Share

Sentuhan Asing

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-10 07:33:44

“Yang benar saja, masa aku milikmu? Aku bukan barang!” Zanitha menekukan alisnya tajam menunjukkan tampang penolakan keras, dia menghempaskan tangan Ananta hingga terlepas cekalan pria itu dari pergelangan tangan.

“Kamu istriku! Aku berhak atasmu!” Ananta meninggikan suara.

“Ekhem ….” Dekheman seorang wanita membuat keduanya menoleh ke asal suara.

“Tuan Ananta … apa aku mengganggu?” Suara itu begitu lembut diucapkan oleh bibir yang sedang tersenyum dengan gincu merah.

Wanita cantik itu entah datang dari mana, begitu anggun dan seksi dengan tatapan mata sok polos seperti gadis-gadis dalam film dewasa.

“Ah enggak.” Ananta menjawab tapi datar.

Zanitha menatap wanita itu dari atas sampai bawah.

“Aku tidak mengerti Tuan, kenapa kamu ingin menggunakan jasaku padahal ada istrimu di sini?” Sekarang sorot mata Ani-Ani itu tampak menilai Zanitha dari atas hingga bawah.

Tidak sepolos tadi lagi.

“Maksudnya?” Zanitha spontan bertanya, dengan sorot mata menuntut penjelasan.

“Semenjak men
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
hahahahha,,,,sok sih
goodnovel comment avatar
Tiana
Duuhh si ayahhh wkwkwk… Ga tauu apa sang anak mo unboxing hahahaha…..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menjenguk Papi

    Saat Ananta masuk kembali ke kamar usai diskusi dengan Mathias, dia mendapati Zanitha sudah tertidur pulas.Ananta menyimpan kedua tangan sembari menatap Zanitha kesal.“Aku bilang jangan tidur dulu.” Pria itu menggerutu.Tapi memang malam sudah sangat larut dan besok mereka akan melakukan perjalanan udara belasan jam.Ananta merangkak naik ke atas ranjang melewati tubuh Zanitha.Sekuat tenaga Zanitha tidak bergerak karena sesungguhnya dia belum tidur.Dia hanya pura-pura karena belum siap bercinta dengan Ananta.Sampai usia dua puluh lima tahun hidupnya ini jangankan pria lain, papinya sendiri saja tidak pernah menyentuhnya.Sekalinya menyentuh Zanitha, Damar melabuhkan tamparan di pipi sang putra.Sungguh tragis memang nasib Zanitha.Dan ketika tadi Ananta menyentuhnya membuat seluruh syaraf Zanitha menegang.Ananta berbaring miring menatap punggung Zanitha, kilasan adegan dewasa tadi melintas di benaknya.Tubuh Zanitha yang mulus, seksi dan padat di tempat yang seharusn

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pamit

    “Papi … Nitha akan pergi, Ananta membawa Nitha ke Swiss … Nitha pamit, mungkin enggak akan pernah balik lagi ….” Zanitha menjeda karena dadanya terasa nyeri seperti dihantam sesuatu.Damar menatap lekat putrinya dengan genangan di mata.“Nitha enggak akan nyusahin Papi lagi, maafin Nitha kalau kehadiran Nitha di dunia ini malah mendatangkan penderitaan bagi Papi ….” Zanitha mengusap air matanya menggunakan punggung tangan dengan cepat.“Papi harus sehat ya … Papi lekas sembuh biar Nitha tenang.” Zanitha membungkuk lalu mengecup kening Damar.Damar tidak bergerak namun nafasnya memburu. Tetap bungkam sampai Zanitha keluar dari ruangan itu sambil berlinang air mata.Dan ketika pintu ruangannya ditutup oleh Zanitha dari luar, baru lah tangis Damar pecah.Air matanya mengalir deras, Damar menahan erangan tangisnya dengan menggigit bibir bawah.“Maafkan Papi, Nitha … maafkan Papi … Papi hanya enggak ingin kamu terus-terusan menderita, di bully mami dan Anin juga dilecehkan Aditya …

