Langit hari ini begitu cerah, seakan membenarkan kenyataan yang sekarang terasa ringan tanpa beban. tapi tak membuat seorang wanita cantik yang kini terbaring koma di rumah sakit, pasca terkena tembakan di tubuhnya.
Seorang wanita menangis melihat keadaan sahabatnya, ia genggam tangan sahabatnya seakan memberi kekuatan untuk kembali sadar.Seorang pria memegang lembut kedua pundaknya, tanpa perlu wanita itu menoleh, ia sudah bisa menebak tangan siapa itu."Aku merasa sangat bersalah padanya, dan berhutang nyawa om." ucap gadis itu dengan badan bergetar karena tangis yang tak mau berhenti."Sabar sayang, kita harus mendoakannya agar cepat sadar dari komanya." wanita itu mengangguk.Dokter masuk ke ruangan pasien dimana Eka terbaring koma. "keluarga pasien Eka." Abraham dan Ivy mengangguk."Pasien wanita yang satu lagi berhasil melewati operasinya dengan lancar, dan sekarang juga masih dalam keadaan koma." rahang Abraham mengeras mendengarnya."ItJari tangan Eka bergerak, wanita itu seakan bermimpi mengingat kejadian yang ia alami, dari saat penyiksaan Chintya padanya.Hingga kejadian saat dia menembak tantenya sendiri, tangannya semakin bergerak, dan keningnya berkerut serta berkeringat dingin.Kejadian itu seakan berputar di ingatannya, tak lama matanya terbuka melotot. saat membuka matanya, yang ia lihat adalah langit-langit atap rumah sakit.Pintu terbuka, Javi masuk ke dalam ruang rawat inap Eka, Javi kaget begitu melihat Eka sudah sadar dari komanya, dengan cepat ia memanggil dokter dan suster.Tak lama dokter dan suster pun masuk untuk melihat kondisinya, selagi Eka di periksa, Javi memilih untuk keluar dan mengabari Ivy juga Abraham.Ya, setelah berhasil membujuk Ivy untuk pulang ke rumahnya, dan Javi lah yang menyodorkan diri untuk menjaga Eka."Bagaimana keadaannya?" tanya Jennie pada Javi."Masih di periksa dokter." "Ah, syukurlah dia sudah sadar dari komanya." ungkap kel
1 Tahun kemudian...Hari yang di nanti sudah tiba, hari pernikahan Ivy dan Abraham. Yupsss, setelah insiden itu, Ivy memutuskan untuk menunda pernikahan mereka. dan memilih untuk meneruskan pendidikannya yang tinggal semester akhir, Ivy berjanji setelah ia dan Eka lulus, maka Ivy akan menikah dengan Abraham.Awalnya Abraham menolak rencana Ivy, tapi begitu mendengar ancaman Ivy jika Abraham menolak keinginannya, maka Ivy tidak akan pernah mau menikah dengannya. tentu saja Abraham tidak mau, dengan berat hati Abraham menurutinya meskipun harus menunggu waktu yang memakan lama, 1 tahun berasa seperti 1 abad.Kini setelah Ivy dan Eka sudah wisuda, seminggu kemudian acara pernikahan Ivy langsung di lakukan. Ivy terlihat begitu cantik sekali, dengan balutan gaun putih super indah sederhana, namun terkesan mewah. Abraham sendiri tampak sangat tampan dan gagah, terlebih lagi terlihat dewasa dan hot.Ivy berdiri dengan memegang sebuah buket bunga, ia tampak te
21+ Setelah acara resepsi pernikahan selesai, pengantin baru pulang ke rumah Abraham, yang akan menjadi tempat yang di tinggali Ivy bersama keluarga kecilnya. Ivy sangat setuju, karena dengan begitu ia masih tetap berdekatan bersama kedua orang tuanya, yang memang tetanggaan dengan Abraham."Akhirnya sampai juga," ucap Abraham lega."Sini sayang!" titah Abraham menyuruh Ivy untuk duduk di dekatnya.Ivy menggeleng membuat Abraham cemberut. "gerah Om." "Ya sudah, ganti baju sana gih, kan barang-barang kamu juga udah di pindahkan kesini kemarin." Ivy mengangguk dan berjalan ke arah kamar mereka.Ivy tercengang saat membuka pintu kamar, kamarnya di hias begitu indahnya sebagai tanda kamar pengantin baru. ia tersenyum melihat keindahan kamar yang di hias, Ivy menebak pasti ini Jennie dan Eka yang mengerjakannya."Kamu suka?" tanya Abraham yang tiba-tiba datang memeluk tubuh Ivy dari belakang."Suka banget om," jawab Ivy matanya masih terhipnoti
Ivy bangun di pagi harinya dengan tubuh yang berasa remuk, ia meringis perih merasakan di daerah selangkangannya saat dirinya perlahan bergerak."Awwhh!" rintih Ivy kesakitan.Ia tidak menyangka akan seperti ini rasa sakitnya setelah melepas status perawan, Abraham mulai terusik dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara Ivy."Sayang." ucapnya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa sangat mengantuk sekali.Bagaimana tidak mengantuk?
