Home / Pernikahan / Pengantin Kecil Tuan Xavier / Bab 105 - Pertemuan Abrian Dan Nandini

Share

Bab 105 - Pertemuan Abrian Dan Nandini

Author: Karlinanovi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

["Berikan di mana alamat Nandini!"]

Sepenggal pesan yang di kirim oleh Abrian pada Nandini. Rencananya sore nanti, setelah pulang bekerja. Abrian akan mengunjungi sang adik.

Rindu sudah membuncah di dalam dadanya. Ingin sekali ia peluk dan cium, tubuh yang sudah begitu lama ia rindukan. Dan berkata, jika ia begitu merindukannya.

"Kakak sangat merindukanmu. Semoga secepatnya kita bisa bertemu."

Ting!

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Abrian. Dan Xavier-lah sang pengirim pesan. Ia memberitahukan di mana letak alamat rumah sewa Nandini.

"Hah, rasanya waktu tidak berjalan. Aku ingin cepat-cepat menemui adikku."

Abrian mencoba fokus kembali bekerja. Ia tidak perduli di mana keberadaan Xavier. Ia mau bekerja atau tidak. Tidak ada bedanya sama sekali.

Sementara Xavier, tengah memperhatikan rumah Nandini. Ia berada di dalam mobilnya. Mata tajamnya menatap rumah itu.

"Kemana dia? Kenapa aku sama sekali tidak melihatnya keluar? Apa dia sakit?"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 106 - Di Culik

    "Ayah kemana ya, mengapa belum juga menjemputku," lirih Sheinafia seraya memperhatikan lalu lalang kendaraan. Gadis kecil itu terlihat duduk di sebuah kursi yang berjejer di sepanjang jalan itu. Melati sudah pulang duluan, sebab ia kesal pada adiknya itu. Dia tidak mau mengerti perasaan sang ibu. Mentang-mentang baru bertemu dengan ayahnya, membuat ia seketika melupakan sang ibu. Orang yang rela berkorban untuknya. Bahkan bila ia meminta nyawa, Nandini pasti akan memberikannya. "Assalamu'alaikum," ucap Melati begitu sampai di pagar rumahnya. Gadis remaja itu menatap pintu rumah yang masih tertutup. Lalu netranya beralih pada dua pria matang yang ada di teras rumahnya. Melati mendekati Xavier, matanya menatap nyalang pada pria itu. "Om, anda sedang apa di sini?" ucapnya ketus. Abrian menoleh, ia menatap gadis remaja yang Abrian perkirakan berusia antara 14-15 tahun. Gadis tersebut masih menatap nyalang pada Xavier. Membuat pria berambut gondrong

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 107 - Di Culik 2

    "Bagaimana? Apa kalian mendapatkan anak itu?" tanya seorang perempuan di seberang telepon. "Ya, kami akan segera membawanya ke tempatmu!" Perempuan itu pun tersenyum lebar. Akhirnya setelah penantian panjang. Dendam itu akan terbayar, lunas. Sementara itu, di perjalanan Sheinafia hanya diam saja. Ia memperhatikan jalan yang di laluinya, kebetulan rumah Meylan memang jauh berada dari rumah sewa Nandini selama ini. Gadis kecil berusia lima tahun itu, terus memperhatikan jalanan. "Paman, ini jalan kemana? Memangnya sejauh apa kantor ayahku, perasaan paman membawaku jauh sekali," ucap Sheinafia dengan mimik polosnya. Pria yang tadi berkata jika ia akan membawa gadis kecil itu kepada ayahnya, hanya diam saja. Ia sengaja tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan olehnya. Tinggal selangkah lagi, setelah mengantarkan gadis kecil itu, baik tugasnya maupun bosnya lunas sudah. "Paman, kenapa tidak menjawabku. Apa Paman mendadak bisu?" ujar gadis itu

