Beranda / Pernikahan / Pengantin Kecil Tuan Xavier / Bab 41 - Kepulangan Nandini

Share

Bab 41 - Kepulangan Nandini

Penulis: Karlinanovi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Meylan merasakan kepuasan yang amat sangat. Ketika melakukan hubungan badan bersama dengan tiga pria sekaligus. Sungguh Meylan sudah berubah wujud menjadi wanita haus belaian.

Seperti saat ini, ke empat orang itu masih terlentang dengan tubuh yang masih polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuh mereka. Meylan sendiri masih berusaha menetralkan deru nafasnya yang masih terdengar memburu. Senyum kepuasan tampak terlihat di wajah mereka.

"Kapan-kapan kita main berempat lagi," ucap Meylan sambil menatap kepada salah satu dari mereka.

Salah seorang pria itu pun tersenyum smirk. Tentu lah mereka mau, secara gratis. Dan mereka bertiga akan memanfaatkan Meylan sampai mereka puas dan bosan.

"Ya kamu benar, Mey! Kamu atur-atur saja waktunya."

"Hmm, tenang saja! Terus bagaimana dengan permintaanku, kalian akan membantuku bukan?" Tanya Meylan serius.

Lalu mereka bertiga pun mengangguk bersamaan. Meylan tersenyum. Dendam dan obsesinya akan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Zaliha Bte Ahmad
ceritanya best tp lambat update dan sehari cuma 1 episod aja.....
goodnovel comment avatar
Eni budiyanto Eni
BCA asikk koin nya jga asikk
goodnovel comment avatar
Cinta Nurohman
thor yg banyak dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 42 - Mulai Perhatian

    Seorang dokter sedang memeriksa Nandini. Gadis itu tampak menyenderkan tubuhnya. Nandini masih lebih banyak diam, hanya saja pandangan matanya tidak terlalu kosong seperti kala itu. Xavier memperhatikan istri kecilnya. Ia pun dengan sabar menunggu para medis memeriksa sang istri. Tak berselang lama, pemeriksaan itu pun berakhir. "Bagaimana!" Tanya Xavier datar. Dokter pun menoleh. Salah satu perawat sedang membereskan peralatan. Dan dokter itu pun menghampiri sang tuan. "Sejauh ini, keadaan nona sudah jauh lebih baik dari pada sebelumnya, hanya saja---" ucapannya terjeda. "Hanya apa?" Tanya Xavier tidak sabar. "Tidak apa-apa tuan. Saya hanya mau memberitahukan, jika nona sudah mulai sedikit merespon meski hanya untuk beberapa orang contohnya paman Jordhan." Xavier diam. Ia terlihat menghela nafasnya kasar. Wajar jika Nandini hanya mau berbicara dengan pria paruh baya itu, sebab hanya Jordhan yang baik padanya di rumah ini

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 43 - Meylan Mulai Beraksi

    Lama Meylan merenung di dalam kamarnya. Kenangan-kenangan indah saat bersama dengan Xavier menari-nari dalam ingatan Meylan. Rasa sesak menelusup di dalam dada. Perlahan Meylan mulai terisak. Ia menangis sejadi-jadinya. Menyesali semua yang sudah terjadi. "Argghhh," teriak Meylan. Rini yang sedang berada di kamarnya pun sontak berlari ke kamar sang putri. Begitu pintu terbuka, keadaan kamar Meylan kacau balau. Pecahan kaca terjatuh di mana-mana. "Ya ampun! Meylan apa yang kamu lakukan!" Teriak Rini. "Argghh!" Lagi dan lagi Meylan hanya berteriak. Melampiaskan kemarahannya pada barang-barang yang berada di sekitarnya. Meylan kalap. Bahkan rambutnya juga sudah acak-acakkan. Sudah seperti orang gila. Rini hanya menggeleng tidak percaya. Putrinya akan berkelakuan seperti ini. "Meylan, stop!" Seru Rini. Bukannya berhenti. Wanita muda itu malah mengambil sebuah pecahan kaca. Lalu menggoreskannya pada urat n

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier    Bab 44 - Kedatangan Meylan

