Share

BAB 6

Author: Saydh5
last update Last Updated: 2024-05-03 16:53:41

Eshan mendekatkan telinganya ke arah hidung wanita itu untuk mengecek napasnya. ‘Syukurlah… wanita ini masih bernapas.’

Entahlah, mungkin Eshan panik karena tidak mau melihat ada orang mati di rumah ini. Eshan benci orang lemah, dan wanita ini selalu menunjukkan hal itu di depannya.

‘Sial! Kenapa wanita ini terlihat begitu rapuh?’

Dzurriya tampak pucat, dengan bulir keringat yang tersisa di dahinya. Eshan juga melihat ruam-ruam muncul di permukaan kulit Dzurriya. 

“Apa ini….”

Eshan bolak-balik tangan mungil itu, kemudian menyisingkan lengan bajunya untuk melihat keadaan kulitnya yang lain. Ia juga melihat ke arah sisi-sisi pipi wanita itu, kemudian menyentuhkan punggung tangannya ke leher wanita itu. Ia tersentak kaget, badan Dzurriya begitu panas. 

Eshan dengan cepat memencet tombol di atas meja kecil di samping tempat tidurnya untuk memanggil Tikno. Ia juga mengambil ponselnya dan menghubungi Ryan berkali-kali. Sebagai sepupu dan dokter pribadi keluarganya, harusnya lelaki itu merespons dengan cepat.

“Ayo angkat! Dokter sialan! Untuk apa kau punya telepon kalau tak berfungsi?!” gerutu Eshan sambil terus berusaha menghubungi Ryan, tapi tidak diangkat sama sekali.

Matanya terus mengawasi Dzurriya yang terus menggigil. Niat awalnya, Eshan hanya ingin membahagiakan Alexa dengan menikahi Dzurriya. Wanita itu jadi mudah emosi sejak kecelakaan waktu itu.

Alexa akan bahagia jika balas dendamnya terpenuhi, makanya Eshan menyanggupi rencana itu. Ia berusaha sekuat mungkin untuk membenci Dzurriya. Namun anehnya, wanita yang terlihat lemah dan pasrah itu, selalu berhasil menarik perhatiannya.

Bagaimana ia pasrah saja memakai baju bekas, bagaimana ia diam-diam kelaparan, bagaimana ia yang mengendap mencari makanan tengah malam, sampai saat ini… ketika dirinya demam dengan kulit penuh ruam begini.

‘Wanita merepotkan! Kenapa kau selalu mengganggu kehidupan damaiku?!’

“Kau ini bodoh atau apa? Kenapa mau saja diminta ini dan itu?” gerutu Eshan sambil mengusap keringat yang terus mengalir di dahi wanita itu.

***

Dzurriya merasakan tubuhnya yang menggigil itu perlahan terasa ringan. Ia sudah bisa merasakan kehangatan menyentuh pipinya. Ia tersenyum, masih dengan mata terpejam.

Perasaan ini sangat nyaman.

Dzurriya merasakan sesuatu menyentuh dahinya, bersamaan dengan sayup-sayup suara dua orang lelaki yang berbincang di dekatnya. Ia mencoba untuk membuka mata, tapi rasanya masih terlalu berat.

“Jaga dia baik-baik, bukannya kau ingin menggunakan rahimnya?” ucap seorang lelaki yang terdengar familiar. 

Kemudian, lelaki yang satunya mendengus. “Dia saja yang lemah.”

Dzurriya membuka matanya pelan-pelan. Langit-langit kamar itu tak asing, sepertinya ini masih di kamar Alexa, tapi… kenapa ia bisa rebahan di kasur besar ini? 

Dzurriya refleks duduk dengan cepat. Namun, seorang lelaki langsung memperingatkannya. “Kau tidak boleh bangun dulu, Nona.”

Dzurriya menoleh. “D-dokter Ryan?”

Ryan tersenyum. Di sebelah dokter itu, berdiri Eshan. Ia memandang lelaki itu dalam-dalam, dan tatapan mereka pun bertemu selama beberapa detik. Sebelum akhirnya Eshan yang lebih dulu memutuskan kontak itu.