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Terbang Ke Zurich

    Zanitha masih mendengus kesal setelah ‘kejahatan’ Ananta di pemakaman tadi, tetapi wajahnya kembali berbinar saat melihat betapa mewahnya area boarding untuk First Class Suite yang mereka gunakan untuk penerbangan ke Swiss.Bandara memang penuh dengan hiruk-pikuk, tapi begitu mereka memasuki lounge eksklusif, suasana langsung berubah menjadi tenang, nyaman, dan elegan.“Ananta… kita benar-benar terbang dengan kelas ini?” bisik Zanitha, hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Lounge ini lebih mirip hotel bintang lima, dengan sofa mewah, layanan personal, dan berbagai makanan berkelas.Lagi-lagi Ananta hanya memberikan lirikan malas sebelum menyerahkan boarding pass kepada petugas.Zanitha langsung melihat tulisan First Class Suite pada tiketnya.“Duh… Aku suka hidup mewah,” Zanitha menggumam sambil tersenyum kecil, lupa akan kesedihan tadi di rumah sakit namun ekspresinya berubah saat Ananta menatap tajam. “Maksudku, ini keren sih, Ta.” Dia meluruskan lalu menyengir lucu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Tentang Keluarga Von Rotchschild

    Zanitha bangun lebih dulu, dia melewati Ananta saat hendak ke toilet.Turbulensi membuat Zanitha limbung dan nyaris menindih Ananta namun dia refleks menggunakan kedua tangannya untuk menopang tubuh di sisi kursi meski berakhir nyaris mencium bibir Ananta.Wajah mereka sangat dekat sekarang, dan dari jarak sedekat ini Zanitha bisa melihat detail wajah suaminya yang sangat … tampan.Zanitha sampai menahan nafas agar Ananta tidak terusik oleh hembusan nafasnya yang mungkin akan memburu karena jantungnya sedang berdebar kencang.Bulu mata Ananta cukup lebat dan lentik untuk ukuran pria, hidungnya yang mancung seperti perosotan TK dan bibirnya yang tipis pernah terasa di kulit leher juga di dada Zanitha.Sebelum Ananta terjaga, Zanitha berusaha bangkit dan melanjutkan niatnya ke lavatory.Dia membasuh wajah lalu menggosok giginya, entah sudah berapa jam mereka terbang, Zanitha lupa mengeceknya di layar televisi.Sorot matanya kembali menyendu mengingat pertemuannya dengan sang papi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Dunia Baru

    Begitu roda pesawat menyentuh landasan Zurich Airport, Zanitha mengembuskan napas panjang, seolah baru saja melewati fase besar dalam hidupnya.Ia menoleh ke jendela, matanya menatap takjub ke luar.Pegunungan Alpen yang jauh tampak membingkai kota dengan keindahan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Langit Zurich bersih dengan awan tipis menggantung, memberi kesan sejuk yang kontras dengan kelembaban Jakarta yang biasa ia rasakan.Zanitha menoleh ke samping, menatap Ananta yang masih tampak santai seperti tidak ada yang spesial.Tentu saja, bagi pria itu, ini bukanlah pengalaman pertama. Namun, bagi Zanitha, ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Swiss.“Turun,” suara Ananta terdengar dingin, memecah lamunan Zanitha.Zanitha mengikuti langkahnya, menuruni tangga pesawat dengan anggun meskipun jantungnya berdebar-debar.Begitu kakinya menyentuh landasan Zurich, angin musim semi yang sejuk menyapa wajahnya. Ia menghirup napas dalam-dalam, membiarkan udara sega

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Makan Malam Keluarga Von Rotchschild

    Begitu mobil mereka memasuki halaman mansion, Zanitha terpana melihat pemandangan di depannya.Meskipun mansion ini tidak sebesar Mansion Sebastian, tetap saja ukurannya luar biasa besar jika dibandingkan dengan rumah mewah pada umumnya.Bangunannya didominasi oleh kaca dan elemen kayu gelap, menciptakan kesan modern dan elegan.Lampu-lampu eksterior yang dipasang dengan presisi memberikan nuansa hangat, sangat kontras dengan kesan aristokratik dan kaku yang ia rasakan di mansion sang kakek.Pintu besar berlapis kayu ek mewah terbuka begitu mereka turun dari mobil. Seorang pria paruh baya dengan setelan hitam berdiri di depan pintu, membungkuk dengan hormat.“Selamat datang, Tuan Ananta dan Nyonya Zanitha. Saya Klaus, kepala pelayan di mansion ini. Saya telah menyiapkan segala sesuatu sesuai instruksi Tuan.” Suaranya dalam dan penuh wibawa seperti Heinz. Apa kepalanya pelayan di keluarga Von Rotchschild memiliki standar yang sama?Zanitha melirik ke arah Ananta yang hanya memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Perang Dingin Di Ranjang