"Aku bersumpah akan menjadikannya milikku seutuhnya, dan tak akan pernah ku lepaskan!" amuk seorang pria tampan.Ia sangat marah sekali saat mengetahui, gadis yang saat ia cintai melarikan diri ke Singapura.Selama ini ia selalu melindungi gadis itu diam-diam,tanpa sepengetahuan siapapun, baik sang gadis ataupun keluarganya.Ia selalu menutupi rasa sukanya di balik sifat dinginnya, namun sang gadis salah dalam menilainya, hingga ia lebih memilih kabur darinya."Ivyyyyyyyyy!!!!" teriaknya kencang.Di tempat lain, lebih tepatnya Singapura. seorang gadis duduk bersama dengan nenek- kakeknya.Mereka terlihat asyik sekali mengobrol, namun raut wajah yang terpancar dari sang gadis adalah kesedihan.Masih teringat jelas sekali sikap dingin seorang pria yang sangat di cintainya, hingga ia lebih memilih kabur mengasingkan diri ke sini agar hatinya bisa tenang, dan melupakannya.
Ivy, gadis cantik itu tengah mengintip seorang pria tampan, Abraham atau yang biasa di panggilnya dengan sebutan om Bram.Om Bram tetangga super duper gantengnya, memiliki tubuh kekar berotot, wajah tampan, dan yang paling penting daya tariknya yang memikat, lewat tatapan matanya yang tajam mampu meluluhkan diri Ivy.Ivy menahan nafasnya yang tercekat, tatkala melihat Abraham yang sedang berganti baju."OMG!" Ivy syok saat Abraham membuka kaosnya, lewat teropong miliknya terlihatlah tubuh atletis Bram, perut kotak-kotaknya yang sixpack.Saat akan membuka celananya, Ivy tidak beranjak pergi dari jendela, hanya menutup kedua matanya.Setelah di rasa cukup, ia pun membuka matanya, dan tak melihat Abraham di kamarnya. "ah, mungkin sedang mandi." tebak Ivy. Ia pun juga ikut bersiap-siap, rencananya pagi ini ia harus bisa berangkat bareng Abraham, Ivy tersenyum-senyum mengingat wajah Bram.Ivy sudah siap dengan seragam sekolah SMA-nya, ia lari buru-b
5 tahun kemudian...Ivy kembali ke Indonesia, kini ia akan melanjutkan pendidikannya disini, selain itu ia juga merindukan kedua orang tuanya.Ivy yang sekarang tambah cantik, dan semakin terlihat dewasa, siapa pun yang melihatnya pasti jatuh hati."Mama, Ivy rindu!" ia memeluk ibunya begitu sampai rumah."Oh sayang, mama juga rindu kamu." mamanya ikut balas memeluknya, dan mencium seluruh wajahnya."Mama jahat! gak pernah sama sekali datang ke Singapura." ucap Ivy manyun."Uluh-uluh anak mama, sini peluk lagi." sang mama membuka kedua tangannya lebar-lebar, yang langsung di sambut hangat Ivy."Yaudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih, pasti capek kan?" Ivy mengangguk, dan beranjak ke kamarnya.Sampai di kamarnya, ia tercengang karena nuansa kamarnya, masih seperti 5 tahun yang lalu. ia melihat ke arah jendela, yang langsung menuju kamar Abraham.Ivy mendengus, tatkala mengingat orang, yang menjadi alasannya pergi ke Singapura.
Abraham tak bisa menahan lagi keinginannya, Ivy terlihat begitu menggiurkan di hadapannya.Dengan pakaian yang sangat seksi menggoda, Abraham tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi.Gerakan sensual Ivy yang nakal, mampu membuat Abraham, menjadi tak bisa mengendalikan dirinya.Baiklah, Abraham sudah tidak tahan lagi, dengan pelan tapi pasti Abraham naik ke atas ranjang.Ia memulai semuanya, saat Abraham ingin memasukkan miliknya, ke milik Ivy. tiba-tiba saja ranjangnya bergoyang, dan..."Aduh!" Abraham terjatuh ke lantai."Ah sial, ternyata cuma mimpi." gerutu Abraham sambil mengacak-acak rambutnya.Ada apa dengan dirinya, sampai bermimpi seperti itu bersama Ivy, shiiittt milik Abraham benar-benar tegang hanya karena mimpi sialan itu.Abraham pun segera membersihkan tubuhnya, dan menjernihkan pikiran ya. masih ingat dengan jelas, mimpinya bersama Ivy.Setelah selesai, Abraham dengan cepat mengenakan pakaian kantornya. sambil
Ivy bangun di pagi harinya dengan tubuh yang berasa remuk, ia meringis perih merasakan di daerah selangkangannya saat dirinya perlahan bergerak."Awwhh!" rintih Ivy kesakitan.Ia tidak menyangka akan seperti ini rasa sakitnya setelah melepas status perawan, Abraham mulai terusik dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara Ivy."Sayang." ucapnya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa sangat mengantuk sekali.Bagaimana tidak mengantuk?