    Jordhan shock melihat wanita yang kini berhadapan dengannya. Ia sungguh tidak menyangka jika wanita itu akan sangat dengan berani mendatangi kediaman tuan mudanya. Sedang wanita itu hanya menatap sinis pada pria paruh baya itu. "Paman!" Panggil Meylan dengan angkuhnya. Jordhan masih bertahan di posisinya. Berdiri tepat di depan pintu utama. Meylan pun menghampiri pria paruh baya itu. Dia menatap remeh. Seolah-olah dirinya lebih baik dari pria itu. "Xavier di mana!" Tanyanya pongah. Jordhan tersenyum tipis. Memang mantan calon istri tuannya itu sungguh tidak tahu malu. Atau bahkan mungkin urat malunya sudah putus?. "Tuan masih tidur bersama istrinya," jawab Jordhan datar. "Bohong!" Sela Meylan cepat. Lalu dengan tanpa permisi, ia menyelonong masuk ke dalam Mansion besar itu. Meylan mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Tapi, ia tidak menemukan keberadaan Xavier. Meylan pun kesal. Lalu ia menanyakan keberadaan pri

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 45 - Amarah Terpendam Seorang Xavier

    Pria tampan nan gagah itu membawa istri kecilnya menuju kamarnya. Pria itu memutuskan untuk membawa sang istri,karena ia khawatir jika sewaktu-waktu istri kecilnya membutuhkan pertolongan. Sebab jarak dari lantai bawah ke lantai atas lumayan lama meski di tepi ranjang ada tombol untuk memanggil maid. Tak lama Jordhan bersama beberapa maid menyusul. Membawakan beberapa menu sarapan untuk sang majikan. Tak lupa obat yang di minta oleh Xavier untuk Nandini. "Tuan,silahkan dan ini obat nona muda!" Ucap Jordhan seraya menunjukkan satu strip obat penenang,setelah menyerahkan obatnya Jordhan beserta para maid pun undur diri. Kasihan gadis itu. Hidupnya saat ini bergantung pada obat. Semoga saja kedepannya ia akan lebih baik,dan tidak terus menerus mengkonsumsi obat. "Sayang,sarapan dulu hmm. Setelah itu kamu minum obat dan istirahat," ucap Xavier lembut. "Obat apa?" Tanya Nandini. Xavier terdiam. Tidak mungkin dia berkata jika dirinya akan memberiny

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 46 - Puncak Kemarahan Xavier

    Plakk Suara tamparan terdengar begitu nyaring di telinga siapa saja yang mendengarnya. Pipi mulus nan putih itu kini tercetak gambar lima jari yang begitu kentara. Wanita yang baru saja di tampar, tampak memegangi pipinya yang terasa kebas dan panas. "K-au me-namparku Vi-er?" Tanyanya terbata. "Hmm, untuk menyadarkan di mana dan bagaimana posisimu sebenarnya," desis Xavier. Pria itu menatap nyalang nan tajam. Seolah akan menguliti kulit si wanita itu. Meylan yang dahulu bak seorang Ratu di mata Xavier, saat ini tak lebih bak seonggok sampah. Meylan masih menatap nanar pada pria itu. Pria yang menempati hatinya sejak dulu hingga saat ini. Hanya karena nafsu selewat, Meylan harus kehilangan semuanya. "A-ku tidak menyangka, jika kau akan berlaku seperti ini padaku! Aku mengaku bersalah karena telah lari di hari pernikahan kita, tapi apakah aku sama sekali tidak ada kesempatan lagi untukku," ucap Meylan mengiba pada Xavier. Tapi pria i

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier    Bab 47 - Rencana Busuk Meylan

    Sebelum pulang ke rumahnya. Perempuan itu menyempatkan pergi ke klinik untuk mengobati luka di tangannya. Dia merasa tangannya patah sebab ia sama sekali tidak bisa menggerakkan sikunya. "Bagaimana tanganku, Dok?" Tanyanya pada dokter yang kebetulan menangani tangannya. Dokter paruh baya itu tersenyum kecil. Luka di tangan wanita muda itu sudah di balut dengan perban. Serta di beri penyangga, untuk menyatukan kembali tulang yang bergeser. "Tanganmu akan sembuh. Hanya saja memerlukan waktu yang agak lama, dan perban di tanganmu jangan sampai terkena air, dan saya akan resepkan beberapa obat yang harus anda konsumsi," kata dokter. "Baik, terima kasih dok! Saya permisi." Meylan pun pergi dari klinik kecil itu. Setelah sebelumnya menebus beberapa resep obat yang akan di konsumsi. Tangannya mulai terasa nyeri. Berbeda ketika tadi. Saat ini, begitu terasa nyerinya. Wanita itu berhenti di depan mobilnya, bingung bagaimana dia akan pulang. "Bagai