‘Seingatku, tadi aku masih memandikan Snow di kamar mandi? Kenapa aku bisa di kasur? ‘Apa dia yang menggendongku?’ gumam Dzurriya dalam hati.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Dokter Ryan mengalihkan perhatiannya. 

Dzurriya hanya mengejapkan matanya sebentar, mulutnya masih terasa begitu kering. “I-itu….”

“Apa kau mau minum?” Ryan menyodorkan segelas air kepada Dzurriya.

Dzurriya mengulurkan tangannya untuk mengambil. Pada saat itulah ia melihat punggung tangannya yang kemerahan. Lantas, ia pun memeriksa tangannya yang lain, juga wajah dan lehernya yang tertutup kerudung.

Pantas saja dia merasa gatal dan panas sedari tadi.

Dzurriya akhirnya minum segelas air yang diserahkan Ryan, sambil melirik dua lelaki di depannya. Lalu, saat matanya kembali bertemu dengan Eshan, ia buru-buru mengalihkan pandangan. Ia takut kena marah lagi.

‘Apa Eshan akan mengancamku lagi karena pingsan?’

“Awasi dia, jangan sampai dia melakukan hal bodoh lagi,” ujar Eshan sambil beranjak dari tempatnya.

Dzurriya menegang. Benar kan dugaannya. Eshan pasti marah.

Berbeda dengan Dzurriya, Ryan malah terkekeh. “Kau tenang saja. Istrimu ada di bawah pengawasanku.”

Bisa Dzurriya dengar dengusan keras dari Eshan, sebelum lelaki itu menutup pintu.

“Hachi! Hachi!” Dzurriya tiba-tiba bersin-bersin kembali, dan Ryan dengan sigap segera mengambilkannya tissue. 

“Sudah kubilang, jangan dekat-dekat kucing, kamu tuh alergi kucing,” ucap Ryan sambil menyerahkan nampan berisi semangkuk bubur, dan dua butir obat. “Nah, minum obat ini agar ruamnya cepat hilang.”

Bukannya mengambil obat itu, Dzurriya malah menatap Ryan dengan dahi berkerut. “Kapan kamu bilang aku alergi kucing, Dok? Bukannya ini pertama kalinya….”

Related chapters

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 7

    Ryan tampak mengerjapkan mata dengan wajah sedikit tegang. Hanya beberapa detik, karena lelaki itu kembali mengulaskan senyum manisnya dan meletakkan obat itu ke tangan Dzurriya langsung.“Maksudku, aku seorang dokter, gejala yang kau tampakkan itu biasa aku lihat,” jawabnya dengan tenang. “Lihat, ada ruam di wajahmu, kan? Jadi itu pasti karena kamu alergi kucing.”“Memang gejala alergi lain berbeda?” tanya Dzurriya lagi.“Y-ya iya, beda-beda. Sudah, mending sekarang kamu minum obat gatalnya, makan bubur,, habis itu minum vitaminnya.”‘Kenapa sikapnya aneh? Apa ini hanya firasatku saja.. atau sebenarnya dia sudah mengenalku?’****Setelah keadaan Dzurriya membaik, ia pun kembali ke kamarnya di lantai bawah. Bisa gawat kalau Alexa tahu kasurnya telah ditiduri Dzurriya. Setelah kejadian hari itu, tidak ada lagi panggilan dari Alexa atau bahkan Tikno. Dzurriya seolah diizinkan untuk beristirahat, meskipun ia tidak yakin begitu. Alexa atau Eshan pasti hanya sedang sibuk, dan tidak mau pe

    Last Updated : 2024-05-03
  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 8

