Perjalanan yang terasa mengecewakan, Karena perjalanan ini membuatnya berpisah dengan suaminya.‘Kalau saja Paman Braha tidak muncul…..’Dzurriya menghela nafas panjang sambil memandang kosong keluar jendela.Ia mulai bertanya-tanya mengapa suaminya itu sekarang begitu baik padanya, tapi kemudian ia tidak ingin berpikir terlalu jauh dan terlena. Sebelum-sebelumnya, rasa penasarannya berubah menjadi sangat menyakitkan. Sekarang ia berusaha sadar diri bahwa ia hanyalah istri kedua.‘Diperlakukan dengan sangat baik itu sudah sebuah anugerah. Jangan berharap macam-macam, Dzurriya!’“Nyonya, silakan turun! Kita sudah sampai,” ucap Tikno yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.Dzurriya menghela napas panjang dan turun.Ia memandang rumah besar itu.“Tikno, Apa kau nyaman berada di rumah sebesar ini?”“Saya bersyukur bisa bersama dengan Tuan Eshan di sini.”‘Kau benar, Tikno’ jawab Dzurriya di dalam hati sambil memandang Tikno.Keduanya kemudian masuk. Tampak Alexa yang masih berjas pu
Hari pertama tanpa suami…Zahra mengukir tulisan itu di atas kaca jendela kamarnya dengan telunjuknya sambil menerawang jauh ke luar. Ia mengakhiri tulisan itu dengan tanda titik-titik panjang, seperti hendak menanyakan di mana ujungnya.Tok tok tok“Nyonya, ada tuan Ryan mencari Nyonya. Apa Nyonya sudah bangun?” tanya seorang pelayan dari luar kamar.“Ya,” jawab Zahra malas.Ia kemudian keluar dari kamarnya dengan setengah menyeret kakinya.“Apa kamu baik-baik saja,” tanya Ryan yang ternyata sudah ada di luar kamarnya.Lelaki itu terlihat cemas, mungkin karena melihat raut wajah murung Dzurriya.“Hu um,” jawab Dzurriya sambil mengangguk tersenyum.“Kamu sudah makan? aku makan lengkeng dan nasi padang kesukaanmu.”Lelaki itu mengakhiri kalimatnya dengan membelalakkan mata.‘Kesukaanku?’Tatap Dzurriya heran.“Maksudku, kesukaanku, Iya kesukaanku,” jawab Ryan terbata-bata“Tapi kok nasinya cuma sebungkus? Dan kamu tawarin aku. Dokter nggak makan?” tanya Dzurriya heran.“Sudah tadi, ini
Peristiwa tadi siang sungguh membuat syok Dzurriya.Ia benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa suaminya bersenang-senang dengan istri pertamanya, sedang dia di rumah terus memikirkannya.Memang benar ia hanya istri kedua, tapi apakah itu momen yang tepat untuk mereka liburan, sementara lelaki itu baru saja menanamkan benih dalam rahimnya. Meski benih itu belum tentu berhasil, tapi setidaknya….Kalimat-kalimat itu terus memenuhi pikirannya.Karena saking tertekannya, nasi padang dan lengkeng yang di bawah Ryan tadi bahkan hanya disentuhnya sedikit.Dzurriya terus mengurung diri di dalam kamarnya setelah Ryan pamit berangkat bekerja.Ia memeluk jaket hitam penuh kenangan itu di dadanya, sambil berbaring di atas kasur sampai tertidur.Bangun-bangun perutnya terasa sangat keroncongan.“Kenapa di saat begini kamu kelaparan, sih?” ujar Dzurriya sambil menangis sesenggukan.Ia mengusap air matanya dan beranjak bangkit keluar.“Masa iya aku sedih-sedih gini makan?” gumam Dzurriya lirih sa
