“Apa?” Raja kembali pura-pura tak mendengar apa yang dikatakan Handi Kaswanto.
“Tolong… tolong cabut tuntutan yang Anda layangkan pada putri saya. Putri saya khilaf melakukannya.”
Raja menatap Handi, lalu menatap Erika yang sejak tadi menunduk. Mungkin tak berani menatap Raja terang-terangan. Sudah lebih dari sepuluh menit Raja dan Magani menyambut tamunya. Mereka duduk berhadapan dengan Handi dan Erika, dan baru beberapa menit lalu Handi berani membuka suara. Pria paruh baya itu langsung meminta maaf pada Raja atas tindakan sang anak yang telah memfitnahnya.
Khilaf?
Khilaf kok tidak ada itikad baik untuk memperbaiki. Minimal membuat postingan konfirmasi lah jika postingan sebelumnya tidak benar. Namun sampai hari ini, hal itu tidak dilakukan Erika. Postingan sampah itu pun baru dihapus Erika setelah wanita itu mendapat hujatan.Dan kini, giliran sudah dipanggil pihak kepolisian baru menemuinya untuk minta maaf.
“Ouch!” Elin terkejut saat merasakan ban mobilnya pecah. Ia baru saja pulang dari RPA mengunjungi Bagus yang kini sudah mau ditemui tim pengacara. Teman-temannya yang lain pulang dengan kendaraan masing-masing yang sayangnya tidak searah dengannya. Elin bernapas lega jalan yang ia lewati tidak begitu padat disaat jam-jam pulang kerja seperti ini. Mungkin hal itu terjadi karena letak RPA cukup jauh dari pusat kota. Langit hanya menyisakan sedikit cahaya. Menandakan sebentar lagi sore akan berubah jadi malam.Elin masih menjalankan mobilnya dengan mengurangi kecepatan. Mengingat pesan-pesan Daniel tentang apa yang harus dilakukan saat tiba-tiba ban mobilnya pecah seperti ini. Perlahan, ia menghentikan mobilnya di bahu jalan. Di samping kiri dan kanan jalan terdapat lahan kosong yang ditumbuhi rumput. Seketika ia merasakan keheningan yang mencekam. Mungkin karena suasana jalanan yang sepinya ampun-ampunan.Elin meneguk saliva susah payah. Degup jantungnya mulai berdetak tak normal. Terin
Elin memperhatikan diam-diam Raja yang duduk di sampingnya. Pria itu terlihat tak nyaman. Raja bak narapidana yang sedang diadili karena sejak tadi Kristal menatapnya terang-terangan. Kini mereka sedang berkumpul di ruang makan keluarga Gunawan. Raja duduk di samping Elin, sedangkan Kristal dan Nina berada di depan pria itu. Sementara Daniel belum pulang kerja. Jika Nina menatap Raja dengan tatapan penuh tanya. Beda lagi dengan tatapan Kristal yang berbinar seperti bertemu idolanya. Eh? Tapi bukankah belakangan ini Raja memang sudah jadi idola Kristal?Sepertinya Kristal semakin mengidolakan Raja setelah tahu sang anak dapat bantuan dari Raja. Mulai dari mengganti ban mobil, sampai mengikuti Elin selamat sampai tujuan. Bagaimana mau tidak klepek-klepek? Raja benar-benar terlihat gentle. Jangankan Kristal, bahkan Elin pun mulai kembali meleyot karena perhatian Raja. Bahkan ia lupa kekesalannya pada pria itu.Setelah tadi terkejut seperti orang kesurupan karena melihat R
“Ya ampun, Dek Raja!” pekik Kristal terkejut.Sementara Elin segera bangkit dan menepuk-nepuk punggung Raja. Sebelah tangan meraih gelas untuk diberikan pada pria itu. “Minum dulu, Mas Raja.”Raja mengambil gelas dari sang pujaan hati dengan masih terbatuk-batuk. Pria itu minum setelah batuknya mulai reda.“Tuh kan, Mam, Mas Raja jadi tersedak. Sudah Elin bilang jangan bicara dulu, Mam,” seru Elin kesal. Namun berusaha untuk tidak kelepasan membentak sang mami. Meski di dalam hati rasa khawatir untuk Raja muncul tanpa sanggup Elin cegah. Pasti tenggorokan Raja nyeri deh.Raut Kristal terlihat bersalah. Wanita paruh baya itu sudah ada di sisi lain tempat Raja berada. “Ya maaf. Mami tidak tahu kalau Dek Raja sampai tersedak begitu.”“Lagian Mami kenapa harus bertanya seperti itu?” Elin masih menunjukkan wajah kesal.“Ya kan mungkin saja kalian berjodoh.”“Byurrr! Uhuk!”“Mami!!!” pekik Elin semakin kesal karena Raja kembali tersedak. Kali ini batuknya lebih heboh dari sebelumnya. Berunt