    Eshan terus berjalan masuk ke rumah dengan perasaan tak karuan yang berusaha dia abaikan. Aura dinginnya menyebar ke seluruh rumah. Para pelayan pun telah mengerti, mereka hanya harus menunduk sebentar di depannya kemudian berlalu setelah dia melewati mereka. Dia memasuki ruang kerjanya yang berada di lantai dua, memandang dari sebuah jendela klasik menghadap kebun. Untuk beberapa saat, ia hanya berdiri di sana, menatap Dzurriya yang sedang memakai jaket hitam miliknya. Mata sayu wanita itu tampak memandang ke langit, dan kadang-kadang tangannya mengusap bagian bawah matanya. Mungkin air mata baru saja menetes ke pipinya. ‘Bodoh!’*****Tiga minggu berlalu. Perlakuan yang didapat Dzurriya perlahan berbeda dari sebelumnya. Tikno menyiapkan segalanya untuknya, dari mulai makanan, pakaian sampai menjadi teman bicara. Namun, perubahan yang paling besar justru ketidakhadiran Eshan. Aroma musk yang biasa membuatnya kaget dan terkesiap, tak lagi diciumnya, meski hanya sekilas lalu. Juga

    Last Updated : 2024-05-04
  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 9

    “Aku—”“Tikno!” Seolah tidak membiarkan Dzurriya menjelaskan, Eshan malah berteriak memanggil sang kepala pelayan.Tidak lama kemudian, Tikno tampak berlari tergopoh-gopoh mendengar teriakan dari suaminya tersebut. “Ya, Tuan.”Eshan mendekat ke arah Tikno. Setiap langkahnya yang menggema di lantai marmer. Namun, berbeda dengan Dzurriya yang sudah gemetaran, Tikno malah tampak sangat tenang.“Sudah berapa kali aku bilang untuk melarang Braha masuk ke rumah ini,” ucapan Eshan yang dingin dan dalam itu dilontarkan untuk Tikno. “Siapa yang berani mengizinkannya masuk?”Begitu banyak pertanyaan di kepala Dzurriya, tapi wanita itu memilih tetap diam dan berdiri sambil menundukkan kepala di belakang Eshan. ‘Braha? Siapa sebenarnya dia? Kenapa dia sampai naik pitam seperti ini?’Tikno menundukkan kepalanya. “Mohon maaf, Tuan—”“Kalian berani mengabaikan perintahku?!” suara Eshan naik satu oktaf, membuat Tikno kembali menutup mulutnya.“Kutanya sekali lagi. Siapa yang mengizinkan Braha mengi

    Last Updated : 2024-05-05
  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 10

    Ia menoleh sekali lagi, hanya untuk memastikan apakah lelaki itu sudah pergi atau belum. Dzurriya seperti sudah hafal bagaimana tabiat lelaki itu. Ya, setelah memberi perintah dengan singkat, Eshan pasti pergi, atau paling tidak kembali ke pelukan Alexa.Namun, untuk saat ini tidak. Eshan ternyata juga tengah menatapnya.***Dzurriya mondar-mandir di kamarnya. Ia begitu khawatir setelah dua hari suaminya itu belum kembali. Sikapnya yang terlalu tenang sebelum pergi benar-benar bukan seperti Eshan yang dikenalnya selama ini. Apalagi para pelayan tengah asik membicarakan gosip kepergian Eshan terkait pertengkarannya dengan Alexa dan pamannya yang katanya licik itu.‘Apakah terjadi sesuatu sampai dia tak pulang?’Pikirannya mulai berkelana tak karuan. Ingin sekali ia bertanya pada Tikno, tapi takut ada yang mendengar dan menjadi bahan gunjingan.Setelah berkutat cukup lama di dalam kamar, Dzurriya akhirnya memberanikan diri keluar dan mencari Tikno. Sayangnya rumah itu sangat sepi ketik

    Last Updated : 2024-05-06
  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 11