“Ini tak seperti yang kau pikirkan, ada penyusup masuk ke dalam rumah ini, aku melihatnya masuk ke ruang kerja Eshan, aku hanya…..”Belum selesai Dzurriya berkata-kata, Tikno sudah gupuh menyelanya, “ke mana dia sekarang?” “Dia turun naik tangga darurat ke sebelah sana.”Tikno langsung berlari masuk ke dalam lift, sambil memegang earphone yang tergantung di telinganya, dia berteriak, “ada penyusup di lantai bawah, segera amankan!”Dzurriya berusaha berlari mengikuti Tikno. Keduanya masuk ke dalam lift.Tak Butuh waktu lama, mereka Akhirnya sampai di lantai satu.Pintu lift itu terbuka, Tikno terlihat keluar diikuti Dzurriya.Para pengawal kemudian tampak menghampiri Tikno, dan berkumpul mengerumuninya.“Apa sudah ketemu?” tanya Tikno seperti berusaha terlihat tenang.“Tidak ada satupun orang keluar dari sini,” lapor salah satu pengawal.Dzurriya teringat sesuatu dan menyela, “ tadi aku mendengarnya masuk dari pintu belakang,”Tanpa menunggu aba-aba, para pengawal itu mengikuti Tikno
‘Riska Atmajaya’“Kenapa wanita-wanita yang ada di sekitarmu terlihat sangat cantik dan seksi, Mas Ehsan?” Pikir Dzurriya sambil memandang jauh ke jendela-jendela rumahnya seperti biasa.Malam itu terasa begitu panjang dan dingin.‘Apa yang sekarang sedang kau lakukan, Mas?’ gumam Dzurriya dalam hati seraya mendekap tubuhnya yang mengenakan jaket hitam itu.Angin begitu dingin, langit pun terlihat tanpa cahaya sedikitpun karena tertutup mendung.‘Apakah di sana juga mendung Mas, atau sedang bersalju, atau sedang siang hari?’Dzurriya menghela napas panjang, ia mulai melantur ke sana ke mari karena galau.“Apa kamu mengingatku, Mas?” ujarnya lirih.‘Pasti kamu tidak merasakan dingin seperti yang kurasakan, karena di sampingmu ada istrimu yang lain’Dzurriya mulai mengusap air matanya yang baru saja turun.‘Sepertinya hanya aku yang merindukanmu’Tiba-tiba, ia teringat perkataan Riska tadi siang tentang suaminya, “Aku kira Eshan akan bercerai setelah satu atau dua tahun, ternyata wanit
‘Memalukan! Menyedihkan!”Umpat Dzurriya sambil menatap dirinya sendiri di kaca. Air mata yang mulai mengalir, langsung diusapnya dengan kesal.‘Sampai kapan kau akan terus memikirkan lelaki yang bahkan tak peduli padamu dan terus mempermainkanmu itu’Dzurriya begitu jengah dengan apa yang terjadi, lebih-lebih terhadap dirinya sendiri yang seperti memohon bisa mendengar suara suaminya tersebut meski sejenak. Padahal jelas-jelas suaminya itu tak peduli dan bahkan mempermainkannya.“Mulai hari ini hanya ada Dzurriya dalam perjanjian kita saja,” ujarnya lalu mengambil jaket hitam pemberian Eshan dan melemparnya ke dalam lemari bagian bawah sekenanya.******‘Aku baik-baik saja’Dzurriya bangun pagi-pagi sekali dan segera membersihkan diri.‘Ayo menjadi sibuk dan bahagia, Dzurriya’Ia ke dapur dan mengambil beberapa bahan masakan untuk dimasak.Para pelayan telah melarangnya, tapi sepertinya mereka tidak cukup berani untuk menghalanginya melakukan hal yang ia inginkan. Apalagi Dzurriya
Dzurriya mulai merasakan pening lagi di kepalanya, ia mengernyitkan dahinya kemudian membuka matanya perlahan-lahan.Terlihat atap kamarnya. ‘Apa yang terjadi?’Terakhir kali yang ia ingat ia mau pergi bersama Ryan.Ia kemudian menyiratkan pandangannya ke segala arah, tampak di sampingnya Ryan dengan wajah yang begitu cemas.“Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar,” ucap lelaki itu terdengar begitu lega.Dzurriya tersenyum lemah.Ia mencoba mengangkat tangannya yang terasa lemas, karena ingin menekan kepalanya yang masih pening, saat kemudian Ia sadar, ada selang infus menancap di punggung tangannya tersebut.“Aku kenapa?” tanya Dzurriya heran.“Kamu dehidrasi dan anemia, jadi aku terpaksa menginfusmu. Mulai sekarang kamu harus jaga dirimu baik-baik jangan mudah larut dalam emosi,” saran Ryan terdengar penuh kepedulian.Dzurriya menoleh ke arah lain, ia tak ingin mendengarkan saran apapun dari siapapun.“Kamu tidak boleh ceroboh lagi, Dzurriya.” Lelaki itu terdengar menghela napas panja