“Kamu kabur lagi?” tanya Elin pada Sabrina. Wanita itu menculiknya saat ia baru saja keluar gerbang untuk jogging memutari komplek rumah. Sabrina mengatakan ingin mengajak Elin ke pantai untuk refreshing mumpung weekend. Dan di sinilah mereka sejak hampir satu jam lalu, duduk di sebuah batu karang besar sambil menatap keindahan salah satu bukti kebesaran Yang Maha Kuasa.Elin memperhatikan penampilan Sabrina yang saat ini memakai dress merah mencolok dengan high heels warna senada. Mungkin hanya Sabrina saja yang bepikir refleshing ke pantai tapi penampilan seperti mau fashion show pakaian pesta. Elin mengulum bibir prihatin. Ia sangat tahu ‘refreshing’ yang Sabrina maksud hanya alasannya saja untuk menghindari sesuatu. Sesuatu yang selalu terjadi di tanggal dan bulan yang sama. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sabrina akan memilih kabur mengajak Elin pergi ke mana pun wanita nyentrik itu mau.“Why tahu-tahu bertanya like that setelah kamu tell a long story? Mau mengalihkan perhat
Kue Apem[ >> “Bener-bener ya sahabat kamu itu, bolohonya bikin istigfar berkali-kali! Kamu kasih tahu dong caranya deketin perempuan sampai dapat, Yah!”>> “Loh, kok malah aku yang dimarahin sih, Sayang?”>> “Tentu dong aku marah karena kamu salah! Kenapa sih kamu enggak kasih Raja boloho itu ilmu perayu yang kamu punya?! Kamu apalagi, Res! Percuma punya mantan banyak tapi enggak bisa ngajarin temennya pinter sedikit urusan cinta!”>> “Lah, Dok, kok binik lo marah ke gue?! Gak terima gue!”>> “Gue juga kena omel, Kampret! Kalo lo mau protes langsung ke binik gue nih!”>> “Han!”>> “Apa?! Kamu enggak terima, Res?!”>> “Ah elah. Iya udah gue emang salah.”>> “Memang! Kalian berdua memang salah! Enggak perhatian banget sih sama temen jomblonya mentang-mentang udah punya pasangan!”>> “Gara-gara Tikus nih!”>> “Tau! Beneran boloho banget lo jadi orang!”>> “Lo kenapa sih bisa lemah amat?! Masa usaha lo segitu doang?”“G-gue…”>> “Aku enggak habis pikir ya sama kamu, Ja! Otak kamu tuh is
Suasana di sekitar seperti kena sihir Elsa Projen saat Raja melakukan hal itu. Bahkan Elin pun berpikir kalau tubuhnya saat ini berubah jadi patung es. Ia benar-benar tak menyangka Raja bisa terlihat tegas. Ketampanan si kalem berubah beribu kali lipat di mata Elin saat kini si kalem bermetamorsosis menjadi villian. Villian tampan dan seksi tentunya. Bagaimana tidak terlihat seksi jika kaos putih polos yang dikenakan Raja saat ini sudah basah. Memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang terbentuk secara nyata. Terutama di bagian perut yang memiliki mungkin enam atau delapan kotak kembar.Astaga! Astaga! Astaga!Belum lagi rambut Raja yang mulai memanjang dan sedikit berantakan. Alih-alih menjadi pria kalem, Raja lebih tepat menjadi pria dingin tapi bikin penasaran.“Kita bicara ya…” bisik Raja. Kali ini dengan nada lembut. Tatapannya pun tidak setajam sebelumnya. Membuat si patung es a.k.a Elin kembali pada kesadarannya.‘Ini orang kalau kalem oke, jadi villian juga oke. Kenapa Tuhan menci