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 48 - Menjebak Xavier

    Hari itu, Xavier sudah akan berangkat sejak pagi sekali. Hari ini jadwal dia sangat padat. Akan ada meeting di luar juga nanti sore. "Paman, tolong jaga Nandini. Hari ini aku akan sangat sibuk sekali dan kemungkinan makan siang serta makan malam di luar. Tolong paman pastikan dia makan dan meminum obatnya. Dan juga istirahat yang cukup," ujar Xavier pada Jordhan yang kala itu kebetulan berada di ruang tengah. Pria paruh baya itu mengangguk. Meyakinkan sang tuan, jika ia bisa menjaga nona mudanya dengan baik. Jordhan pasti akan melakukan hal terbaik bagi gadis itu. "Baik tuan. Anda tidak perlu khawatir. Nona pasti akan saya jaga dengan sangat baik," balas Jordhan tenang dan tegas. "Tuan mau sarapan di rumah atau di perusahaan?" Tanya Jordhan pada sang tuan muda. Xavier pun mengangguk. Lantas ia pun pergi dari sana. Nandini masih tertidur, baru kali ini ia belum terbangun padahal hari sudah cukup siang. "Aku sarapan di kantor saja paman. Siapkan sa

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 49 - Terenggutnya Mahkota Nandini

    Xavier keluar dari cafe itu dengan berjalan sempoyongan. Wajahnya sudah memerah menahan hasrat yang kian naik. Xavier terus merutuki kebodohannya, andai saja ia tidak mengadakan pertemuan di sana mungkin ini semua tidak akan terjadi. Tapi lagi dan lagi kata seandainya selalu menjadi bahan pembelaan seorang manusia. Setiap musibah tidak akan ada yang tahu. Begitu juga sesempurna apapun seorang Xavier Romanov jika waktunya celaka maka ia pun pasti akan celaka. "Sial sial sial! Brengsek siapa yang sudah berani menjebakku," maki Xavier. Meylan pun menyusul Xavier. Wanita itu melangkah dengan cepat supaya bisa mengimbangi langkah kaki pria tinggi besar itu. Dan usahanya pun berbuah manis, kini tangan wanita itu bisa menggapai lengan Xavier. "Sayang," panggil Meylan manjah pada Xavier. Otomatis Xavier menghentikan laju jalannya. Ia memutar tubuhnya, menatap wanita yang berstatus mantan istrinya itu. Xavier dapat melihat seringaian kecil di bibir wanita i

Bab terbaru

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+)

    Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+) “Bagaimana saksi, Sah?!” Tanya seorang penghulu kepada para saksi yang berada di sana. “Sah!” “Sah!” “Sah!” Kalimat Sah menggema, membuat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Senja. Alarich melihat hal itu, ia langsung menggenggam tangan mungil sang istri. Membuat Senja sadar jika ia tidak sendiri. Gadis yang sudah bergelar istri itu menoleh, menatap sang suami yang tersenyum manis kepadanya. Lelaki yang tidak pernah tersenyum itu, kini memberika senyumannya hanya untuk sang istri. “Alhamdulilah, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan untuk sang istri mencium tangan sang suami, dan suami mencium kening serta ubun-ubun istri anda,” ujar sang penghulu. Alarich maju, mendekati istrinya. Dengan tubuh bergetar menahan gugup Alarich mencium kening serta ubun-ubun sang istri. Begitu juga dengan Senja, dengan tangan yang gemetar, ia raih jemari sang suami. Men

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 95 - S2 - Menikah

    Bab 95 - S2 - Menikah Deg Senja langsung menoleh ke arah Alarich, ia bahkan menghentikan langkah kakinya. Menatap wajah yang senantiasa datar dan dingin itu, mencari kebohongan dari binar matanya yang tajam. Namun, Senja sama sekali tidak menemukan kebohongan tersebut, ia justru melihat ketulusan, kejujuran, dan keseriusan dari mata Alarich. Lantas Alarich membuka pintu ballroom, begitu pintu terbuka keluarga besar Romanov menyambutnya. Senja mematung di tempatnya berdiri,memandang bagaimana baiknya keluarga yang bahkan tak ada hubungan darah dengannya. Alarich meraih tangan Senja, dan membawanya masuk. Mata Senja sudah berkaca-kaca, melirik tangan yang di genggam oleh Alarich. “Tuan,” lirih Senja. “Mari masuk, mereka sudah menunggumu. Menunggu calon menantu baru di keluarga Romanov. Gadis yang selama beberapa tahun aku tunggu, tidak mungkin aku lepaskan untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, aku akan langsung mengikatmu dengan pernikaha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 94 - S2 - Lamaran