“Serahkan padaku!”Dzurriya yang masih tersengal-sengal dengan lemas, terkesiap mendapati suaminya tiba-tiba berada di depannya dengan tatapannya yang tajam ke arah Ryan.“Turunkan aku, Ryan!” pinta Dzurriya yang masih sangat kesal dengan suaminya.Ia tak mau Ryan terkena masalah.Sekilas Eshan terlihat menatapnya hangat.Tapi itu tak cukup mengobati luka Dzurriya.“Pelayan, tolong bopong aku?”Para pelayan wanita yang tadi menghidangkan makanan itu hendak membopongnya, tapi terlihat mengurungkan niatnya. Pasti karena takut pada Eshan yang tengah menatap mereka. Eshan sendiri tampak berusaha meraih tangannya, namun ia menghindar dan menampiknya. Sambil menatap suaminya dingin. Sayangnya, tubuhnya yang lemas belum bisa menopang berat badannya, ia terhuyung hampir jatuh. Untunglah Eshan begitu sigap dan menangkap badannya dari depan.Lelaki itu segera menggendongnya dan membawa masuk kamar.“Turunkan aku,” ucap Dzurriya lemas.“Aku akan menurunkanmu di tempat tidur, jangan keras kepal
BrakTerdengar suara benturan dari bagian belakang kursi roda yang dinaiki Dzurriya karena menabrak dinding. Kursi roda itu tiba-tiba saja ditarik ke dalam sebuah ruangan oleh seseorang, kemudian kerangka sandarannya didorong ke belakang dengan cepat.Kejadian yang begitu cepat itu spontan membuat Dzurriya tersentak dengan tarikan nafasnya yang terjeda yang kemudian terengah-engah.Pria segera berusaha menguasai dirinya yang berdebar hebat dengan menelan ludahnya, kemudian perlahan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap siapa yang sudah menariknya ke dalam ruangan tersebut.‘Mas!’Tampak wajah sang suami terlihat merah padam, sepertinya laki-laki itu sedang kesal.“Apa sebenarnya yang kau inginkan?” ucap suaminya itu terdengar begitu sinis dan dingin.“Yang kuinginkan? Apa maksudmu?” tanya Dzurriya tak mengerti dengan apa yang diucapkan lelaki itu padanya.“Jangan pura-pura lugu kau sedang memanfaatkan kami berdua, kan?” tuduh Eshan tampak menatapnya semakin dekat dan semakin dingin.
“Kenapa kau membiarkannya pergi?” tanya Ryan tampak menatap Dzurriya dengan heran, setelah kepergian Eshan yang terlihat kesal, saat mendapati dirinya dan Ryan bersama.“Bukankah kau juga menginginkannya?” ucap Dzurriya bertanya balik padanyaLelaki itu tampak memicingkan matanya sembari melirik ke arahnya, “jangan berbohong padaku! bahkan kau melakukannya bukan untukku, apa kau cemburu karena Alexa tadi tiba-tiba datang dan menciumnya?”“Jangan bicara omong kosong! untuk apa aku cemburu pada wanita murahan seperti dia? cepat dorong aku!” ujar Dzurriya berusaha mengalihkan pembicaraan.Ryan tampak terkesiap mendengar penuturannya tersebut.“A–apa maksudmu? Kenapa kau menyebutnya murahan?” tanya lelaki itu terdengar terbata-bata dan berhati-hati.Dzurriya kembali menoleh ke belakang dan menatap lelaki itu dalam-dalam.‘Apa kau benar-benar yakin mau mendengarnya dariku?’ pikir Dzurriya kemudian menelan ludahnya.“Apa kau benar-benar tidak ingin membawaku untuk keluar? aku begitu penat b
