"Kalian ingin pergi kemana?" tanya Ivy yang melihat Javi dan Jennie sudah rapi.
"Ah kami mau ke kebun sekalian mengantar barang pesanan ke pasar." jawab Jennie."Aku ikut!" ucap Ivy yang langsung masuk ke dalam mobil pick up Javi.Jennie memandang ke arah Javi, pria itu hanya tersenyum dan menyuruh Jennie untuk masuk ke dalam.Javi mengunci pintu rumahnya lalu masuk ke dalam mobil, ia duduk di balik kemudi setir."Kau yakin ingin ikut kami ke kebun lalu ke pasar?" tanya Jennie."Yakin dong." jawab Ivy mantap.Duduk bertiga seperti ini sangatlah sempit, Jennie terpaksa harus duduk di tengah-tengah Ivy dan Javi, tak Mungin ia duduk di belakang yang nantinya tempat sayur-sayuran dan buah-buahan.Tak membutuhkan waktu lama mereka sudah sampai di kebun, Jennie dan Javi bersiap-siap memetik sayuran dan buah yang akan di jual ke pasar."Waaaahh, kebun kalian lumayan besar." puji Ivy melihat luasnya kebun milik Javi dan Jennie."Ya begitulahJavi dan Ivy saling menatap satu sama lain, raut wajah keduanya tampak tegang dan sesekali melirik seorang wanita yang sedang berkutat di dapur.Javi menggeleng membuat Ivy bingung, sementara Jennie masih asyik dengan acara memasak olahan ikannya, yang berhasil ia dapatkan setelah melalui proses perdebatan panjang dengan Javi.Awalnya Javi dengan tegas menolak keinginan Jennie, tapi berkat Ivy lah yang mengatakan tidak ada salahnya jika Jennie mau memasak ikan itu. siapa tau masakan Jennie sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, Jennie pun berteriak kesenangan."Aku tidak mau mengambil resiko apapun Ivy, karena aku sudah mengingatkan mu di pasar betapa mengerikannya masakan sepupu ku itu!" ucap Javi berbisik ke arah Ivy."Apakah seburuk itu?" tanya Ivy mulai di landa rasa takut."Pilihannya hanya dua! rumah sakit atau kuburan?" tawar Javi."Pilihan yang sungguh mengenaskan."ucap Ivy meringis."Apakah kita harus menghentikannya?" Javi mengen
Eh! gak terasa udah part 23 Mau sampai part berapa nih endingnya? Happy reading!Pov Ivy.Pagi harinya Jennie dan Javi sudah rapi dengan pakaian serba hitam. "Kalian mau pergi kemana?" tanyaku pada mereka."Oh, kami mau melayat Ivy. kau mau ikut?" tawar Jennie padaku."Siapa yang meninggal?" "Salah satu warga yang tinggal di desa ini, namanya pak Herman. dia adalah orang yang sangat baik sekali, meninggal tadi malam sekitar jam 10 malam." jelas Javi."Dan aku dengar-dengar katanya beliau meninggal karena penyakit jantung Jav!" kata Jennie."Huuusss, tidak baik membicarakan hal yang buruk kepada orang yang sudah meninggal." "Aku bukan gosip Jav, hanya menyampaikan apa yang aku dengar dari para warga lainnya." ucap Jennie membela diri."Kau jadi ikut tidak Ivy?" tanya Javi tidak memperdulikan ucapan Jennie padanya."Baiklah, aku ikut! tunggu