    Setelah malam yang awalnya penuh kecemasan, Dzurriya akhirnya bisa tidur dengan pulas. Hatinya menjadi damai dengan ucapan sederhana Eshan malam itu.Paginya, ia bangun dengan perasaan jauh lebih baik. Dzurriya bahkan berjalan ke ruang depan dengan senyum-senyum sendiri. Bisikan lirih Eshan kemarin malam terus terngiang di kepalanya.“Kenapa kamu mengajaknya? Dia nanti jadi besar kepala.” Suara rendah Eshan membuatnya mengurungkan niat untuk berbelok ke lorong tersebut.Dzurriya berhenti di balik tembok, dan tetap mendengarkan percakapan Dzurriya dengan seseorang. Pagi ini Tikno memang memberitahunya bahwa dia harus ikut kegiatan amal perusahaan ke salah satu Yayasan Panti Asuhan di Bogor. “Ayolah, Kak… Katanya Kakak ingin menggunakan rahimnya. Tak baik menyimpan istri mudamu itu di rumah terus, dia bisa stres nanti.” Suara itu sepertinya tak asing, itu suara Dokter Ryan. ‘Jadi Dokter Ryan itu adiknya?’ batin Dzurriya bertanya-tanya.“Benar, Sayang. Kita juga tidak boleh menekannya

    Last Updated : 2024-05-06
  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 12

    Dzurriya terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan itu. Benar, namanya Dzurriya, tapi… kenapa wanita ini mengenalnya? Seingat Dzurriya, ini adalah pertemuan pertama mereka.“Kamu kenal Nona ini?” tanya salah satu wanita tua yang tadi menyambut mereka kepada wanita muda itu.“Ya kenal,” jawab wanita muda itu dengan yakin. “Dia ini yang tersesat waktu di Bandung itu lho, Bu.”‘Tersesat? Di Bandung?’Mata Dzurriya begetar. Semua infomasi baru ini membuat dadanya berdebar cepat, hingga membuatnya sesak. Kepalanya pun mulai berdenyut nyeri.Wanita muda itu tersenyum lebar dengan wajah penasaran. “Jadi gimana? Sudah ketemu tunangan kamu—Oh!” ia berhenti mengoceh dan nyengir ketika melihat Ryan berdiri di belakang Dzurriya.“Jadi mas ini ya calon suami kamu?” Wanita muda itu kembali bertanya sambil mengangkat alisnya beberapa kali di depan Dzurriya.Sekali lagi mereka salah mengira bahwa Ryan adalah calon suaminya. Namun kali ini berbeda, Dzurriya tidak langsung membantahnya, dan malah berpikir.

    Last Updated : 2024-05-07
  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 13

    “Baik.” Akhirnya, Asiyah menghela napas dan mulai bercerita.Intinya, Asiyah hanya mengetahui nama Dzurriya karena pernah menolongnya saat tersesat di Stasiun Bandung. Asiyah mengantar Dzurriya sampai terminal bus. Dari situlah cerita mengapa Dzurriya bisa datang ke Bandung mengalir.“Saat itu kamu sedang mencari tunanganmu,” cerita Asiyah, yang membuat dada Dzurriya lagi-lagi terasa sesak. “Itu saja, karena kita cuma bersama sebentar.”Dzurriya kecewa, tapi ia tidak bisa juga mendesak Asiyah. Benar, mungkin mereka hanya bertemu sebentar, lantas apa yang ia harapkan?Meskipun masih merasakan kekecewaan, Dzurriya tetap berterima kasih kepada wanita itu. Asiyah pun membalasnya singkat, sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu lebih dulu.Sedangkan Dzurriya meminta izin untuk menenangkan pikirannya sebentar di sini.‘Setidaknya aku tahu namaku dan tujuanku di Bandung,’ Dzurriya menghela napas panjang. Semakin dipikirkan, ini semakin rumit.Siapa tunangannya? Jadi, dari mana dia berasal?