21+ Setelah acara resepsi pernikahan selesai, pengantin baru pulang ke rumah Abraham, yang akan menjadi tempat yang di tinggali Ivy bersama keluarga kecilnya. Ivy sangat setuju, karena dengan begitu ia masih tetap berdekatan bersama kedua orang tuanya, yang memang tetanggaan dengan Abraham."Akhirnya sampai juga," ucap Abraham lega."Sini sayang!" titah Abraham menyuruh Ivy untuk duduk di dekatnya.Ivy menggeleng membuat Abraham cemberut. "gerah Om." "Ya sudah, ganti baju sana gih, kan barang-barang kamu juga udah di pindahkan kesini kemarin." Ivy mengangguk dan berjalan ke arah kamar mereka.Ivy tercengang saat membuka pintu kamar, kamarnya di hias begitu indahnya sebagai tanda kamar pengantin baru. ia tersenyum melihat keindahan kamar yang di hias, Ivy menebak pasti ini Jennie dan Eka yang mengerjakannya."Kamu suka?" tanya Abraham yang tiba-tiba datang memeluk tubuh Ivy dari belakang."Suka banget om," jawab Ivy matanya masih terhipnoti
1 Tahun kemudian...Hari yang di nanti sudah tiba, hari pernikahan Ivy dan Abraham. Yupsss, setelah insiden itu, Ivy memutuskan untuk menunda pernikahan mereka. dan memilih untuk meneruskan pendidikannya yang tinggal semester akhir, Ivy berjanji setelah ia dan Eka lulus, maka Ivy akan menikah dengan Abraham.Awalnya Abraham menolak rencana Ivy, tapi begitu mendengar ancaman Ivy jika Abraham menolak keinginannya, maka Ivy tidak akan pernah mau menikah dengannya. tentu saja Abraham tidak mau, dengan berat hati Abraham menurutinya meskipun harus menunggu waktu yang memakan lama, 1 tahun berasa seperti 1 abad.Kini setelah Ivy dan Eka sudah wisuda, seminggu kemudian acara pernikahan Ivy langsung di lakukan. Ivy terlihat begitu cantik sekali, dengan balutan gaun putih super indah sederhana, namun terkesan mewah. Abraham sendiri tampak sangat tampan dan gagah, terlebih lagi terlihat dewasa dan hot.Ivy berdiri dengan memegang sebuah buket bunga, ia tampak te
Jari tangan Eka bergerak, wanita itu seakan bermimpi mengingat kejadian yang ia alami, dari saat penyiksaan Chintya padanya.Hingga kejadian saat dia menembak tantenya sendiri, tangannya semakin bergerak, dan keningnya berkerut serta berkeringat dingin.Kejadian itu seakan berputar di ingatannya, tak lama matanya terbuka melotot. saat membuka matanya, yang ia lihat adalah langit-langit atap rumah sakit.Pintu terbuka, Javi masuk ke dalam ruang rawat inap Eka, Javi kaget begitu melihat Eka sudah sadar dari komanya, dengan cepat ia memanggil dokter dan suster.Tak lama dokter dan suster pun masuk untuk melihat kondisinya, selagi Eka di periksa, Javi memilih untuk keluar dan mengabari Ivy juga Abraham.Ya, setelah berhasil membujuk Ivy untuk pulang ke rumahnya, dan Javi lah yang menyodorkan diri untuk menjaga Eka."Bagaimana keadaannya?" tanya Jennie pada Javi."Masih di periksa dokter." "Ah, syukurlah dia sudah sadar dari komanya." ungkap kel
Langit hari ini begitu cerah, seakan membenarkan kenyataan yang sekarang terasa ringan tanpa beban. tapi tak membuat seorang wanita cantik yang kini terbaring koma di rumah sakit, pasca terkena tembakan di tubuhnya.Seorang wanita menangis melihat keadaan sahabatnya, ia genggam tangan sahabatnya seakan memberi kekuatan untuk kembali sadar.Seorang pria memegang lembut kedua pundaknya, tanpa perlu wanita itu menoleh, ia sudah bisa menebak tangan siapa itu."Aku merasa sangat bersalah padanya, dan berhutang nyawa om." ucap gadis itu dengan badan bergetar karena tangis yang tak mau berhenti."Sabar sayang, kita harus mendoakannya agar cepat sadar dari komanya." wanita itu mengangguk.Dokter masuk ke ruangan pasien dimana Eka terbaring koma. "keluarga pasien Eka." Abraham dan Ivy mengangguk."Pasien wanita yang satu lagi berhasil melewati operasinya dengan lancar, dan sekarang juga masih dalam keadaan koma." rahang Abraham mengeras mendengarnya."It