Abraham pov.Ah ternyata aku tidak salah melihat, dia benar-benar ivyku. cintaku! dengan cepat aku melangkahkan kaki ku mendekat padanya, ku lihat tidak ada ekspresi yang terpancar di wajahnya. aku tertegun, apa dia tidak merindukanku? Setelah dekat langsung saja ku peluk tubuhnya dengan sangat erat, seakan aku takut jika dirinya akan menghilang lagi. "Ternyata benar ini kamu sayang!" ucapku menangis.Sungguh aku tidak sanggup jika hidup tanpanya, makanya setelah aku menemukannya tak kuasa aku membendung air mataku, melupakan jati diriku sebagai seorang pria yang pantang untuk menangis di depan orang lain. tapi kali ini aku menyingkirkan rasa gengsi itu, meluapkan seberapa putus asa ku kehilangannya, ku peluk lagi tubuhnya lebih erat."Walaupun kamu operasi plastik sekalipun, aku tetap mengenali wajahmu sayang." ucapku yang melihat wajah dan bajunya yang kotor karena tanah.Ku lihat ia mengerutkan dahinya bingung dengan ucapan ku, ah kenapa
Happy reading!Ivy menceritakan semuanya pada Abraham mengenai semua hal itu, mulai dari teror yang terus berlanjut dan juga surat ancaman."Aku tidak tau jika selama ini kau menderita, menanggung semuanya sendiri, kau bungkam demi keselamatan kami semua." ucap Abraham sedih.Tampak air mata yang menumpuk di pelupuk matanya, entah kenapa dia menjadi cengeng sekarang ini."Semua akan Ivy lakukan demi orang-orang yang aku sayang dan ku cinta om." ungkap Ivy jujur dari lubuk hatinya."Maafkan aku sayang, maafkan aku yang selama ini tidak mengerti dengan penderitaan mu. aku terlalu sibuk mengurusi dan menyibukkan diri dengan pernikahan kita, sampai-sampai aku gak perhatian sama kam...." Ivy menempelkan jari telunjuknya di bibir Abraham.Seketika Abraham bungkam karena jari Ivy menahannya untuk bicara lagi, mereka saling menatap dalam, menandakan kerinduan yang sangat dalam serta rasa sakit,
Pisau itu berhasil Eka tancapkan di perut wanita yang tertidur di ranjang itu, namun anehnya tidak ada teriakan kesakitan yang keluar, sedangkan pisau sudah berhasil Eka layangkan ke perutnya.Eka yang seharusnya panik kini malah bingung, seketika lampu menjadi terang, Eka melototkan matanya ke arah ranjang saat melihat pisau yang menancap itu bukan di perut Tantenya, melainkan menancap di perut seorang wanita lain yang Eka sendiri tak mengenalnya.Tantenya tersenyum licik, dan bertepuk tangan seolah mengejek kebodohan keponakannya sendiri, terlalu bodoh karena ingin melenyapkannya."Dasar bodoh!" makinya pada Eka.Eka tersentak dan pucat pasi, ini jebakan untuknya. ternyata tantenya tau betul niatnya, sekarang nyawa Eka lah yang sepertinya akan melayang.Di jambaknya rambut Eka dengan kuat ia tarik ke belakang, Eka meringis mengadu kesakitan, namun tak di hiraukan sama sekali oleh tantenya."Kau kira semudah itu untuk melenyapkan ku?" tanyanya meng