    Malam itu, Senja sudah siap dengan gaun yang sudah di siapkan oleh Alarich sebelumnya. Gaun berwarna lembut sangat cocok dengan karakter Senja. Jangan lupakan kerudung yang berwarna sama dengan gaunnya menambah kecantikan seorang Senandung Senja. Gadis berhijab itu di dandani oleh Sheinafia, wanita beranak satu itu begitu antusias kala mendengar Alarich hendak melamar Senja. Namun, mereka sengaja tidak mengatakan hal itu kepada Senja, sebab takut jika gadis tersebut menolaknya. “Ya Tuhan, kamu cantik sekali, Senja,” pekik Sheinafia yang membuat ketiga perempuan paruh baya yang kebetulan berada di kamar Senja sontak menoleh ke arah dua wanita muda itu. Nandini, Namilea, dan Melati tersenyum kala melihat Senja. Wajahnya yang cantik alami semakin bersinar kala Sheinafia membubuhkan make up flawless di wajah cantiknya. Namilea menghampiri keduanya, ia tersenyum lembut lantas mengusap puncak kepala Senja yang terbalut hijab. “Kamu cantik sekali, Nak

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich

    Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich Tidak terasa, sudah hampir dua minggu Senja tinggal di Mansion Romanov. Selama itu pula, Senja belum pernah kembali bertemu dengan Alarich. Entah kemana perginya lelaki dingin itu, pria pertama yang merangkulnya ketika ia terjatuh. “Senja, Nak,” panggil Namilea. Merasa ada yang memanggilnya, Senja pun menoleh. Ternyata ibu dari Alarichlah yang memanggil namanya. Senja tersenyum menyambut kedatangan Namilea yang kini duduk di sebelahnya. “Sedang apa, Nak? Ibu lihat dari tadi kamu duduk sendirian di sini? Kamu bosan?” Tanya Namilea hati-hati. Senja menggelengkan kepalanya,”Tidak ibu. Senja tidak bosan,” jawab Senja yang memang sekarang memanggil Namilea dengan panggilan ibu sesuai permintaan Namilea. Namilea pun tersenyum. Lantas mengangkat sebuah paper bag yang isinya entah apa. “Ini, tadi Alarich sebelum berangkat kerja dia menitipkan ini untuk kamu. Katanya, pakai nanti malam asisten Alarich a

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja

    Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja “Semuanya, perkenalkan … Senandung Senja.” Deg Mereka terdiam, tentu tidak menyangka jika gadis yang memilih untuk pergi dari kediaman Romanov, kini telah kembali. Alarich, menemukannya dan entah dimana lelaki tampan nan dingin itu menemukan keberadaan Senja. Berbagai spekulasi muncul di kepala para paruh baya itu. Namun, mereka senang sebab sepertinya Alarich mulai membuka hatinya. Namilea menghampiri keduanya, ia menatap tidak percaya gadis cantik yang berdiri di hadapannya itu. “Nak, benarkah kamu Senja? Gadis yang dulu masuk ke dalam mobil Alarich?” Tanya Namilea lembut. Senja terdiam, namun ia melirik Alarich yang berdiri tak jauh darinya. Alarich pun mengangguk. Senja tersenyum tipis, “ Ya, Nyonya. Maafkan saya karena dulu memilih untuk pergi dari sini. Maaf, bukannya saya tidak tahu berterima kasih, hanya saja … saya tidak mau terlalu jauh merepotkan kalian. Kalian terlalu

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 91 - S2 - Kebingungan Senja