"Bukankah ini sandal milik Ivy yang kita belikan untuknya?" tanya Javi pada Jennie.Jennie melihat sandal itu dan mengangguk, mereka menemukan sandal itu tepat di jalanan saat Abraham dan Ivy akan di culik. sepertinya Ivy memang sengaja melepaskan sandalnya yang sebelah."Apakah mungkin mereka di culik?" tebak Javi mengingat jalanan ini sepi, jarang di lewati orang."Aku rasa juga begitu, tapi... siapa yang menculik mereka?" ucap Jennie penasaran."Ini semua sudah di rencanakan." tebak Jamil.Javi menoleh ke arahnya dan mengangguk. "seseorang telah mengutus para bodyguard palsu untuk mengantarkan Abraham dan Ivy."Tebakan Javi tepat sasaran. "kau benar! sedari awal aku sudah curiga, banyak musibah yang menimpa kami sewaktu perjalanan menuju alamat rumah mu.""Sekarang kita harus memikirkan bagaimana caranya menemukan keberadaan Abraham dan Ivy."
Abraham dan Ivy tersentak sadar dari pingsannya, saat dengan kasarnya para bodyguard palsu tersebut menyiramkan air ke tubuh mereka. Abraham meringis menahan perih pada wajahnya yang lebam, dan nyaris hancur.Ivy sendiri masih berusaha mengumpulkan kesadarannya penuh, rasa pusing masih terasa berdenyut sakit di kepalanya.Tap... tap... tap...Suara derap langkah kaki yang memakai heels beradu dengan lantai, menimbulkan bunyi tuk tuk. pintu terbuka dan menampilkan wajah seorang wanita. wanita itu tersenyum bahagia melihat ketidak berdayaan Abraham dan Ivy.Suara tepuk tangan membuat kepala Ivy dan Abraham mendongak, keduanya kaget saat melihat siapa yang bertepuk tangan tersebut.Ivy dengan rasa tidak percayanya, dan Abraham dengan rasa kaget yang luar biasanya."Tante?""Chintya?"Ucap Ivy dan Abraham bersamaan, saat memanggil wanita itu, wani
Mobil para bodyguard yang mengikuti di belakang, tiba-tiba saja menghadang mobil Abraham. Abraham merasa heran spontan, sedangkan Ivy sudah pucat pasi, apa yang dia khawatirkan sepertinya menjadi nyata.Para bodyguard mengetuk pintu kaca jendela mobil Abraham, Abraham membukanya dan langsung mendapatkan bogem mentah dari salah satu bodyguard. Ivy menjerit histeris menyaksikan itu semua, gantian kaca jendela mobil Ivy yang di ketuk salah seorang bodyguard lainnya, Abraham menggeleng mengisyaratkan agar jangan di buka sambil meringis menahan perih wajahnya yang di tinju.Bodyguard itu memberi isyarat dengan tangannya seakan menantang Abraham untuk keluar dan melawannya, dengan berani Abraham keluar dan langsung membalas meninju pria tersebut.Namun hal itu tak berlangsung lama, saat para bodyguard lainnya memegang tubuh Abraham, ini tidak adil namanya, main keroyokan. batin Abraham."Ada apa dengan kalian?" tanya Abra
"Sayang...," panggil Abraham pada Ivy.Abraham memeluk tubuh Ivy dari belakang, saat ini mereka sedang berdiri di teras rumah Javi, sedangkan dua mahluk kepo itu pergi ke kebun seperti biasa.Ivy membalikkan badannya menghadap Abraham. "iya om?" Ivy menatapnya dengan penuh tanda tanya."Kita pulang yuk!" ajak Abraham berharap Ivy mau.Ivy menghela nafasnya. "bukannya Ivy gak mau om, tapi Ivy takut jika peneror itu tau Ivy kembali dekat sama om, aku gak mau kalian terluka." ucapnya lirih."Terus harus sampai kapan lagi? memang kamu gak kangen sama mama, papa kamu? sama keluarga aku juga?""Tentu saja Ivy kangen om, kangen banget malah, sama teman-teman Ivy juga." jelas Ivy seakan membayangkan wajah mereka semua.Mendengar kata teman yang keluar dari mulut Ivy, Abraham kembali teringat dengan pesan yang Eka kirim padanya dini hari tadi."Oh ya s