Arudra yang masih terpaku menyaksikan perdebatan itu. "Tanpa bantuanmu, kami tetap akan menikah!" "Begitu? Tapi kenyataannya berbeda dari omonganmu." "Kamu cuma istri pajangan. Jangan berlagak di depanku!" "Ngapain belagu? Bukan sifatku kayak gitu." Zivara berdiri dan melemparkan kunci mobil ke dekat Arudra. "Mas urus dia. Sebelum dia makin stres dan ngoceh sembarangan!" geram

    Last Updated : 2024-05-28
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 20 - Mantan Tersayang

    Jalinan waktu terus bergulir. Langit terang telah menggelap seiring derasnya hujan sore itu. Zivara yang baru selesai bertugas sebagai instruktur pilates, duduk bersila di ruangan pengelola. Zivara memandangi tetesan air melalui kaca besar. Dia memikirkan nasibnya yang kurang beruntung dalam hal percintaan. Terutama setelah berpisah dengan Evan beberapa bulan silam. Terbayang kembali raut wajah kecewa Evan saat Zivara menjelaskan keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka. Semenjak itu Evan seolah-olah menghilang dan Zivara tidak pernah mendengar kabar apa pun dari pria tersebut. Marlina, teman kuliah Zivara yang merupakan sepupu Evan, juga turut menjauhi Zivara Bahkan Marlina tidak menghadiri acara pernikahan tempo hari meskipun telah diundang secara khusus oleh Zivara. Dering ponselnya mengagetkan Zivara. Dia meraih benda itu dari tas, lalu mengecek nama pemanggil. Alis Zivara bertaut karena nomor yang telah menghubunginya ternyata tidak terdaftar. Perempuan berambut panjan

    Last Updated : 2024-05-28
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 21 - Kamu Nggak Kangen Aku?

    Aroma harum yang menguar dari dapur, menyapa indra penciuman Arudra pagi itu. Dia memandangi perempuan berambut panjang yang sedang membelakanginya dan sibuk di depan kompor. Arudra menyambangi Zivara, lalu mengintip dari belakang pundak istrinya. "Wangi," tuturnya. Zivara menjengit karena tidak melihat lelakinya mendekat. "Mas ngagetin," keluhnya. Arudra menarik diri seraya tersenyum. "Masih lama nggak?" "Bentar lagi. Mas tunggu aja." "Kopiku, sudah dibuat?" "Belum. Habis ini." "Aku bikin sendiri aja." Zivara tidak menyahut dan melanjutkan mengaduk-aduk mi goreng di wajan. Arudra menyiapkan minumannya sendiri, lalu berpindah ke kursi dekat meja makan. Tidak berselang lama, keduanya telah bersantap tanpa saling bicara. Pintu samping terbuka dan seorang perempuan berjilbab hitam memasuki ruangan sambil mengucaokan salam. "Waalaikumsalam," sahut Zivara. "Sarapan, yuk, Teh," ajaknya sambil menatap perempuan berkaus krem. "Nuhun, Bu. Tadi sudah makan di rumah," terang Nini. Dia

    Last Updated : 2024-05-29
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 22 - Aku Nggak Suka!

    Arudra tiba di rumah Zivara menjelang pukul 8 malam. Dia bergegas memasuki kamar mandi untuk bersemedi. Sementara Zivara menyiapkan minuman dan makanan di ruang tengah. Teriakan Arudra yang meminta diambilkan handuk, menyebabkan Zivara menggeleng. Dia jalan ke teras belakang untuk mengerjakan permintaan sang suami. Kemudian Zivara berpindah ke depan kamar mandi yang berada di antara kedua ruang tidur. "Mas, handuknya digantung di gagang pintu," tukas Zivara. "Ke siniin," pinta Arudra sambil membuka pintu dan mengulurkan tangan kiri. Zivara menunduk sambil memberikan handuk. Kemudian dia berbalik dan bergegas ke ruang tengah. Zivara merasa malu, padahal badan Arudra sama sekali tidak terlihat. Belasan menit terlewati, Arudra telah berada di sofa sambil menikmati hidangan. Zivara memandangi televisi sembari memikirkan kata-kata untuk memulai percakapan. "Ikannya enak. Beli di mana?" tanya Arudra sembari meletakkan piring kosong ke meja dan mengambil gelas berisi teh hangat. "Aku