“P-plin-plan? Saya tidak plin-plan mengenai perasaan saya sama kamu, Velin. Berani sumpah kalau rasa saya untuk kamu masih sama!”“Saya tidak membicarakan perasaan itu!” desis Elin dengan wajah merona. Antara senang dan kesal. “L-lalu apa maksud kamu?”“Maksud saya sikap Mas Raja! Mas Raja apa tidak ingat pernah berjanji sama saya akan mendekati saya setelah terbukti ucapan Mbak Erika itu bohong? Tapi mana? Mas Raja tahu-tahu menghilang! Lalu setelah itu, seenaknya mengikuti kegiatan saya dan muncul tiba-tiba. Setelah itu, mengatakan tidak ingin mengganggu. Sekarang bilang mau mendekati saya lagi?? Lalu habis itu Mas Raja mau menghilang lagi, huh? Iya?! Mas Raja sadar tidak sih kalau Mas Raja seakan mempermainkan saya?!” Napas Elin memburu setelah mengeluarkan uneg-unegnya. Matanya nyalang menatap Raja yang terdiam kaku.“Saya—”“Tidak perlu mengatakan apa pun lagi kalau ujung-ujungnya kembali menghilang.” Elin mengalihkan pandangan ke arah lain. Tak ingin menatap wajah Raja yang mem
“Untuk apa sih?!” Elin berucap kesal tanpa sadar karena merasa malu. Namun kepalanya justru mengikuti ucapan pria itu sampai mereka kembali berhadapan dan bertatapan dalam. Wajah Elin jangan ditanya lagi. Sudah bersemu tidak jelas. Elin tetaplah seperti wanita kebanyakan yang kalau ditatap sama crush-nya ya sudah pasti grogi parah.“Saya cinta kamu.”Elin merasakan aliran darahnya berdesir kencang saat Raja kembali menyatakan cinta. Ditambah lagi dengan senyum lembut yang kini sudah menghiasi bibir pria itu.“Boleh ya… saya mendekati kamu lagi?”“Dan akan menghilang lagi?” tanya Elin. Kembali kesal mengingat sikap Raja sebelumnya.Raja menggeleng kencang. “Tidak! Kali ini saya akan menempeli kamu sampai hati kamu bisa luluh untuk mencintai saya.”“Sudah luluh kok,” lirih Elin tanpa sadar. Elin segera memukul mulut setelah menyadari kebodohannya.Sementara Raja terdiam kaku. Tak lama, ia menarik kedua tangan Elin untuk kembali digenggam sampai si pemilik tangan memekik. “Kamu bilang ap
“Velin naik pesawat apa?” tanya Raja di sela langkah kakinya yang terburu-buru. Di sampingnya, Bima tampak menyamai kecepatan langkah si King Raja yang sudah tidak sabar bertemu dengan pujaan hati. Raja ingin segera memberikan obat penenang yang berada di saku kemejanya sebelum sang kekasih terbang. Syukur-syukur tidak jadi terbang. Atau mungkin… Raja akan ikut terbang juga ke manapun Elin pergi. Kan memang niat awalnya ingin menempeli Elin sampai Elin kec*nduan dengan kehadirannya. Pokoknya Raja mau menggentayangi Elin mulai sekarang!“Penerbangan luar kota kan? Kota mana? Apa di sana?” Raja melangkah menuju gate untuk penerbangan domestik. Namun langkahnya tertahan karena Bima menarik lengannya.“Bukan.”“Terus di mana?” tanya Raja tak sabar.“Em…” Bima tampak ragu mengatakan sesuatu. Ia menggaruk tengkuk salah tingkah dengan sebelah tangan yang bebas.Apa yang Bima l
“Om, kamu beneran enggak mengkhianati Elin kan?”Raja menoleh ke arah pria yang sedang mengemudi di sampingnya. Sejak hening entah berapa lama setelah mereka meninggalkan kediaman Gunawan, pria yang ia gaungkan sebagai rival-nya itu bertanya dengan nada waswas. Bukan nada mengesalkan seperti saat di depan rumah Elin tadi.“Saya bukan orang yang seperti itu. Terserah kamu mau percaya atau tidak. Dan mengenai kenapa saya tidak menepis berita itu, karena saya benar-benar tidak tahu. Seperti apa yang saya katakan tadi, saya menghapus semua sosial media di ponsel saya setelah masalah saya di sana selesai.”“Kenapa kamu hapus, Om? Jadinya kamu enggak tau kan kalau kamu jadi pembahasan ‘lagi’ di sosmed.”“Saya pikir kan masalahnya sudah selesai. Jadi ya sudah saya hapus saja daripada tidak pernah saya pergunakan. Bukankah Mubazir ruang penyimpanan kalau saya pertahankan? Tidak sangka ternyata ada mas