Happy reading!Setelah aksi memukuli keponakannya sendiri, dengan tanpa rasa bersalah wanita itu keluar, meninggalkan tubuh lemah Eka yang habis dia siksa bersama mayat wanita di ranjang.Eka sendiri sangat sulit untuk menggerakkan badannya, jangankan itu, untuk membuka matanya secara penuh saja sangat susah ia lakukan."Kenapa tidak sekalian saja kau bunuh aku Tante." batinnya berbicara.Eka berusaha keras untuk bangkit berdiri, meskipun seluruh tubuh dan wajahnya terasa sakit, kepalanya berdenyut pusing hingga beberapa kali membuatnya terhuyung dan jatuh.Dengan sedikit sisa tenaga Eka tak menyerah, dengan tertatih ia berjalan hingga sampai di kamarnya. tiba di kamar Eka begitu saja roboh pingsan di lantai, bahkan ia sudah tak sanggup untuk mengunci pintu kamarnya.Di kamar lain seseorang mengirim pesan jebakan pada Abraham, siapa lagi kalau bukan wanita yang mengaku s
"Sayang...," panggil Abraham pada Ivy.Abraham memeluk tubuh Ivy dari belakang, saat ini mereka sedang berdiri di teras rumah Javi, sedangkan dua mahluk kepo itu pergi ke kebun seperti biasa.Ivy membalikkan badannya menghadap Abraham. "iya om?" Ivy menatapnya dengan penuh tanda tanya."Kita pulang yuk!" ajak Abraham berharap Ivy mau.Ivy menghela nafasnya. "bukannya Ivy gak mau om, tapi Ivy takut jika peneror itu tau Ivy kembali dekat sama om, aku gak mau kalian terluka." ucapnya lirih."Terus harus sampai kapan lagi? memang kamu gak kangen sama mama, papa kamu? sama keluarga aku juga?""Tentu saja Ivy kangen om, kangen banget malah, sama teman-teman Ivy juga." jelas Ivy seakan membayangkan wajah mereka semua.Mendengar kata teman yang keluar dari mulut Ivy, Abraham kembali teringat dengan pesan yang Eka kirim padanya dini hari tadi."Oh ya s
Mobil para bodyguard yang mengikuti di belakang, tiba-tiba saja menghadang mobil Abraham. Abraham merasa heran spontan, sedangkan Ivy sudah pucat pasi, apa yang dia khawatirkan sepertinya menjadi nyata.Para bodyguard mengetuk pintu kaca jendela mobil Abraham, Abraham membukanya dan langsung mendapatkan bogem mentah dari salah satu bodyguard. Ivy menjerit histeris menyaksikan itu semua, gantian kaca jendela mobil Ivy yang di ketuk salah seorang bodyguard lainnya, Abraham menggeleng mengisyaratkan agar jangan di buka sambil meringis menahan perih wajahnya yang di tinju.Bodyguard itu memberi isyarat dengan tangannya seakan menantang Abraham untuk keluar dan melawannya, dengan berani Abraham keluar dan langsung membalas meninju pria tersebut.Namun hal itu tak berlangsung lama, saat para bodyguard lainnya memegang tubuh Abraham, ini tidak adil namanya, main keroyokan. batin Abraham."Ada apa dengan kalian?" tanya Abra
Ivy bangun di pagi harinya dengan tubuh yang berasa remuk, ia meringis perih merasakan di daerah selangkangannya saat dirinya perlahan bergerak."Awwhh!" rintih Ivy kesakitan.Ia tidak menyangka akan seperti ini rasa sakitnya setelah melepas status perawan, Abraham mulai terusik dari tidur nyenyaknya saat mendengar suara Ivy."Sayang." ucapnya sambil mengucek kedua matanya yang masih terasa sangat mengantuk sekali.Bagaimana tidak mengantuk?