    Last Updated : 2024-05-29
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 23 - Hadiah Ketiga

    Suasana di ruang rapat kantor Pangestu Grup, siang itu terlihat ramai orang. Seorang pria berkulit putih berdiri di dekat layar yang memampangkan detail proyek terbaru, yang digagas beberapa anggota PG. Linggha Atthaya Pangestu, CEO perusahaan tersebut, didaulat menjadi pemimpin tim. Pria berbadan tegap menerangkan setiap detail dengan lugas, hingga bisa dipahami semua peserta rapat. Tiga puluh lima menit terlewati, pertemuan itu telah usai. Satu per satu peserta rapat berpamitan, lalu keluar dari ruangan. Hingga tersisa segelintir orang yang masih bertahan. "Saya mau ke kafenya Tanti. Kalian, mau ikut?" tanya Linggha sambil membuka jas birunya dan disampirkan di lengan kiri. "Aku sudah nunggu Mas ngajak dari tadi," sahut Leandru Mahendra, anggota tim 5 PG, sekaligus sepupu Linggha dari pihak Ibu. "Jangan bilang Mas Dru mau makan gratisan," ledek Satria Daryantha, anggota tim 3 PG."Enggak, aku cuma mau nagih janji Papa Arrazi," kilah Leandru. "Saya janji apa?" tanya Linggha sam

    Last Updated : 2024-05-30
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 24 - Teman Ranjang

    Zivara tidak berani memandangi langsung wajah suaminya yang tengah mengemudi. Perempuan bergaun salem merasa malu bila mengingat pencurian ciuman dari lelaki berkemeja krem, kemarin malam. Zivara tidak menduga jika Arudra berani menggodanya seperti itu. Bahkan, lelakinya kembali menciumi pipi kanannya belasan menit lalu, ketika Zivara baru keluar dari kamar. Perempuan berbibir penuh mengomeli dirinya yang seolah-olah baru pertama kali dicium lawan jenis Zivara menggerutu dalam hati, karena dia membiarkan Arudra terus menggoda. Padahal seharusnya Zivara harus tegas menolaknya. Sesampainya di tempat tujuan, ternyata sudah banyak orang yang memenuhi tenda biru, di depan kediaman orang tua Marlina. Zivara mengajak Arudra menyambangi sang calon pengantin yang berada di pelaminan kecil di ruang tamu. "Selamat, Mar," tutur Zivara sembari menyalami dan beradu pipi dengan rekannya "Makasih, Zi," balas Marlina sambil menarik diri. "Aku senang karena kamu mau datang," lanjutnya. Zivara m

    Last Updated : 2024-05-30
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 25 - Setuju 100%

    Grup PC Utama Idris : Gaes, ada undangan dari Mas Bambang PB. Aaron : Undangan apa, Bang @Idris? Idris : Sunatan anaknya. Arudra : Kapan? @Bang Idris. Idris : Sabtu depan. Acara bebas, dari jam 11 sampai jam 3. Drew : Jam 11 malam sampai jam 3 subuh? Arya : @Drew, kamu bikin aku keselek! Kasyafani : Drew kumat! Olavius : Anak satu itu makin gila! Zulfi : Gimana nggak ngaco, mentornya aja unik. Ghael : Siapa mentornya Drew? Yoga : Yanuar. Haryono : Kaisar. Andri : Ming. Ilyas : Sipitih. Rusli : Papi Yuna. Wirya : Pacarnya Rihanna. Bram : Ehh, Rihanna, apa kabar, @Wirya? Wirya : Sehat, dan tambah manis. Riko : Pacar abadi Yanuar. Johan : Cinta sejati Yanuar. Sanusi : Fans berat Yanuar. Abimanyu Bhalendra : Kalian ngomongin Rihanna, yang mana orangnya? Zulfi : Bentar, kucari dulu fotonya. Tidak berselang lama satu foto hewan berkaki empat, berbulu cokelat dengan moncong putih, muncul di layar ponsel semua anggota grup. Berbagai stiker tawa bertebaran, dan banyak