“Mau ke mana dulu?”“Menemui Velin! Ayo kita tanyakan pada KEKASIH SAYA, siapa sebenarnya yang dia cintai!” kata Raja datar. Namun tatapannya tajam menusuk. Napasnya masih memburu karena emosi yang belum mereda sama sekali. Namun, Raja merasa buang-buang waktu tarung sama Bima. Bukan, bukan Raja takut pada Bima setelah pria itu sempat meninjunya. Walaupun bisa dikatakan Bima memiliki tenaga yang boleh juga, tapi Raja yakin bisa mengalahkan pria itu kok. Tapi Raja tetaplah Raja yang sebenarnya tidak suka cara kekerasan seperti tadi. Anggap saja dia tadi sedikit khilaf telah meninju Bima dua kali. Raja akan memilih menanyakan langsung pada Velin-nya siapa sebenarnya yang ada di hati wanita itu. Atau kalau memang Elin mencintai dua pria sekaligus, Raja ingin tahu berapa persen kedudukannya di hati Elin. Kalaupun lebih kecil Raja, Raja harap tidak selisih jauh. Sehingga Raja masih bisa segera mengejar ketertinggalannya sampai menjadi seratus persen. Sampai nama Bima gone dibawa angin.“El
“Ngapain Bang Toyib ke sini?”Raja mengernyit tak suka setengah bingung saat mendengar perkatakan rivalnya, Bima si SEPUPU JAUH sang kekasih. Kenapa pria itu ada di rumah ini?! Alih-alih mendapati keberadaan sang kekasih, Raja justru disuguhi wajah songong pria mengesalkan itu. Apa sejak ia pergi, Velin-nya dan Bima sering menghabiskan waktu bersama?Kedua tangan Raja terkepal kuat.Si*lan!Tidak bisa dibiarkan!Rencana membuat Elin kecanduan akan kehadirannya harus segera dilaksanakan DETIK INI juga!“Siapa yang kamu sebut ‘Bang Toyib’?”“Anda lah. Memang siapa lagi yang enggak pulang-pulang malah sibuk selingkuh? CLBK sama mantan? Idih! Enggak banget! Kayak enggak ada cewek lain aja!”“Nama saya ‘Raja’, bukan ‘Bang Toyib’! Dan jangan bicara sembarangan! Siapa yang CLBK?!”“Jangan pura-pura beg0. Enggak punya HP atau gimana? Bukannya Anda lagi jadi selebriti di sosmed? Akun Anda juga bolak-balik kena tag loh. Masih mau belagak beg0? Atau jangan-jangan kamu b*ta?” sinis Bima tajam.Ra
“Jangan teriak bisa tidak sih?! D-dan jangan bicara sembarangan!” Kok malah jadi dia kena tuduh. “Gue bertanya karena…” Raja terdiam. Bingung ingin memberi alasan apa pada sahabatnya itu. >> “Karena apa hayo? Ngaku lo kalau lo lagi in lope juga sama cewek lain! Enggak usah pakai istilah ABC deh! Kayak vitamin aja.”“Tidak! Gue cuma cinta sama Velindira!” kata Raja tegas.>> “Terus kenapa nanya kayak gitu?”“Em… t-teman gue, teman gue menjalin hubungan sama dua orang.” Raja menggigit lidah gugup setelah mengatakan hal itu. Di dalam hati, ia memohon maaf sebanyak-banyaknya entah pada temannya yang mana, karena secara tidak langsung, dia sudah memfitnah ‘teman’nya itu. Anggap saja teman khayalan. “G-gue bingung, kenapa bisa seperti itu? Apa bisa rasa dibagi-bagi?”>> “Lah, temen lo yang jalin hubungan, kenapa lo yang bingung? Lagian ya, lo tanya sana sama Ares yang pernah pacaran sama dua cewek sekaligus. Bisa enggak tuh rasa dibagi-bagi?”“Lo kan tahu kalau dulu Ares melakukan hal itu