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 108 - Penyelamatan

    Ckitt "Aww," pekik Nandini. Lalu secara tidak sadar ia memukul lengan Xavier. Kesal karena sudah berhenti seenaknya. Sehingga kepala dia terkantuk pada dasboard mobil. Xavier sendiri mematung, karena sang istri ternyata berani memukulnya. Marah? Tentu saja tidak, yang ada Xavier senang. Ia berharap sikap sang istri akan sedikit melunak padanya. "Maaf, maaf sayang aku tidak sengaja," ujar Xavier lalu melihat kening Nandini yang memerah. Xavier sedikit meringis kala melihat kening Nandini yang memerah. Sedang Abrian dan Arshaka yang berada di belakang mobil Xavier pun ikut berhenti. Mereka berdua menatap heran, sebab mobil Xavier belum juga maju,karena penasaran Abrian pun keluar untuk memastikan. "Ck, aku kira mereka bertengkar, tak tahunya!" gerutu Abrian begitu ia kembali masuk ke dalam mobilnya. Arshaka menatap heran pada sang sahabat. Lalu Abrian menatap pada Arshaka. Wajahnya masih terlihat kesal. "Kamu tahu, Ar. Aku kira mereka b

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 109 - Penyelamatan 2

    Plakk "Kau, anak kecil yang berani sekali heh! Berani sekali kau berbicara seperti itu padaku!" hardik Meylan seraya menjambak rambut Sheinafia. Xavier meradang, ketika melihat putrinya di perlakukan seperti itu. Ia lantas berdiri, tidak perduli lagi dengan teriakan Bara. Persetan dengan pria itu, Xavier hanya ingin pergi menyelamatkan sang putri. Tanpa mereka tahu, Nandini sudah masuk terlebih dahulu. Wanita itu masuk ketika Xavier dan yang lainnya fokus melihat layar tab Bara. Bahkan ketika Xavier beranjak, dia belum sadar keberadaan sang istri. "Vier tunggu Vier, jangan gegabah! Hey tunggu brengsek! Di mana istrimu!" teriak Abrian. Xavier berhenti melangkah. Lalu ia berbalik menatap ke tiga pria yang juga tengah menatapnya. Sedetik kemudian, mereka tersadar dan yakin jika Nandini pergi menyusul putrinya. "Sial! Tidak Bara jangan hentikan aku lagi. Aku akan masuk istri dan anakku berada dalam bahaya, wanita itu berbahaya!" pekik Xavier

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 110 - Terluka

    "Tidak." "Nandini." "Ibu." "Sayang. Ke empat pria dan juga Sheinafia memekik. Mereka menatap Nandini yang sudah terjatuh dengan darah yang mengalir dari lehernya. Xavier langsung melangkah lebar, dan memukul Meylan. Xavier sudah tidak perduli lagi meski dia adalah seorang wanita. Meylan sudah dengan beraninya menyentuh dua wanita yang paling berharga dalam hidupnya. Meylan tersungkur karena di pukul oleh Xavier, ketika hendak bangun Bara langsung memegangi kedua tangannya. Xavier mencengkram rahang Meylan dengan kedua tangannya, hingga membuat wanita itu meringis,"Ingat ini, kau akan membayar semua ini." Sementara Arshaka membuka ikatan di tangan Sheinafia, Abrian menghampiri sang adik. Beruntung pisau itu tidak terlalu dalam menancap di lehernya. Tetapi tetap saja, membuat pria itu meringis. "Dek, bertahan kakak mohon." Meylan di amankan oleh Bara, Arshaka menenangkan Sheinafia. Dan Xavier langsung menggendong Nandini dalam pelukannya.

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 111 - Terluka 2

    "Maafkan aku, Nandini. Semua salahku, izinkan aku untuk menebus semua kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu." Xavier tampak menggenggam tangan mungil Nandini. Sungguh ini semua seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Di mana ia bisa menggenggam tangan itu kembali. Xavier hanya berharap, jika ia masih bisa terus menggenggam tangan itu. Memeluk dan mencium harum tubuhnya. Penantian selama bertahun-tahun lamanya, akhirnya membuahkan hasil. "Ayah," suara lirih itu memanggil Xavier membuat pria itu segera beranjak ke arah sofa besar yang ada di ruangan VVIP itu. Putrinya tampak mengigau. Xavier menepuk halus punggung sang putri. Dan Sheinafia pun tampak kembali tertidur. * * Malam telah larut, baik Sheinafia maupun Xavier mereka tengah tertidur. Nandini mengerjapkan matanya. Ia membuka perlahan mata berwarna hazelnya. Nandini menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Lehernya sangat sakit sekali, sedang tenggorokan ter