    Last Updated : 2024-05-31
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 26 - Hadiah Khusus

    Sepanjang jalan menuju rumahnya, Zivara mengunci mulutnya rapat-rapat. Dia mengabaikan Arudra yang berusaha mengajaknya berbincang, karena kesal dengan pria tersebut. Setibanya di rumah, Zivara bergegas memasuki kamar. Dia membersihkan wajah dari riasan sambil menggerutu. Kemudian dia berpindah ke bilik basah. Arudra mengetuk pintu kamar utama, tetapi karena Zivara tidak kunjung menyahut, akhirnya pria berkaus putih nekat membuka pintu dan memasuki ruangan. Arudra menutup pintu, lalu memindai sekitar. Bunyi air di kamar mandi membuatnya paham jika Zivara tengah berada di sana. Arudra mengulum senyuman. Dia memiliki rencana untuk mengerjai Zivara yang sejak tadi mendiamkannya. Sekian menit berikutnya, perempuan berambut panjang keluar dari toilet. Dia bingung karena lampu utama telah padam. Padahal Zivara ingat betul bila dirinya telah menyalakan lampu. Zivara tidak sempat menghindar ketika dipeluk dari belakang. Dia hendak menjerit, tetapi mulutnya dibekap tangan seseorang yang d

    Last Updated : 2024-05-31

Latest chapter

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 143 - Pasukan Janardana

    Awal malam itu, Lanika tiba di bandara Cengkareng, bersama Sebastian, Rylee dan Cornelia. Mereka dijemput Uday yang kemudian mengantarkan keempatnya ke hotel tempat tim PG dan PC menginap. Setibanya di tempat tujuan, Bilal dan Yolla telah menunggu di lobi. Seusai berbincang sesaat, mereka bergegas menuju ruang pertemuan di lantai tiga, untuk menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh Tio. Ruangan luas itu seketika heboh. Semua orang menyambut kedua anggota PC yang baru tiba, dengan rangkulan. Hal nyaris serupa juga dilakukan tim para istri pada Cornelia dan Lanika. Kendatipun tidak terlalu mengenal Lanika, tetapi Mayuree dan rekan-rekannya tetap bersikap ramah pada perempuan tersebut. Seusai melepas rindu pada keluarganya, Lanika mendatangi Zivara dan langsung memeluk sahabatnya tersebut dengan erat. Kemudian dia mengurai dekapan dan beralih menciumi Keef yang sedang dipangku maminya. "Masyaallah, asa tambah kasep, pangeran Ate," puji Lanika sembari menggosok-gosokkan hidun

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 142 - Wǒ jiào dùmùzhāng

    Ruang rapat di gedung kantor PG, siang menjelang sore itu terlihat ramai. Lebih dari 100 pria bersetelan jas biru mengilat, berkumpul untuk mendengarkan pidato Tio. Setelahnya, komisaris PG memanggil orang-orang yang hendak berangkat ke Kanada. Mereka berdiri di kiri Tio, sambil memandang ke depan. Arudra, Drew, Ghael, dan Myron bergantian mengucapkan kalimat perpisahan. Benigno yang akan mengantarkan rekan-rekannya ke Kanada, juga turut memberikan pidato singkat. Sementara Alvaro yang menjadi pemimpin rombongan tersebut, hanya diam sambil memandangi semua orang di ruangan. "Teman-teman, mari kita bersalaman dengan para pejuang ini. Berikan dukungan terbaik buat mereka, yang akan bekerja keras menyelesaikan berbagai proyek kita di Kanada," ungkap Tio sembari turun dari podium. "Mid, tolong atur barisan," pinta Tio yang segera dikerjakan direktur operasional PG. Tio menyalami Arudra dan mendekapnya sesaat. Kemudian Tio memundurkan tubuh dan berbincang singkat dengan rekannya terse

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 141 - Genk Pengejar Nona Muda