    Last Updated : 2024-05-07
  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 14

    Dzurriya melihat bola mata Eshan bergerak memandang bibirnya yang polos itu. Ia pun semakin tegang. Apalagi ketika, Eshan kembali menatap matanya dalam-dalam. Napas panas itu terasa semakin dekat dan membentur pipinya. Tanpa sadar, Dzurriya pun menahan napasnya sendiri. Lalu, perlahan wajah Eshan mulai semakin mendekat.‘Apa ini?’Namun, tiba-tiba bayangan bagaimana Alexa mencium mesra bibir Eshan beberapa saat lalu, terlintas di kepalanya. Senyum Alexa yang mengejek, serta tatapan mata Eshan yang terkesan tidak keberatan masih teringat jelas. Seketika, Dzurriya merasa jijik sendiri.Dugh!Dengan agresif, dibenturkannya kepalanya ke dahi suaminya itu tanpa berpikir panjang.Eshan langsung menjauhkan kepalanya. Ekspresinya berubah marah. “Apa kau gila?!” hardik lelaki itu sambil mengusap-usap dahinya. Seperti disiram air dingin, Dzurriya tersadar apa yang baru saja ia lakukan. Saking ketakutannya, ia pun mendorong badan suaminya itu untuk keluar mobil. Entah dapat dari mana keberania

    Last Updated : 2024-05-08

Latest chapter

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   EPILOG

    “Jadi ini rumahnya?” ujar Eshan sembari menilik keluar jendela, menatap rumah bercat hijau tanpa pagar dengan halaman yang tidak cukup lebar. Tampak sebuah pohon mangga besar dan rindang yang tengah berbuah banyak berada di tepi samping halamannya, dengan beberapa macam bunga di tepi depannya, rumah milik orang tua Dzurriya itu sungguh terlihat sederhana, tapi menyejukkan mata yang memandang.Terlihat kemudian pintu mobilnya dibuka oleh pengawalnya, ia segera keluar dari mobilnya dan masih menatap rumah itu dalam-dalam.Rumah itu kelihatan sepi seperti rumahnya, tapi kenapa hatinya merasa adem, seperti ada aura yang berbeda di rumah itu.“Apa Saya mau ketukan pintu, Tuan?” tanya salah seorang pengawalnya.Eshan hanya menggelengkan kepala, aku akan melakukannya sendiri.Ia kemudian mulai berjalan ke arah teras rumah itu, saat tiba-tiba seorang anak perempuan berlari ke arahnya sambil memegang-megang jasnya seperti hendak bersembunyi “Jangan lari kau! Dasar anak nakal!”Eshan langsun

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 169

    “Apa kamu bisa menjamin bahwa kalian akan baik-baik saja, jika tidak bersamaku?”Dzurriya terdiam mendengar ucapan suaminya tersebut.“Setidaknya mereka tidak akan tahu bahwa aku dan Angel adalah keluargamu?”“Sampai kapan?” tanya lelaki itu balik.Sekali lagi Dzurriya hanya terdiam. “Apa kamu bisa menjamin tidak akan ada yang mengejar kalian?” lanjutnya membuat Dzurriya semakin tercenung diam.“Jika kalian ada di sini, justru tempat yang menurutmu paling aman, bisa menjadi tempat yang paling berbahaya di dunia ini, apa kau sadar itu Dek?” Ucap lelaki itu terdengar masuk akal.“Aku ingin memberi kalian status, supaya tidak ada lagi orang yang berani menyentuh kalian Aku hanya ingin kebaikan itu untuk kalian, setidaknya dengan bersamaku, aku bisa memastikan bahwa kalian aman dan baik-baik saja,” jelas suaminya itu.Dzurriya menelan ludahnya mendengar ucapan suaminya tersebut.“Aku mencintaimu Dzurriya,” ucap lelaki itu sambil menatapnya dengan lembut.Dzurriya terkesiap diam dan mena

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 168

    Dzurriya menatap keluar jendela mobil tersebut, kampungnya tampak tak berbeda jauh dengan setahun setengah yang lalu.Terlihat beberapa orang yang tengah bersantai di depan rumah tetangganya, memandang mobil yang dinaikinya itu dengan heran.Dzurriya tersenyum dalam-dalam menatap mereka, matanya tampak berkaca-kaca.“Akhirnya aku kembali Aba, Ummi,” gumam Dzurriya dalam hati setelah menghela nafas panjang, kemudian berbalik menatap Putri kecilnya lagi.“Sayang! akhirnya Bunda bisa membawamu pulang,” seru Dzurriya dengan senang, kemudian mengecup pipi mungil putrinya dengan gemas.Tiba-tiba ia mendengar suara berisik dari luar mobil tersebut.Ia segera menoleh ke arah jendela kembali tampak beberapa mobil mewah terparkir di depan rumah budenya yang terbilang sangat luas itu, yang tepat bersebelahan dengan rumahnya.‘Ada apa, kok banyak mobil? apa Mas Erwin sedang lamaran?” pikirnya bertanya-tanya, sampai lehernya menoleh mengikuti gerak mobil itu yang semakin menjauh dari pekarangan r