    “Apa-apaan itu tadi, Ta? Aku seperti dikeroyok! Untung Kakek sangat ramah dan menerimaku dengan baik.”Zanitha berjalan mondar-mandir di dalam kamar, ekspresi wajahnya tampak frustrasi.Gaun elegan itu masih melekat di tubuhnya, namun ia sudah melepas heels yang tadi dia lempar ke sudut ruangan tanpa peduli.Sementara itu, Ananta duduk di tepi ranjang dengan ekspresi datar, membuka kancing atas kemejanya dengan santai. “Memangnya kamu mengharapkan mereka menyambutmu dengan bunga dan karpet merah?” tanyanya dengan nada setengah mengejek.Zanitha berhenti melangkah, menatapnya dengan sorot mata tidak percaya. “Seenggaknya aku berharap mereka bersikap netral! Bukan langsung menilaiku seperti aku ini orang asing yang mencoba merebut warisan keluarga mereka!”Ananta mendesah panjang, lalu menyandarkan tubuhnya ke headboard ranjang. “Itulah kenyataannya, Nitha. Aku udah bilang, mereka menginginkan posisi kakek dan meskipun kamu anak Ratu Inggris sekalipun, kamu akan mendapatkan skeptis

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pagi Yang Mengejutkan

    Pagi di mansion terasa begitu tenang, hanya terdengar kicauan burung di taman dan suara gemericik air dari pancuran kecil di halaman belakang saat Zanitha dengan langkah anggun menapaki anak tangga.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.Zanitha baru saja turun ke ruang makan ketika ia nyaris tersedak oleh pemandangan yang ia lihat.Meja makan sudah ditata dengan begitu rapi dan elegan. Taplak meja linen berwarna krem lembut, peralatan makan dari perak mengkilap, dan piring porselen dengan ukiran emas di pinggirnya tersusun sempurna. Di tengah meja, terdapat vas kristal berisi bunga putih segar yang tampak mahal.Namun yang paling membuatnya syok adalah bagaimana para pelayan berdiri di sisi meja dengan sikap penuh penghormatan, seolah ia adalah seorang putri kerajaan yang sedang menunggu suaminya untuk bersantap pagi.Zanitha menoleh ke pelayan yang berada paling dekat dengannya, seorang wanita berusia sekitar empat puluhan dengan wajah ramah.“Ini… benar-benar seperti ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16

Bab terbaru

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Janji

    Keesokan paginya, Zanitha bangun dengan perasaan bahagia. Ia menggeliat di ranjang, lalu menoleh ke samping.Ananta masih tidur.Kening Zanitha mengernyit. Sudah hampir siang, tapi pria itu bahkan belum bangun. Padahal mereka seharusnya pergi berjalan-jalan lagi hari ini.Zanitha duduk, lalu menggoyangkan bahu suaminya. “Ta, bangun. Kita jalan-jalan.”Ananta hanya menggumam pelan, tidak membuka matanya. “Nanti aja.”Zanitha mengerutkan kening. “Nanti kapan? Ini udah hampir siang, kita enggak bisa terus-terusan di kamar.”Ananta menarik selimutnya lebih erat. “Aku lelah, Nitha.”Zanitha mendengus kesal. “Aku ke sini buat jalan-jalan, bukan buat nungguin kamu tidur terus.”Ananta akhirnya membuka matanya, menatap istrinya dengan ekspresi datar. “Aku yang membayar liburan ini, jadi aku juga yang menentukan mau ngapain.”Zanitha terkejut mendengar kata-kata itu. Ia mengepalkan tangannya. “Kalau begitu, aku jalan sendiri!”Ia beranjak dar

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Honeymoon

    Udara pagi di Santorini begitu segar, angin laut yang lembut masuk melalui jendela besar yang dibiarkan terbuka semalaman.Langit masih dihiasi semburat jingga, pertanda bahwa matahari baru saja naik dari peraduannya.Namun, di dalam vila mewah tempat Ananta dan Zanitha menginap, kehangatan yang berbeda menyelimuti kamar mereka.Zanitha terbangun karena sesuatu yang menggelitik lehernya. Napas hangat Ananta menyentuh kulitnya, dan sebelum ia bisa sepenuhnya sadar, bibir suaminya sudah menelusuri bahunya dengan lembut dengan banyak kecupan."Ta..." Zanitha menggumam pelan, masih mengantuk.Ananta tidak menjawab. Pria itu terus menciumi bahu hingga ke leher, sementara tangannya yang besar dan hangat mengusap perut Zanitha yang sedikit membuncit dari dalam gaun tidurnya.“Kamu tidur nyenyak?” bisik Ananta di telinga Zanitha, suaranya rendah dan serak karena baru bangun tidur.Zanitha hanya mengangguk kecil, tetapi tubuhnya merespons dengan memiringkan kepala, memberi lebih banyak