“Apa?” Tampak Eshan berusaha memastikan apa yang barusan ia dengar tersebut, dengan alisnya yang tampak saling mendekat dan hampir menyatu.“Jadi jangan sia-siakan dia! atau aku akan segera merebutnya darimu,” ujar Ryan tiba-tiba menarik kerah Eshan, sambil menatap begitu tajam ke arah kakak sepupunya tersebut.‘Hah!” desah Dzurriya penuh sesal, Iya begitu terkesiap sekaligus tak menyangka kalau mantan kekasihnya itu bakal bicara sembarangan seperti itu.Sementara Alexa terlihat nyengir kegirangan, Ia bahkan terlihat sangat menikmati pemandangan itu.Berbeda dengan dirinya yang mulai was-was, apalagi melihat suaminya itu memegang tangan Ryan yang tengah mencengkeram kuat kerah bajunya, kemudian perlahan menurunkan tangan adik sepupunya itu, dan mulai menatapnya dengan tajam.‘Jangan-jangan mereka akan berkelahi!’ pikir Dzurriya.Tapi apa yang akan terjadi melampaui perkiraannya.“Kalau kau sangat menyukainya…”‘Apa yang mau kau katakan, Mas?’ pikir Dzurriya sambil menatap mata suamin
BekTerdengar suara pukulan begitu keras, diikuti cairan yang terasa memancar di pipi kiri Dzurriya, tapi anehnya Dzurriya tak merasakan apa-apa.“Apa yang terjadi?” pikirnya.Dengan heran dibukanya matanya perlahan penuh was-was.Tampak tubuh tua bangka itu tergolek lemah di sampingnya dengan sisa-sisa bercak di tepi mulutnya, sepertinya itu adalah darah.Seketika Dzurriya langsung tersentak, sembari kembali menutup mulutnya yang mendesah singkat.Dialihkannya kemudian pandangannya ke arah seseorang berkemeja putih yang tampak memukul satu persatu para pengawal itu dengan membabi buta di depannya.“Mas!” Panggil Dzurriya lirih, begitu mendapati wajah lelaki yang tadi membelakanginya itu tiba-tiba menendang kepala seorang pengawal hinggap badannya memutar menghadap ke arah Dzurriya.Sementara itu tiba-tiba terlihat tangan Braha yang tersungkur di sebelahnya meraba-raba, seperti tengah hendak meraihnya. Dzurriya yang terperanjat kaget langsung menyeret tubuhnya mundur.Namun badan le
Dzurriya hendak menjelaskan kalau dia benar-benar amnesia, dan baru ingat semuanya, namun tiba-tiba tubuh Ryan tersentak hebat bersamaan dengan darah yang tiba-tiba memancar keluar dari dalam mulut mantan tunangannya itu.Sontak Eshan begitu terperanjat kaget dan terlihat langsung menghampiri sepupunya itu, kemudian menggendongnya.Dzurriya yang begitu syok hanya bisa menoleh sambil mendesah cepat, dan seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya sendiri langsung berkaca-kaca.Ia lalu mengikuti suaminya yang setengah berlari dengan panik itu.Namun tiba-tiba tangan kanan Alexa menjulur dan menghalangi jalannya.Dzurriya menoleh ke arah wanita itu dengan heran, namun wanita tak punya hati itu malah tersenyum nyengir ke hadapannya, dan segera melirik ke arah pengawalnya tadi, yang sepertinya terlupakan oleh suaminya.Dia kemudian menggerakkan bola matanya melirik ke arah Dzurriya dengan cepat.Alhasil dalam sepersekian detik saja, para pengawal itu langsung membungkam mulut
Dzurriya segera mencari sesuatu di badan Ryan. Kalau perkiraannya benar, dan lelaki itu datang ke sana untuk menyelamatkannya, pasti dia membawa sesuatu untuk membela diri, dan benar saja itu yang menemukan senjata api di bagian dalam saku jaketnya.Dzurriya segera mengambil senjata itu dan berlari ke belakang pintu. Namun na’as, pintu itu tiba-tiba terbuka begitu saja, mata Dzurriya langsung membelalak lebar, tubuhnya pun yang tadinya condong kedepan karena buru-buru berlari ke belakang pintu, sontak menegak bersamaan dengan matanya yang menoleh ke arah pintu tersebut.Dengan panik, ia segera mengokang pistolnya, dan mengarahkan pistol itu pada seseorang yang masuk pertama, yang tak lain adalah paman istri pertama suaminya itu.Tapi karena Ia tidak mahir sama sekali juga begitu gugup, peluru pistol itu malah meluncur ke arah daun pintu tadi dan menyebabkan suara dentuman yang begitu keras. Alhasil Alexa dan Braha berhasil mundur dan menghindar.“Kurang ajar! berani sekali dia melaku