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Kematian Meylan

    "Kau memang gila!" Xavier tertawa terbahak-bahak, kala Meylan berkata jika ia gila. Ya ia memang gila bila ada orang yang menyakiti orang-orang yang ia cintai dan sayangi. Meylan menatap takut. Perih di pipinya sudah tidak ia rasakan, saat ini ia hanya ingin pergi dari tempat terkutuk itu. "Baru sadar heh! Sudah aku peringatkan bukan sebelumnya, jika aku memang gila. Dan kau sama sekali tidak memanfaatkan kebaikan yang aku berikan padamu!" Xavier menatap nyalang pada Meylan. Berbeda dengan Meylan, ia menatap sendu pada pria yang ia cintai. Andai waktu bisa berputar kembali, tentu ia tidak akan berbuat kesalahan itu. "Maafkan aku Vier. Aku sungguh-sungguh menyesal, tidak dapatkah kau membiarkanku. Aku berjanji, jika aku tidak akan pernah kembali menganggumu." "Terlambat, Sayang. Kesempatan tidak akan datang tiga kali, andai kau memanfaatkan kesempatan yang aku beri kemarin untuk lebih memperbaiki hidupmu, tentu kau tidak akan berada di

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Kematian Meylan 2

    "Sudah Bri, ayok kita urus mayat adikmu. Sebagian dari tubuhnya sudah aku kantongi. Mungkin tidak semua yang akan aku kasihkan kepada peliharaan Xavier!" Abrian masih menangis bahkan ia sudah seperti anak kecil yang tidak di beri mainan. Xavier menatap kelakuan kakak iparnya itu lalu mendengkus kesal. Xavier lalu melangkahkan kakinya dan dengan tiba-tiba memukul Abrian. Bugh! Bara melotot kala Xavier memukul Abrian. Ia tidak menyangka jika pria itu akan memukul Abrian. "Vier, stop!" teriak Bara. "Kau bisa membunuhnya! Apa kau juga ingin melenyapkan sahabat kita hah! Ingat walau bagaimana pun, Abrian adalah iparmu brengsek!" Xavier diam. Ia menatap dingin pada Abrian. Lalu setelah itu, pria berambut gondrong itu pun pergi dari markasnya. Ia akan ke rumah sakit menemui dua wanita yang paling ia sayang dalam hidupnya. Setelah membersihkan diri, niatnya Xavier akan mengajak Abrian untuk pulang. Tapi yang ada dia malah menangisi kematian adiknya.

Latest chapter

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+)

    Bab 96 - S2 - Malam Pertama (21+) “Bagaimana saksi, Sah?!” Tanya seorang penghulu kepada para saksi yang berada di sana. “Sah!” “Sah!” “Sah!” Kalimat Sah menggema, membuat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Senja. Alarich melihat hal itu, ia langsung menggenggam tangan mungil sang istri. Membuat Senja sadar jika ia tidak sendiri. Gadis yang sudah bergelar istri itu menoleh, menatap sang suami yang tersenyum manis kepadanya. Lelaki yang tidak pernah tersenyum itu, kini memberika senyumannya hanya untuk sang istri. “Alhamdulilah, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan untuk sang istri mencium tangan sang suami, dan suami mencium kening serta ubun-ubun istri anda,” ujar sang penghulu. Alarich maju, mendekati istrinya. Dengan tubuh bergetar menahan gugup Alarich mencium kening serta ubun-ubun sang istri. Begitu juga dengan Senja, dengan tangan yang gemetar, ia raih jemari sang suami. Men

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 95 - S2 - Menikah

    Bab 95 - S2 - Menikah Deg Senja langsung menoleh ke arah Alarich, ia bahkan menghentikan langkah kakinya. Menatap wajah yang senantiasa datar dan dingin itu, mencari kebohongan dari binar matanya yang tajam. Namun, Senja sama sekali tidak menemukan kebohongan tersebut, ia justru melihat ketulusan, kejujuran, dan keseriusan dari mata Alarich. Lantas Alarich membuka pintu ballroom, begitu pintu terbuka keluarga besar Romanov menyambutnya. Senja mematung di tempatnya berdiri,memandang bagaimana baiknya keluarga yang bahkan tak ada hubungan darah dengannya. Alarich meraih tangan Senja, dan membawanya masuk. Mata Senja sudah berkaca-kaca, melirik tangan yang di genggam oleh Alarich. “Tuan,” lirih Senja. “Mari masuk, mereka sudah menunggumu. Menunggu calon menantu baru di keluarga Romanov. Gadis yang selama beberapa tahun aku tunggu, tidak mungkin aku lepaskan untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, aku akan langsung mengikatmu dengan pernikaha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 94 - S2 - Lamaran