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Berubah Pikiran

    Udara pagi di Zurich terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari baru saja muncul dari balik perbukitan, sinarnya yang lembut menerobos tirai jendela kamar utama di mansion Ananta. Di atas ranjang empuk berlapis linen mewah, Zanitha menggeliat pelan, matanya masih setengah tertutup ketika merasakan kehangatan familiar di sampingnya.Ananta.Pria itu masih terlelap, tubuhnya hanya terbungkus selimut hingga pinggang. Napasnya teratur, dada bidangnya naik turun dengan tenang. Sesaat, Zanitha hanya menatapnya, mengingat bagaimana beberapa bulan lalu ia tidak pernah membayangkan akan berbagi tempat tidur dengan pria yang awalnya terasa begitu asing baginya.Zanitha tersenyum kecil, lalu membalikkan tubuhnya, berniat untuk melanjutkan tidurnya lagi. Namun, sebelum ia benar-benar terlelap, suara berat dan serak khas Ananta terdengar di telinganya."Bangun, kita harus bersiap."Zanitha membuka mata dengan malas, masih tidak bergerak. "Hmmm? Buat apa? Ini masih pagi…

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Menggenggam Zanitha Lebih Erat

    Udara di Zurich pagi ini masih dingin, menyisakan embun tipis di kaca jendela ruang kerja Sebastian Von Rotchschild. Langit tampak sedikit gelap meskipun jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.Ananta berjalan dengan langkah tegap melewati koridor mewah mansion kakeknya. Suasana di rumah tua itu selalu terasa megah, klasik, tetapi juga mengandung hawa penuh intrik. Ia datang atas panggilan langsung dari Sebastian, sesuatu yang jarang terjadi kecuali ada hal yang benar-benar penting.Seorang pelayan membukakan pintu besar ruang kerja Chairman, memperlihatkan sosok Sebastian Von Rotchschild yang duduk di kursi kebesarannya, dikelilingi rak buku antik dan perapian yang masih menyala. Pria tua itu mengenakan setelan abu-abu dengan kemeja putih, tampak seperti biasa—tenang, penuh wibawa, dan sedikit mengintimidasi.“Ananta,” panggilnya tanpa menoleh, tangannya masih memegang secangkir kopi.“Kamu tahu ‘kan kenapa Kakek memanggilmu?” Sebastian membuka obrolan saat Ananta baru sa

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Kamu Adalah Duniaku

    Hari sudah malam ketika Ananta dan Zanitha tiba di mansion mereka.Langit Zurich tampak pekat, hanya diterangi oleh beberapa bintang yang terlihat samar di antara awan yang masih tersisa dari hujan yang sempat turun sore tadi.Ananta memarkir mobilnya di depan pintu utama, lalu keluar dengan ekspresi datar, sementara Zanitha masih diam di dalam, enggan turun.Ananta berjalan ke sisi pintu penumpang, membukanya, dan menatap istrinya yang menunduk, memainkan ujung jari di atas paha.“Kita sudah sampai,” katanya singkat.Zanitha menghela napas pelan, lalu akhirnya keluar dari mobil.Langkah Ananta memelan menunggu Zanitha sambil menjaganya, khawatir Zanitha terpeleset mengingat teras mansion yang licin sehabis hujan.Langkah Ananta dan Zanitha akhirnya masuk ke dalam mansion, disambut oleh suasana tenang yang hanya dipecahkan oleh suara langkah kaki mereka di lantai marmer.Begitu masuk ke ruang tamu, Zanitha tak bisa menahan pikirannya lagi. “Aku enggak habis pikir kenapa Elias

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Pria Lain Yang Mencintai Zanitha