    Jalinan waktu terus bergulir. Minggu terakhir berada di Bandung, digunakan Arudra dan Zivara untuk lebih dekat dengan keluarga. Setiap hari mereka bergantian mengunjungi kediaman Rahmadi atau Thamrin, agar bisa bercengkerama dengan keluarga inti dan sanak saudara. Kamis sore, Arudra dan Zivara mendatangi kediaman ketua RT tempat mereka tinggal dan tetangga terdekat, untuk berpamitan. Pasangan tersebut tidak lupa untuk berpamitan pada para pedagang di sekitar kompleks, yang menjadi langganan mereka selama menetap di sana.Jumat pagi, Nirwan melajukan mobil sang bos menuju kediaman Rahmadi. Fazwan dan Disti menyusul menggunakan mobil SUV putih milik Zivara. Tidak berselang lama, Bilal datang bersama Yolla dan keluarganya. Demikian pula dengan Thamrin dan Ruslita. Mereka hendak ikut mengantarkan Arudra dan kelompoknya ke Jakarta. Seusai membaca doa bersama, semua orang menaiki kendaraan. Kemudian Bhadra yang berada di mobil terdepan, menekan klakson sebagai tanda perjalanan akan seg

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 140 - Until Jannah

    Senin pagi menjelang siang, Arudra dan Zivara beserta yang lainnya bertolak menuju Lombok. Fazwan dan Disti juga ikut dalam rombongan tersebut untuk menikmati bulan madu, sebagai hadiah dari para petinggi Janardana Grup dan Mahendra Grup. Pada awalnya para pria ingin kembali mengunjungi Pulau Komodo. Namun, karena banyak anak-anak yang ikut, akhirnya tempat tujuan diubah supaya cocok dengan anak kecil.Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) menjelang pukul 4 sore. Perjalanan itu ditempuh dalam waktu yang cukup lama, karena pesawat harus transit di bandara Bali. Dari bandara menuju hotel milik BPAGK, rombongan tersebut menaiki bus berukuran besar yang disediakan pihak hotel. Agung, ketua pengawal Bali dan Nusa Tenggara, kembali menjadi pemandu wisata dadakan.Seperti biasa, para pengawal muda mengadakan kuis berhadiah kudapan dan minuman ringan. Sebab jumlah bos yang ikut cukup banyak, akhirnya semuanya ikut dan terbagi menj

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 139 - Menang Banyak

    Sabtu pagi di minggu kedua bulan Agustus, pernikahan Fazwan dan Disti dilangsungkan di gedung pertemuan kawasan Buah Batu. Rombongan keluarga calon pengantin pria tiba belasan menit sebelum acara dimulai. Yudha yang menjadi pemimpin, mengatur barisan bersama teman-teman pasukan pengawal area Bandung. Setelah diberi kode oleh tim panitia pihak perempuan, rombongan berseragam serba krem jalan perlahan menuju pintu utama gedung. Mereka berhenti di bawah tenda untuk menyaksikan sambutan dari kedua orang tua Disti. Susunan acara khas Sunda dilaksanakan dengan khidmat, sebelum akhirnya rombongan dipersilakan masuk. Keluarga inti, para petinggi PBK dan keluarga Janardana, serta Mahendra dan Pangestu, menempati kursi dua deretan terdepan sisi kanan. Di belakang mereka dipenuhi keluarga besar Fazwan, dan semua pengawal lapis satu hingga 12 yang hadir bersama keluarga masing-masing. Tidak berselang lama acara dimulai. Fazwan mendengarkan khotbah nikah dengan serius sambil merekamnya dalam

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 138 - Kamu Nyindir Aku?

    Minggu berganti menjadi bulan. Menjelang keberangkatan ke Kanada, Zivara justru disibukkan dengan persiapan pernikahan Fazwan. Sebab calon pengantin pria sedang sibuk mengikuti Arudra tugas ke luar kota, mau tidak mau Zivara yang menggantikan posisi akangnya untuk membantu Disti. Sore itu sepulang dari kantor, Zivara memacu mobil SUV putih menuju pusat perbelanjaan. Kala berhenti di perempatan lalu lintas, Zivara menyempatkan diri untuk menelepon Nini, yang tengah dijemput Isfani untuk menyusul Zivara, bersama Keef. Setibanya di tempat tujuan, Zivara memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dia merapikan penampilan terlebih dahulu, kemudian menyemprotkan sedikit parfum ke baju. Sekian menit berikutnya, Zivara telah berada di dekat pintu utama. Dia menunggu kedatangan taksi yang ditumpangi Nini dan Isfani tiba, kemudian mereka bergegas menuju lantai tiga, di mana Disti dan kakaknya telah menunggu. Keempat perempuan bersalaman sambil beradu pipi. Sementara Nini hanya menyalami calon istri

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 137 - Benar-benar Biadap!