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 167

    Dzurriya menatap jauh ke arah suaminya yang tengah duduk di taman rumah sakit itu dengan pandangannya yang kosong.Sudah sejam lelaki itu berada di sana dengan matanya yang sesekali berkaca-kaca.Lelaki itu tadi terlihat sangat bahagia mendapati Dzurriya berada di sampingnya tadi, namun tiba-tiba berubah murung saat mengetahui bahwa istri pertamanya telah tiada.‘Secinta itu kau padanya Mas,” pikir Dzurriya sembari menelan ludahnya.“Apa yang kau pikirkan?”Dzurriya tersentak kaget mendengar pertanyaan Ryan barusan, ia kemudian menoleh ke arah sepupu iparnya tersebut.“Kenapa kau tak menghampirinya saja? Sepertinya dia butuh teman bicara,” tanya lelaki itu lebih jauh.Dzurriya tersenyum ringan, kemudian berbalik menatap jauh ke arah suaminya.“Apa kau tahu apa yang ditanyakannya tadi padaku saat dia baru siuman?” tanyanya tanpa menoleh ke arah Ryan sedikitpun.“Apa dia bertanya kalau kau baik-baik saja?”Dzurriya tersenyum sambil menunduk ke bawah, mendengar jawaban Ryan tersebut, kem

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 166

    “Mas!” teriak Dzurriya panik dengan mata yang nanar dan berkaca-kaca. Ia memeluk suaminya dalam perempuannya tersebut.Lelaki itu tampak berusaha tersenyum padanya, sambil berbicara dengan nada terbata-bata, “ S–sekarang kita sudah impas… A—aku sudah ti—dak berhutang lagi padamu.”“Tidak! ini belum cukup! kau harus membayarnya seumur hidupmu! kau dengar itu?” ujar Dzurriya di antara air matanya yang terus-menerus mengalir ketakutan.Eshan kembali terlihat tersenyum, sebelum akhirnya tubuhnya tiba-tiba tersentak hebat, dan dari dalam mulutnya memancar darah yang begitu banyak, hingga menciprat ke sebagian pakaian Dzurriya dan mukanya.Lelaki itu pingsan dan langsung menutup mata setelahnya, membuat Dzurriya menangis histeris dengan begitu panik. Ia berusaha menggoyang-goyang tubuh suaminya itu, namun tidak ada respon sekali.Dengan ketakutan ia mulai berteriak minta tolong.Tiba-tiba beberapa orang datang bersama dengan Alexa yang tadi lari begitu saja setelah menikam suaminya.Di

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 165

    “Lepaskan dia!” Sayup-sayup terdengar teriakan begitu kera, setelah suara pintu yang terdengar digebrak dan dibanting tiba-tiba. Diikuti kemudian oleh suara langkah kaki yang berlari dan berderap begitu berat, tampak tubuh Alexa tertarik ke belakang. Dzurriya langsung terbatuk-batuk, nafasnya yang tertahan begitu lama langsung tersengal-sengal keluar. ‘Apa dia benar-benar sudah gila?’ pikir Dzurriya sembari memegang lehernya dan melirik ke arah istri pertama suaminya itu. “Kamu nggak pa-pa?” tanya suaminya yang tengah berdiri di hadapannya dengan wajah begitu khawatir, sambil memegang kedua lengan atasnya. “Sayang, aku bisa jelaskan,” sela Alexa yang baru saja bangkit dan menghampiri suaminya itu, terdengar begitu gupuh. Jakun Ehsan tampak naik turun mendengar ucapan wanita itu yang kelihatan terus berusaha berkilah, sedang giginya tampak mencengkeram dengan kuat sambil membuang muka ke atas. Lelaki itu tampak begitu kesal, namun sepertinya masih berusaha untuk menahannya. “T