21+ Setelah acara resepsi pernikahan selesai, pengantin baru pulang ke rumah Abraham, yang akan menjadi tempat yang di tinggali Ivy bersama keluarga kecilnya. Ivy sangat setuju, karena dengan begitu ia masih tetap berdekatan bersama kedua orang tuanya, yang memang tetanggaan dengan Abraham."Akhirnya sampai juga," ucap Abraham lega."Sini sayang!" titah Abraham menyuruh Ivy untuk duduk di dekatnya.Ivy menggeleng membuat Abraham cemberut. "gerah Om." "Ya sudah, ganti baju sana gih, kan barang-barang kamu juga udah di pindahkan kesini kemarin." Ivy mengangguk dan berjalan ke arah kamar mereka.Ivy tercengang saat membuka pintu kamar, kamarnya di hias begitu indahnya sebagai tanda kamar pengantin baru. ia tersenyum melihat keindahan kamar yang di hias, Ivy menebak pasti ini Jennie dan Eka yang mengerjakannya."Kamu suka?" tanya Abraham yang tiba-tiba datang memeluk tubuh Ivy dari belakang."Suka banget om," jawab Ivy matanya masih terhipnoti
1 Tahun kemudian...Hari yang di nanti sudah tiba, hari pernikahan Ivy dan Abraham. Yupsss, setelah insiden itu, Ivy memutuskan untuk menunda pernikahan mereka. dan memilih untuk meneruskan pendidikannya yang tinggal semester akhir, Ivy berjanji setelah ia dan Eka lulus, maka Ivy akan menikah dengan Abraham.Awalnya Abraham menolak rencana Ivy, tapi begitu mendengar ancaman Ivy jika Abraham menolak keinginannya, maka Ivy tidak akan pernah mau menikah dengannya. tentu saja Abraham tidak mau, dengan berat hati Abraham menurutinya meskipun harus menunggu waktu yang memakan lama, 1 tahun berasa seperti 1 abad.Kini setelah Ivy dan Eka sudah wisuda, seminggu kemudian acara pernikahan Ivy langsung di lakukan. Ivy terlihat begitu cantik sekali, dengan balutan gaun putih super indah sederhana, namun terkesan mewah. Abraham sendiri tampak sangat tampan dan gagah, terlebih lagi terlihat dewasa dan hot.Ivy berdiri dengan memegang sebuah buket bunga, ia tampak te
Jari tangan Eka bergerak, wanita itu seakan bermimpi mengingat kejadian yang ia alami, dari saat penyiksaan Chintya padanya.Hingga kejadian saat dia menembak tantenya sendiri, tangannya semakin bergerak, dan keningnya berkerut serta berkeringat dingin.Kejadian itu seakan berputar di ingatannya, tak lama matanya terbuka melotot. saat membuka matanya, yang ia lihat adalah langit-langit atap rumah sakit.Pintu terbuka, Javi masuk ke dalam ruang rawat inap Eka, Javi kaget begitu melihat Eka sudah sadar dari komanya, dengan cepat ia memanggil dokter dan suster.Tak lama dokter dan suster pun masuk untuk melihat kondisinya, selagi Eka di periksa, Javi memilih untuk keluar dan mengabari Ivy juga Abraham.Ya, setelah berhasil membujuk Ivy untuk pulang ke rumahnya, dan Javi lah yang menyodorkan diri untuk menjaga Eka."Bagaimana keadaannya?" tanya Jennie pada Javi."Masih di periksa dokter." "Ah, syukurlah dia sudah sadar dari komanya." ungkap kel
Langit hari ini begitu cerah, seakan membenarkan kenyataan yang sekarang terasa ringan tanpa beban. tapi tak membuat seorang wanita cantik yang kini terbaring koma di rumah sakit, pasca terkena tembakan di tubuhnya.Seorang wanita menangis melihat keadaan sahabatnya, ia genggam tangan sahabatnya seakan memberi kekuatan untuk kembali sadar.Seorang pria memegang lembut kedua pundaknya, tanpa perlu wanita itu menoleh, ia sudah bisa menebak tangan siapa itu."Aku merasa sangat bersalah padanya, dan berhutang nyawa om." ucap gadis itu dengan badan bergetar karena tangis yang tak mau berhenti."Sabar sayang, kita harus mendoakannya agar cepat sadar dari komanya." wanita itu mengangguk.Dokter masuk ke ruangan pasien dimana Eka terbaring koma. "keluarga pasien Eka." Abraham dan Ivy mengangguk."Pasien wanita yang satu lagi berhasil melewati operasinya dengan lancar, dan sekarang juga masih dalam keadaan koma." rahang Abraham mengeras mendengarnya."It
"Bukankah ini sandal milik Ivy yang kita belikan untuknya?" tanya Javi pada Jennie.Jennie melihat sandal itu dan mengangguk, mereka menemukan sandal itu tepat di jalanan saat Abraham dan Ivy akan di culik. sepertinya Ivy memang sengaja melepaskan sandalnya yang sebelah."Apakah mungkin mereka di culik?" tebak Javi mengingat jalanan ini sepi, jarang di lewati orang."Aku rasa juga begitu, tapi... siapa yang menculik mereka?" ucap Jennie penasaran."Ini semua sudah di rencanakan." tebak Jamil.Javi menoleh ke arahnya dan mengangguk. "seseorang telah mengutus para bodyguard palsu untuk mengantarkan Abraham dan Ivy."Tebakan Javi tepat sasaran. "kau benar! sedari awal aku sudah curiga, banyak musibah yang menimpa kami sewaktu perjalanan menuju alamat rumah mu.""Sekarang kita harus memikirkan bagaimana caranya menemukan keberadaan Abraham dan Ivy."