    Malam itu, Senja sudah siap dengan gaun yang sudah di siapkan oleh Alarich sebelumnya. Gaun berwarna lembut sangat cocok dengan karakter Senja. Jangan lupakan kerudung yang berwarna sama dengan gaunnya menambah kecantikan seorang Senandung Senja. Gadis berhijab itu di dandani oleh Sheinafia, wanita beranak satu itu begitu antusias kala mendengar Alarich hendak melamar Senja. Namun, mereka sengaja tidak mengatakan hal itu kepada Senja, sebab takut jika gadis tersebut menolaknya. “Ya Tuhan, kamu cantik sekali, Senja,” pekik Sheinafia yang membuat ketiga perempuan paruh baya yang kebetulan berada di kamar Senja sontak menoleh ke arah dua wanita muda itu. Nandini, Namilea, dan Melati tersenyum kala melihat Senja. Wajahnya yang cantik alami semakin bersinar kala Sheinafia membubuhkan make up flawless di wajah cantiknya. Namilea menghampiri keduanya, ia tersenyum lembut lantas mengusap puncak kepala Senja yang terbalut hijab. “Kamu cantik sekali, Nak

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich

    Bab 93 - S2 - Pendekatan Alarich Tidak terasa, sudah hampir dua minggu Senja tinggal di Mansion Romanov. Selama itu pula, Senja belum pernah kembali bertemu dengan Alarich. Entah kemana perginya lelaki dingin itu, pria pertama yang merangkulnya ketika ia terjatuh. “Senja, Nak,” panggil Namilea. Merasa ada yang memanggilnya, Senja pun menoleh. Ternyata ibu dari Alarichlah yang memanggil namanya. Senja tersenyum menyambut kedatangan Namilea yang kini duduk di sebelahnya. “Sedang apa, Nak? Ibu lihat dari tadi kamu duduk sendirian di sini? Kamu bosan?” Tanya Namilea hati-hati. Senja menggelengkan kepalanya,”Tidak ibu. Senja tidak bosan,” jawab Senja yang memang sekarang memanggil Namilea dengan panggilan ibu sesuai permintaan Namilea. Namilea pun tersenyum. Lantas mengangkat sebuah paper bag yang isinya entah apa. “Ini, tadi Alarich sebelum berangkat kerja dia menitipkan ini untuk kamu. Katanya, pakai nanti malam asisten Alarich a

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja

    Bab 92 - S2 - Kembalinya Senja “Semuanya, perkenalkan … Senandung Senja.” Deg Mereka terdiam, tentu tidak menyangka jika gadis yang memilih untuk pergi dari kediaman Romanov, kini telah kembali. Alarich, menemukannya dan entah dimana lelaki tampan nan dingin itu menemukan keberadaan Senja. Berbagai spekulasi muncul di kepala para paruh baya itu. Namun, mereka senang sebab sepertinya Alarich mulai membuka hatinya. Namilea menghampiri keduanya, ia menatap tidak percaya gadis cantik yang berdiri di hadapannya itu. “Nak, benarkah kamu Senja? Gadis yang dulu masuk ke dalam mobil Alarich?” Tanya Namilea lembut. Senja terdiam, namun ia melirik Alarich yang berdiri tak jauh darinya. Alarich pun mengangguk. Senja tersenyum tipis, “ Ya, Nyonya. Maafkan saya karena dulu memilih untuk pergi dari sini. Maaf, bukannya saya tidak tahu berterima kasih, hanya saja … saya tidak mau terlalu jauh merepotkan kalian. Kalian terlalu

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 91 - S2 - Kebingungan Senja