Magani mengusap-usap lembut surai sang putra. Sesekali tangannya mampir ke dahi Raja untuk memeriksa suhu tubuh si kalem ini. Masih hangat ternyata. Sejak tiba dari bandara lebih dari satu jam lalu, Raja langsung meminta izin membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga setelah melihat keberadaan sang ibu. Kepalanya ia letakkan di pangkuan Magani. Berbaring menyamping menghadap sandaran sofa dengan kedua tangan bersedekap. Tak membutuhkan waktu lama, Raja langsung terlelap. Sempat Magani memerintah putranya untuk makan dan membersihkan diri lebih dulu, tapi Raja menolak. Mengatakan kalau ia sedang tidak enak badan. Akhirnya Magani membiarkan saja sang putra tidur setelah mengetahui kalau suhu tubuh Raja sedang tidak normal.Pria muda yang amat sangat jarang sakit ini memang sedikit manja jika sedang sakit. Maunya dekat dengan Magani. Semandiri apa pun dia, Raja tetaplah anak tunggal yang sesekali memperlihatkan sikap manjanya. Tentu saja hanya pada sang ibu.Drrrtt!Drrrtt!Magani menghe
Elin menunduk. Cukup menjadi jawaban atas pertanyaan Bima. Ia juga tak sanggup melihat tatapan penuh rasa bersalah yang saat ini terpancar dari mata Bima. Sungguh, Elin tidak ingin Bima juga merasa bersalah. Inilah yang menjadi penyebab ia tak ingin bercerita pada sepupunya ini. Namun apa mau dikata, ia sudah keceplosan bercerita.Bima menghela napas panjang, lalu mengusap sayang puncak kepala sepupu jauh yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. “Nanti kalau dia balik ke sini, aku kasih dia pelajaran!”Elin mengangkat kepala secepat kilat. “Siapa maksud kamu?”“Si Om-om bego lah—AH, Lin! Gak kira-kira kamu nabok punggungku!” Bima meringis seraya mengusap-usap punggung yang baru saja ditabok Elin sekuat tenaga. Gila ini sepupunya! Apa tidak ada tempat lain untuk ditabok? Kenapa harus di tempat yang sama?! Tiga kali loh! Bima yakin punggungnya pasti sudah memerah. “Tu Om-om tau enggak ya kamu galak? Apalagi tabokanmu
“Hiks…”“Sebenarnya kamu ini kenapa sih, Lin?!” Bima mengernyit bingung setengah kesal. Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu datang ke rumah Gunawan, Elin tidak berhenti menangis. Ditanya malah nangisnya tambah jadi. Kan bikin jengkel. Padahal dia mau ikut menikmati nonton kartun kucing dan tikus yang terkenal doyannya gelut terus untuk menaikkan mood yang belakangan ini kacau balau. Kebetulan kartun itu sedang tayang. Kartun populer yang enggak ada matinya meski usia tayangnya sudah puluhan tahun.“I-itu…” Elin menunjuk layar televisi, “tikus sama kucingnya berantem! K-kasihan tikusnya! Huaaa~!” Elin menangis semakin kencang saat tokoh tikus kena perangkap si kucing. Mungkin kalau Raja melihat bagaimana kekanakannya sang kekasih saat ini, Raja bisa terkejut sampai terjungkal-jungkal. Karena inilah Elin yang sebenarnya dibalik sikap dewasanya. Meski mungkin sedikit-sedikit Raja mulai merasakan sikap
[ To: KodokYa. Gue masih di Inggris. ][ // Kodok Kapan pulang? Mau gue dan Jihan bantuin buat persiapan nikahnya? ]Raja menggigit pipi dalamnya galau. Pesan yang dikirim Azam membuatnya merutuki diri karena berbohong kepada ketiga sahabatnya kalau acara lamaran itu berhasil. Bukan maksud ingin berbohong, tapi Raja tak ingin kalau ketiga sahabatnya tahu yang sebenarnya, lalu mereka membenci Elin. Tidak. Raja tidak ingin pandangan baik mereka pada Elin selama ini berubah jadi buruk. Belum lagi, dia juga berbohong pada Daniel, mengatakan memundurkan waktu melamar Elin karena belum mendapat tempat istimewa yang pas. Daniel mengomelinya saat mengingat Raja pernah mengatakan kalau sudah dapat tempat itu. Raja merutuki diri karena lupa akan hal itu. Ini nih akibatnya kalau berbohong. Ia segera memutar otak. Memberikan alasan kalau tempat yang waktu itu ia katakan pada Daniel ternyata tidak seistimewa perkiraannya saat Raja datang untuk observasi. Meski kena omelan si Kaisar, tapi setel