    "Siapa kamu!" bentak Eyang Min, saat seorang pria tua muncul di dekat teras depan rumahnya. "Tidak perlu tahu aku siapa. Yang penting, setelah ini usahamu menyesatkan orang akan berhenti," jawab Mulyadi dengan sangat tenang. Eyang Min maju beberapa langkah sambil mengacungkan tongkatnya yang berbentuk unik. "Oh, ternyata kamu. Orang yang sudah melindungi Lanika." "Betul." "Tapi, percuma saja. Sebentar lagi dia akan mati." "Nyawa manusia adalah milik Allah. Sehebat apa pun ilmumu, jika Allah berkehendak, maka Lanika akan aman." Eyang Min tertawa melengking. Mulyadi tetap diam sambil mengamati beberapa orang yang muncul di belakang perempuan berbaju merah. Zein dan ketiga sahabatnya telah selesai bertempur. Mereka berdiri beberapa meter di belakang Mulyadi sambil memerhatikan sekeliling. Masih ada titik-titik merah yang beterbangan, dan harus terus diawasi. Eyang Min melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular hitam berukuran besar. Mulyadi spontan mundur sembari memukuli u

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 136 - Apa Dia Lihat Kita?

    Embusan angin kencang menerpa apa pun yang berada di bumi. Dedaunan di dahan bergoyang ke sana kemari mengikuti arah sang bayu. Sekali-sekali akan terdengar suara binatang malam. Selebihnya hanya keheningan yang tercipta di sekitar rumah besar, yang berada di tengah-tengah kebun di pinggir Kota Bogor. Jalan depan rumah itu terlihat lengang. Meskipun waktu baru menunjukkan pukul 10, tetapi tidak ada seorang pun yang melintas di sana. Letak bangunan yang berada di perbukitan, ditambah lagi area belakangnya lebih banyak kebun dibandingkan rumah, menjadikan tempat itu seolah-olah terisolir dari dunia luar. Sekelompok orang terlihat jalan cepat di kebun sisi kiri. Sebab sekitarnya gelap, mereka terpaksa menyalakan senter kecil yang tersambung dengan ikat kepala. Sekali-sekali mereka akan berhenti dan berjongkok untuk memindai sekitar. Kemudian mereka melanjutkan langkah hingga tiba di dekat rerimbunan semak di dekat rumah target. Pria terdepan memberi kode dengan tangan. Lima orang be

  • Pengantin Kedua Janardana    135 - Bunga dan Anyir

    Arudra termangu, sesaat setelah Nirwan menceritakan tentang kejadian kemarin malam di mobil Lanika. Bhadra, Casugraha, Fazwan dan Bilal yang juga berada di ruang kerja sang presdir, saling melirik, sebelum sama-sama mengulum senyuman. Sementara Zein menggeleng pelan seraya tersenyum lebar. Sedangkan Hendti justru bertepuk tangan, kemudian dia menepuk-nepuk pundak Nirwan yang terlihat cengengesan. "Hebat, euy! Bisa ninju kunti," tukas Hendri. "Ini berkat ajaran Akang," balas Nirwan. "Dan Bang Zein, serta teman-teman tim pengejar hantu," lanjutnya sambil memandangi pria berkulit kecokelatan yang balas menatapnya saksama. "Kami cuma melatih sedikit. Hatimu memang kuat, itu yang membuatmu sanggup melawan kuntilanak kiriman Nenek tua itu," jelas Zein. "Kamu ikut latihan olah napas, Wan?" tanya Bilal. "Ya, Bang," jawab Nirwan. "Sudah lama?" "Baru dua bulanan. Itu pun karena diajakin Kang Izra. Dia bilang, auraku kuat. Lebih bagus lagi diarahkan ke ilmu kebatinan." "Aku ingat Izra

DMCA.com Protection Status