    Bab 91-S2-Kebingungan Senja “Bagaimana, Senandung Senja?” tanya Alarich. Raut wajah lelaki itu terlihat begitu serius, Senja jadi bingung. Entah langkah apa yang harus ia ambil, semua terasa begitu mendadak. “Maafkan saya, Tuan. Tapi … mengapa anda begitu yakin jika saya adalah Senja yang anda cari? Bagaimana jika ternyata anda salah orang?” Tanya Senja pelan nan lembut. “Insting,” jawab Alarich singkat padat dan jelas. “Insting? Bagaimana bisa?” Lirih Senja yang masih bisa di dengar oleh Alarich. Alarich menatap Senja datar, “Kau Senandung Senja, perempuan yang tiba-tiba memasuki mobilku dan meminta pertolongan dari ibu dan saudara angkatmu itu.” Deg Senja mematung di tempatnya, tentu ia tidak lupa dengan kejadian itu. Di mana ia memasuki mobil Alarich dan meminta pertolongan kepada lelaki tampan itu. Dari kejadian itu pula, Senja merasakan bagaimana arti keluarga sesungguhnya. Hanya saja, karena merasa in

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 90 -S2- Mengajak Senja

    Deg “Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?” tanya Sheinafia pada sang suami yang tengah memakan mangga muda di waktu yang tak lazim yaitu jam delapan malam. Rain mengunyah habis mangganya sebelum ia menjawab pertanyaan sang istri. Sheinafia bahkan sampai meneguk ludahnya kasar kala melihat bagaimana Rain memakan mangga itu tanpa rasa kecut sedikitpun. Rain tersenyum lembut, dan membelai pipi sang istri dengan penuh kasih sayang. Tatapan Rain kepada Sheinafia sama sekali tidak pernah berubah. Penuh cinta dan juga kasih sayang, Rain yang dingin dan datar di luar nyatanya tidak berlaku untuk keluarga kecilnya. “Sayang, kamu masih ingat ketika mengandung Hazelnut, bukankah aku yang mengalami couvade syndrome. Sampai aku tidak bisa terbangun dan harus istirahat di atas tempat tidur selama satu bulan lamanya?!” Sheinafia diam, lalu tak lama kemudian ia mengangguk. Tentu masih segar di dalam ingatannya ketika ia mengandung Ha

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 89 - S2 - Couvade Syndrom

    Alarich baru saja tiba di mansionnya, Sheinafia tampak tengah memangku Hazelnut. Sepertinya gadis kecil itu tengah demam. “Ada apa?” tanya Alarich pada Sheinafia. “Al, kamu sudah pulang? Dimana Rain? Aku kira kalian pulang sama-sama,” ujar Sheinafia yang terlihat lelah. Alarich mengambil alih tubuh Hazelnut, dan memang benar gadis kecil itu tengah demam. Alarich mengusap lembut punggungnya, membuat tangisan Hazelnut mereda. Setahu Alarich, keponakannya anak yang anteng. Walaupun ia tengah sakit, jarang sekali Hazelnut rewel seperti saat ini. “Kenapa, Sayang?” tanya Alarich lembut. “Daddy, dimana ayah? Kenapa ayah belum juga pulang?” tanyanya lirih. Alarich menatap Sheinafia, perempuan muda itu hanya mengedikkan bahunya. Tanda ia tak tahu kemana perginya sang suami, biasanya jam empat sore lelaki itu sudah pulang. “Sudah kamu coba menghubunginya, Shei? Tidak biasanya ia pulang telat seperti sekarang,” ucap Alarich datar.

  • Pengantin Kecil Tuan Xavier   Bab 88 - S2 - Rasa Yang Masih Sama

    Deg Jantung Alarich terasa berdenyut dengan cepatnya kala ia mendengar suara yang begitu di rindukan. Suara yang selama bertahun-tahun lamanya ia nantikan kehadirannya. Kini, Alarich mendengar kembali suara itu. Langkah kakinya yang tegas membawa ia mendekati sang keponakan. Anak dari kakak sepupu yang begitu ia sayangi seperti anaknya sendiri. “Daddy,” cicit Hazelnut. Air mata masih membasahi kedua pipi chubby Hazelnut. Alarich semakin mendekat, kini wajah itu wajah yang selalu di rindukannya itu ada dihadapan Alarich. Alarich berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi Hazelnut, tangan besarnya mengusap lembut air mata yang masih setia membasahi mata indahnya. Lutut gadis kecil nan cantik itu tampak mengeluarkan darah. “Are you ok?” tanya Alarich khawatir. Deg Kini gadis berhijab pastel itu yang merasakan degup jantungnya berpacu, bagaimana tidak. Suara yang ia dengar sekarang adalah pemilik nama yang setiap malam sering ia

DMCA.com Protection Status