Abraham dan Ivy tersentak sadar dari pingsannya, saat dengan kasarnya para bodyguard palsu tersebut menyiramkan air ke tubuh mereka. Abraham meringis menahan perih pada wajahnya yang lebam, dan nyaris hancur.Ivy sendiri masih berusaha mengumpulkan kesadarannya penuh, rasa pusing masih terasa berdenyut sakit di kepalanya.Tap... tap... tap...Suara derap langkah kaki yang memakai heels beradu dengan lantai, menimbulkan bunyi tuk tuk. pintu terbuka dan menampilkan wajah seorang wanita. wanita itu tersenyum bahagia melihat ketidak berdayaan Abraham dan Ivy.Suara tepuk tangan membuat kepala Ivy dan Abraham mendongak, keduanya kaget saat melihat siapa yang bertepuk tangan tersebut.Ivy dengan rasa tidak percayanya, dan Abraham dengan rasa kaget yang luar biasanya."Tante?""Chintya?"Ucap Ivy dan Abraham bersamaan, saat memanggil wanita itu, wani
Mobil para bodyguard yang mengikuti di belakang, tiba-tiba saja menghadang mobil Abraham. Abraham merasa heran spontan, sedangkan Ivy sudah pucat pasi, apa yang dia khawatirkan sepertinya menjadi nyata.Para bodyguard mengetuk pintu kaca jendela mobil Abraham, Abraham membukanya dan langsung mendapatkan bogem mentah dari salah satu bodyguard. Ivy menjerit histeris menyaksikan itu semua, gantian kaca jendela mobil Ivy yang di ketuk salah seorang bodyguard lainnya, Abraham menggeleng mengisyaratkan agar jangan di buka sambil meringis menahan perih wajahnya yang di tinju.Bodyguard itu memberi isyarat dengan tangannya seakan menantang Abraham untuk keluar dan melawannya, dengan berani Abraham keluar dan langsung membalas meninju pria tersebut.Namun hal itu tak berlangsung lama, saat para bodyguard lainnya memegang tubuh Abraham, ini tidak adil namanya, main keroyokan. batin Abraham."Ada apa dengan kalian?" tanya Abra
"Sayang...," panggil Abraham pada Ivy.Abraham memeluk tubuh Ivy dari belakang, saat ini mereka sedang berdiri di teras rumah Javi, sedangkan dua mahluk kepo itu pergi ke kebun seperti biasa.Ivy membalikkan badannya menghadap Abraham. "iya om?" Ivy menatapnya dengan penuh tanda tanya."Kita pulang yuk!" ajak Abraham berharap Ivy mau.Ivy menghela nafasnya. "bukannya Ivy gak mau om, tapi Ivy takut jika peneror itu tau Ivy kembali dekat sama om, aku gak mau kalian terluka." ucapnya lirih."Terus harus sampai kapan lagi? memang kamu gak kangen sama mama, papa kamu? sama keluarga aku juga?""Tentu saja Ivy kangen om, kangen banget malah, sama teman-teman Ivy juga." jelas Ivy seakan membayangkan wajah mereka semua.Mendengar kata teman yang keluar dari mulut Ivy, Abraham kembali teringat dengan pesan yang Eka kirim padanya dini hari tadi."Oh ya s