    Bab 91-S2-Kebingungan Senja “Bagaimana, Senandung Senja?” tanya Alarich. Raut wajah lelaki itu terlihat begitu serius, Senja jadi bingung. Entah langkah apa yang harus ia ambil, semua terasa begitu mendadak. “Maafkan saya, Tuan. Tapi … mengapa anda begitu yakin jika saya adalah Senja yang anda cari? Bagaimana jika ternyata anda salah orang?” Tanya Senja pelan nan lembut. “Insting,” jawab Alarich singkat padat dan jelas. “Insting? Bagaimana bisa?” Lirih Senja yang masih bisa di dengar oleh Alarich. Alarich menatap Senja datar, “Kau Senandung Senja, perempuan yang tiba-tiba memasuki mobilku dan meminta pertolongan dari ibu dan saudara angkatmu itu.” Deg Senja mematung di tempatnya, tentu ia tidak lupa dengan kejadian itu. Di mana ia memasuki mobil Alarich dan meminta pertolongan kepada lelaki tampan itu. Dari kejadian itu pula, Senja merasakan bagaimana arti keluarga sesungguhnya. Hanya saja, karena merasa in

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 90 -S2- Mengajak Senja

    Deg “Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?” tanya Sheinafia pada sang suami yang tengah memakan mangga muda di waktu yang tak lazim yaitu jam delapan malam. Rain mengunyah habis mangganya sebelum ia menjawab pertanyaan sang istri. Sheinafia bahkan sampai meneguk ludahnya kasar kala melihat bagaimana Rain memakan mangga itu tanpa rasa kecut sedikitpun. Rain tersenyum lembut, dan membelai pipi sang istri dengan penuh kasih sayang. Tatapan Rain kepada Sheinafia sama sekali tidak pernah berubah. Penuh cinta dan juga kasih sayang, Rain yang dingin dan datar di luar nyatanya tidak berlaku untuk keluarga kecilnya. “Sayang, kamu masih ingat ketika mengandung Hazelnut, bukankah aku yang mengalami couvade syndrome. Sampai aku tidak bisa terbangun dan harus istirahat di atas tempat tidur selama satu bulan lamanya?!” Sheinafia diam, lalu tak lama kemudian ia mengangguk. Tentu masih segar di dalam ingatannya ketika ia mengandung Ha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 89 - S2 - Couvade Syndrom

    Alarich baru saja tiba di mansionnya, Sheinafia tampak tengah memangku Hazelnut. Sepertinya gadis kecil itu tengah demam. “Ada apa?” tanya Alarich pada Sheinafia. “Al, kamu sudah pulang? Dimana Rain? Aku kira kalian pulang sama-sama,” ujar Sheinafia yang terlihat lelah. Alarich mengambil alih tubuh Hazelnut, dan memang benar gadis kecil itu tengah demam. Alarich mengusap lembut punggungnya, membuat tangisan Hazelnut mereda. Setahu Alarich, keponakannya anak yang anteng. Walaupun ia tengah sakit, jarang sekali Hazelnut rewel seperti saat ini. “Kenapa, Sayang?” tanya Alarich lembut. “Daddy, dimana ayah? Kenapa ayah belum juga pulang?” tanyanya lirih. Alarich menatap Sheinafia, perempuan muda itu hanya mengedikkan bahunya. Tanda ia tak tahu kemana perginya sang suami, biasanya jam empat sore lelaki itu sudah pulang. “Sudah kamu coba menghubunginya, Shei? Tidak biasanya ia pulang telat seperti sekarang,” ucap Alarich datar.

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 88 - S2 - Rasa Yang Masih Sama

    Deg Jantung Alarich terasa berdenyut dengan cepatnya kala ia mendengar suara yang begitu di rindukan. Suara yang selama bertahun-tahun lamanya ia nantikan kehadirannya. Kini, Alarich mendengar kembali suara itu. Langkah kakinya yang tegas membawa ia mendekati sang keponakan. Anak dari kakak sepupu yang begitu ia sayangi seperti anaknya sendiri. “Daddy,” cicit Hazelnut. Air mata masih membasahi kedua pipi chubby Hazelnut. Alarich semakin mendekat, kini wajah itu wajah yang selalu di rindukannya itu ada dihadapan Alarich. Alarich berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi Hazelnut, tangan besarnya mengusap lembut air mata yang masih setia membasahi mata indahnya. Lutut gadis kecil nan cantik itu tampak mengeluarkan darah. “Are you ok?” tanya Alarich khawatir. Deg Kini gadis berhijab pastel itu yang merasakan degup jantungnya berpacu, bagaimana tidak. Suara yang ia dengar sekarang adalah pemilik nama yang setiap malam sering ia

DMCA.com Protection Status