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 164

    BrakTerdengar suara benturan dari bagian belakang kursi roda yang dinaiki Dzurriya karena menabrak dinding. Kursi roda itu tiba-tiba saja ditarik ke dalam sebuah ruangan oleh seseorang, kemudian kerangka sandarannya didorong ke belakang dengan cepat.Kejadian yang begitu cepat itu spontan membuat Dzurriya tersentak dengan tarikan nafasnya yang terjeda yang kemudian terengah-engah.Pria segera berusaha menguasai dirinya yang berdebar hebat dengan menelan ludahnya, kemudian perlahan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap siapa yang sudah menariknya ke dalam ruangan tersebut.‘Mas!’Tampak wajah sang suami terlihat merah padam, sepertinya laki-laki itu sedang kesal.“Apa sebenarnya yang kau inginkan?” ucap suaminya itu terdengar begitu sinis dan dingin.“Yang kuinginkan? Apa maksudmu?” tanya Dzurriya tak mengerti dengan apa yang diucapkan lelaki itu padanya.“Jangan pura-pura lugu kau sedang memanfaatkan kami berdua, kan?” tuduh Eshan tampak menatapnya semakin dekat dan semakin dingin.

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 163

    “Kenapa kau membiarkannya pergi?” tanya Ryan tampak menatap Dzurriya dengan heran, setelah kepergian Eshan yang terlihat kesal, saat mendapati dirinya dan Ryan bersama.“Bukankah kau juga menginginkannya?” ucap Dzurriya bertanya balik padanyaLelaki itu tampak memicingkan matanya sembari melirik ke arahnya, “jangan berbohong padaku! bahkan kau melakukannya bukan untukku, apa kau cemburu karena Alexa tadi tiba-tiba datang dan menciumnya?”“Jangan bicara omong kosong! untuk apa aku cemburu pada wanita murahan seperti dia? cepat dorong aku!” ujar Dzurriya berusaha mengalihkan pembicaraan.Ryan tampak terkesiap mendengar penuturannya tersebut.“A–apa maksudmu? Kenapa kau menyebutnya murahan?” tanya lelaki itu terdengar terbata-bata dan berhati-hati.Dzurriya kembali menoleh ke belakang dan menatap lelaki itu dalam-dalam.‘Apa kau benar-benar yakin mau mendengarnya dariku?’ pikir Dzurriya kemudian menelan ludahnya.“Apa kau benar-benar tidak ingin membawaku untuk keluar? aku begitu penat b

  • Penebusan Dosa Istri Kedua   BAB 162

    “Apa?” Tampak Eshan berusaha memastikan apa yang barusan ia dengar tersebut, dengan alisnya yang tampak saling mendekat dan hampir menyatu.“Jadi jangan sia-siakan dia! atau aku akan segera merebutnya darimu,” ujar Ryan tiba-tiba menarik kerah Eshan, sambil menatap begitu tajam ke arah kakak sepupunya tersebut.‘Hah!” desah Dzurriya penuh sesal, Iya begitu terkesiap sekaligus tak menyangka kalau mantan kekasihnya itu bakal bicara sembarangan seperti itu.Sementara Alexa terlihat nyengir kegirangan, Ia bahkan terlihat sangat menikmati pemandangan itu.Berbeda dengan dirinya yang mulai was-was, apalagi melihat suaminya itu memegang tangan Ryan yang tengah mencengkeram kuat kerah bajunya, kemudian perlahan menurunkan tangan adik sepupunya itu, dan mulai menatapnya dengan tajam.‘Jangan-jangan mereka akan berkelahi!’ pikir Dzurriya.Tapi apa yang akan terjadi melampaui perkiraannya.“Kalau kau sangat menyukainya…”‘Apa yang mau kau katakan, Mas?’ pikir Dzurriya sambil menatap mata suamin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status