    “Enak ‘kan kuenya?” Zanitha bertanya kepada Lena.Lena menganggukan kepala pelan.Detik berikutnya suara sirene ambulan yang menuju ke lantai ansion sebelah membuatnya menoleh.Kening Zanitha mengerut. Kenapa ada ambulans di sana?Dia bangkit dari kursinya diikuti Lena, mereka berdua mengawasi ambulan yang kini terparkir di pintu utama mansion.Saat keduanya masih dilanda tanda tanya besar, Klaus datang membawa satu pizza berukuran besar.“Klaus, siapa yang sakit di mansion sebelah?” tanyanya dengan nada khawatir.Klaus, yang selalu memiliki informasi tercepat, menjawab dengan tenang, “Tuan Elias, Nyonya. Dia… melakukan percobaan bunuh diri barusan.” Raut wajah Klaus tampak datar.Mata Zanitha melebar. “Apa?!”Jantungnya mencelos. Elias mencoba mengakhiri hidupnya?Kenapa?Apa yang membuatnya sampai seperti itu?Petugas medis baru saja keluar dari mansion sambil membawa tandu di mana sudah bisa dipastikan kalau Elias yang ada di atas tandu itu.Zanitha tidak bisa berbuat

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Bukan Pilihan

    Elias duduk di dalam kamar pribadinya di mansion keluarga Simon, menatap kosong ke arah gelas anggur yang hampir habis.Pagi ini begitu sunyi bahkan tidak terdengar suara burung berkicau di luar sana seolah mencerminkan kekosongan dalam hatinya.Di antara bayangan gelas kristal yang bergetar di tangannya, pikirannya terus berputar.Zanitha.Perempuan berparas cantik, baik hati, selalu ceria dan sayangnya adalah istri dari kakak sepupunya sehingga dia tidak bisa memiliki perempuan itu.Padahal Elias telah melakukan segalanya, mencoba menjadi sosok yang lebih baik, mencoba menunjukkan bahwa dia bisa menjadi pria yang lebih baik daripada Ananta. Namun, tetap saja….Zanitha tidak melihatnya. Tidak pernah sekalipun menempatkan namanya di hati perempuan itu atau menjadi pilihan disandingkan dengan Ananta.Tidak pernah.Di hati Zanitha hanya ada Ananta, suaminya yang dingin, kaku bahkan tidak bersahabat.Meski begitu Elias salut dengan perjuangan Ananta menjemput Zanitha ke privat i

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Rindu Di Dalam Hati

    Begitu mereka tiba di ruang makan, suasana langsung menjadi hidup. Madame Cécile Laurent, Giovanni De Luca, dan Marcel Fournier sudah duduk di kursi mereka, menikmati sarapan mewah di meja panjang yang menghadap ke laut.Begitu melihat Zanitha dan Ananta datang dengan tubuh dan wajah segar mengenakan pakaian casual tapi elegan ala old money, bibir mereka bertiga pun tersenyum.“Ah, akhirnya pasangan ini bergabung dengan kami,” ujar Giovanni sambil mengangkat gelasnya. “Kami sempat khawatir kalian akan memaksa terbang saat badai tadi malam.”Madame Cécile menatap Zanitha dengan penuh kebanggaan. “Cherie, kamu benar-benar luar biasa. Kamu tidak hanya menjadi wajah dari proyek ini, tapi juga membuktikan profesionalismemu.”Cherie adalah panggilan kesayangan Madame Cécile kepada Zanitha karena bibir Zanitha yang plumpy seperti buah Ceri.“Dan yang lebih mengesankan,” tambah Marcel Fournier, “adalah bagaimana kamu tetap setia pada suamimu, bahkan ketika banyak mata yang mencoba menggi

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Terjebak Di Pulau Terpencil

    Pagutan Ananta tidak berhenti hanya melahap bibir Zanitha namun kemudian beralih ke bagian rahang dan lehernya pun menjadi sasaran keganasan hasrat pria itu.Sementara tangannya mengusap paha Zanitha membawa gaun dengan belahan hingga ke paha naik terus hingga ke pinggang.“Ta …,” desah Zanita saat jemari Ananta mengusap bagian intinya dari luar celana dalam.“Dokter enggak pernah melarang kita bercinta, kan?” Ananta berbisik di depan wajah Zanitha.“Enggak?” Zanitha menjawab parau, menelan saliva kelat. Tidak bisa Zanitha pungkiri, dia juga menginginkan itu.Lalu dengan satu tarikan lembut, Ananta berhasil melepaskan kain berenda Zanitha di bawah sana.Bibirnya mulai turun dari leher ke bagian dada usai berhasil menarik sleting di belakang punggung Zanitha membuat dua bongkahan besar yang tidak memakai bra itu tampak nyata di depan mata Ananta.Ananta merematnya dengan lembut sementara bagian yang satu lagi dia raup menggunakan mulutnya, memainkan lidahnya di sana.“Kenapa in

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status