“Hi, Sayang! Apa kau sudah tertidur?” Mata Dzurriya langsung tersentak bangun mendengar suara yang mendesah berat tersebut, Ia langsung seketika berusaha mengangkat dirinya yang terikat kuat tersebut sampai-sampai kursi itu terangkat dan bergeser sedikit, kemudian terantuk ke lantai begitu keras.“Apa maumu, jangan coba-coba menyentuhku!” ancam Dzurriya dengan matanya yang membulat sempurna menoleh ke arah Tua bangka, Braha sialan itu, yang tengah memandangnya dengan dengan tatapan yang begitu menjijikan.“Kamu kira kamu bisa menghindar dariku sekarang?” ujar lelaki itu sambil meringis, belum lagi tangannya yang kotor dan keriput itu mengusap pipinya, membuat Dzurriya benar-benar muak dan segera menolehkan wajahnya ke arah lelaki itu, kemudian….“Akh!”Terdengar jeritan kesakitan yang begitu keras dan panjang dari lelaki itu, karena Dzurriya sengaja menggigit jemari tangannya yang barusan menyentuhnya sembarangan tersebut.Lelaki yang tampak kesakitan itu berusaha memukul badan dan k
“Apa? Kurang Ajar!” seru Eshan naik pitam, sambil menggebrak meja dengan keras, membuat Tikno yang baru saja masuk ke ruang kerjanya itu ikut tersentak kaget, dan langsung mengangkat kepala menatapnya.“Bagaimana kalian bisa dikecoh oleh seorang wanita seperti itu? Dasar Bodoh! Aku tidak mau tahu, cari dia sampai ketemu, atau kepala kalian taruhannya!” lanjutnya sembari langsung menutup teleponnya dengan nafas yang terengah-engah marah.“Beraninya dia bermain-main denganku?” gumamnya sambil menundukkan punggungnya dan menyandarkan tangannya di atas meja kerjanya.“Ada apa, apa dia menghilang?”Eshan mengangkat bola mata dan alisnya bersamaan ke arah Tikno.“Sepertinya tak ada cara lain, Tuan harus memasang penyadap di mobil Nyonya, ini pasti ada hubungannya dengan lelaki itu,” saran Tikno.“Kita bicarakan itu nanti,” ujar Eshan sembari menegakkan badannya berdiri. Selama ini dia berusaha tidak memata-matai dan percaya pada istrinya, sebagaimana janjinya dulu pada wanita itu sebelum me
Dzurriya sontak tersentak bangun dengan nafasnya yang ngop-ngopan, gimana tidak? tiba-tiba saja wajahnya ditimpa guyuran air yang menamparnya begitu deras. Padahal ia baru saja pingsan tertidur karena kelelahan, setelah hampir seharian ia ditampar dan dipukuli oleh Alexa dan Pamannya.“Enak sekali ya tidurnya?” tanya Alexa yang kini tengah berdiri kembali di hadapannya sambil membawa ember.“Kenapa kau terus menyiksaku?” tanya Dzurriya memberanikan diri.“Pertanyaan apa itu? Menurutmu, apa semua ini sudah sepadan untuk wanita perusak ruma tangga orang lain sepertimu, Hah?” tanya balik Alexa sambil dengan nada membentak.“Bukankah kau yang membawaku ke rumah itu, kau yang memaksaku untuk menikah dengan suami? Apa kau lupa? sekarang sikapmu sungguh kekanak-kanakan, kenapa— apa kau takut dengan keberadaanku?” tanya Dzurriya berusaha balik memprovokasinya.“Aku? takut dengan keberadaanmu? Apa kau sudah gila? Wanita murahan sepertimu, bagian dirimu mana yang harus aku iri?” tanya wanita it